www.wikidata.id-id.nina.az
Kakawin Smaradahana adalah sebuah karya sastra Jawa Kuno dalam bentuk kakawin yang menyampaikan kisah terbakarnya Batara KamajayaSmaradahanaAsmaradhanaAsmaradanaSebuah puisi Jawa Kuno kakawin Adegan dari Smaradahana yang digambarkan dalam lukisan gaya Bali yang dibuat oleh I Ketut Gede ca 1890 Lukisan ini di atas kain katun buatan mesin 1113 168 cm Singaraja Koleksi Wereldmuseum Rotterdam Inv no 26939 Judul asliAsmaradhanaIlustratorSuku Jawa perlu disambiguasi NegaraIndonesiaBahasaBahasa KawiPenerbitBahasa Kawi perlu disambiguasi Kakawin SmaradahanaDisebut pulaᬓᬓᬯ ᬦ ᬲ ᬫᬭᬤᬳᬦDaerah asalKerajaan KadiriBahasa bahasa Bahasa KawiJuru juru tulisMpu DharmajaUkuran40 cm x 3 5 cmFormatKakawinAksaraAksara BaliMasuk Koleksi padaTojan Perpustakaan Kantor Dokumentasi Budaya Bali dan Perpustakaan Kongres Amerika SerikatKama yang dibakar oleh Batara Siwa pada sampul buku keluaran Dinas Pendidikan Bali ini Daftar isi 1 Ikhtisar 1 1 Raja Kediri 1 2 Analisis Para Ahli 1 3 Penulis 2 Bacaan lebih lanjutIkhtisar SuntingKetika Batara Siwa pergi bertapa Indralaya didatangi musuh raksasa dengan rajanya bernama Nilarudraka demikian heningnya dalam tapa batara Siwa seolah olah lupa akan kehidupannya di Kahyangan Supaya mengingatkan batara Siwa dan juga agar mau kembali ke Kahyangan maka oleh para dewa diutuslah batara Kamajaya untuk menjemputnya Berangkatlah sang batara untuk mengingatkan batara Siwa dicobanya dengan berbagai panah sakti dan termasuk panah bunga tetapi batara Siwa tidak bergeming dalam tapanya Akhirnya dilepaskannya panah pancawisesa yaitu Hasrat mendengar yang merdu Hasrat mengenyam yang lezat Hasrat meraba yang halus Hasrat mencium yang harum Hasrat memandang yang serba indah Akibat panah pancawisesa atau pancawisaya tersebut dewa Siwa dalam sekejap rindu kepada permaisurinya dewi Uma tetapi setelah diketahuinya bahwa hal tersebut adalah atas perbuatan batara Kamajaya Maka ditataplah batara Kamajaya melalui mata ketiganya yang berada di tengah tengah dahi hancurlah batara Kamajaya Dewi Ratih istri batara Kamajaya melakukan bela dengan menceburkan diri kedalam api yang membakar suaminya Para dewa memohonkan ampun atas kejadian tersebut agar dihidupkan kembali permohonan itu tidak dikabulkan bahkan dalam sabdanya bahwa jiwa batara Kamajaya turun ke dunia dan masuk kedalam hati laki laki sedangkan dewi Ratih masuk kedalam jiwa wanita Ketika Siwa duduk berdua dengan dewi Uma datanglah para dewa mengunjunginya termasuk dewa Indra dengan gajahnya Airawata yang demikian dahsyatnya sehingga dewi Uma terperanjat dan ketakutan melihatnya kemudian dewi Uma melahirkan putera berkepala gajah dan kemudian diberi nama Ganesha Datanglah raksasa Nilarudraka yang melangsungkan niatnya menggedor khayangan Maka Ganesha lah yang harus menghadapinya dalam perang tanding tersebut ganesha setiap saat berubah dan bertambah besar dan semakin dahsyat Akhirnya musuh dapat dikalahkan dan para dewa bersuka cita Raja Kediri Sunting Dalam kitab Smaradahana disebutkan nama raja Kediri Prabu Kameswara yang merupakan titisan Dewa Wisnu yang ketiga kalinya dan berpermaisuri Sri Kirana Ratu putri dari Kerajaan Jenggala Analisis Para Ahli Sunting Dalam prasasti batu tertulis raja Kediri Kameswara bertahta selama tahun 1115 sampai dengan 1130 Kemudian ada pula Raja Kameswara II yang bertahta pada sekitar tahun 1185 Para ahli Belanda memperkirakan bahwa Kameswara II mempunyai hubungan dengan kitab Smaradahana Akan tetapi Prof Purbatjaraka sebaliknya menunjuk Kameswara I yang terkait sebab raja tersebut dalam kitab Panji bernama Hinu Kertapati dan juga permaisurinya bernama Kirana yaitu Dewi Candrakirana hanya posisi Jenggala dan Kedirinya yang terbalik Penulis Sunting Penulis Smaradahana bernama Mpu Dharmadja Bacaan lebih lanjut SuntingPoerbatjaraka 1931 Smaradahana Bibliotheca Javanica Jilid III Bandoeng Nix R D S Hadiwidjana 1968 Sarwacastra Jogyakarta U P Indonesia N V Resensi Jilid II hal 7 9 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Kakawin Smaradahana amp oldid 19299037