www.wikidata.id-id.nina.az
Degung Aksara Sunda Baku ᮓ ᮌ adalah sekumpulan alat musik yang dimainkan oleh masyarakat Sunda Degung sebagai unit gamelan dan degung sebagai laras memang sangat lain Dalam teori tersebut laras degung terdiri dari degung dwiswara tumbuk 2 mi dan 5 la dan degung triswara 1 da 3 na dan 4 ti Beberapa gamelan degung seringkali memiliki bilah cadangan nada 3 ni untuk memainkan komposisi dalam laras Madenda Pementasan degung Laras Salendro Degung tumbuk dwiswara Degung tumbuk trisuara dan Madenda dalam model 17 nada 1 oktaf 1 langkah 70 58 cent Salendro 1 5 4 3 2 1Degung t dwiswara 3 3 2 1 5 5 4 Degung t triswara 1 5 5 4 3 3 2 1Madenda 3 3 2 1 5 5 4 3Keterangan Degung tumbuk dwiswara nada 2 mi Degung nada 4 ti Salendro dan nada 5 la Degung nada 2 mi Salendro Degung tumbuk triswara nada 1 da 4 ti dan 3 na Degung nada 1 da 4 ti dan 3 na Salendro Daftar isi 1 Gamelan degung 2 Sejarah 3 Perkembangan 4 Perkembangan di luar negeri 5 Sumber rujukan 6 ReferensiGamelan degung SuntingSecara umum ada dua pengertian tentang istilah degung degung sebagai nama perangkat gamelan degung sebagai nama laras bagian dari laras salendro berdasarkan teori Raden Machjar Angga Koesoemadinata Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di Jawa Barat antara lain Gamelan Salendro Pelog dan Degung Gamelan salendro biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang tari kliningan jaipongan dan lain lain Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro hanya kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyarakat dan jarang dimiliki oleh grup grup kesenian di masyarakat Hal ini menandakan cukup terwakilinya seperangkat gamelan dengan keberadaan gamelan salendro sementara gamelan degung dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat Gamelan lainnya adalah gamelan Ajeng berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten Bogor dan gamelan Renteng yang ada di beberapa tempat salah satunya di Batu Karut Cikalong kabuki Bandung Melihat bentuk dan interval gamelan renteng ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang berkembang berorientasi pada gamelan Renteng Ada gamelan yang sudah lama terlupakan yaitu koromong yang ada di Kp Lamajang Desa Lamajang Kec Pangalengan Kab Bandung Gamelan ini sudah tidak dimainkan sejak kira kira 35 40 tahun dan sudah tidak ada yang sanggup untuk menabuhnya karena gamelan koromong ini dianggap mempunyai nilai mistis Gamelan koromong ini sekarang masih ada dan terpelihara dengan baik Untuk supaya gamelan koromong ini dapat ditabuh maka kata yang memegang dan merawat gamelan tersebut harus dibuat Duplikatnya Sejarah SuntingDegung merupakan salah satu gamelan hasil pengembangan masyarakat Sunda Gamelan yang kini jumlahnya telah berkembang dengan pesat diperkirakan awal perkembangannya sekitar akhir abad ke 18 awal abad ke 19 Jaap Kunst yang mendata gamelan di seluruh Pulau Jawa dalam bukunya Toonkunst van Java 1934 mencatat bahwa degung terdapat di Bandung 5 perangkat Sumedang 3 perangkat Cianjur 1 perangkat Ciamis 1 perangkat Kasepuhan 1 perangkat Kanoman 1 perangkat Darmaraja 1 perangkat Banjar 1 perangkat dan Singaparna 1 perangkat Masyarakat Sunda dengan latar belakang kerajaan yang terletak di hulu sungai kerajaan Galuh misalnya memiliki pengaruh tersendiri terhadap kesenian degung terutama lagu lagunya yang banyak diwarnai kondisi sungai di antaranya lagu Manintin Galatik Manggut Kintel Buluk dan Sang Bango Kebiasaan marak lauk masyarakat Sunda selalu diringi dengan gamelan renteng dan berkembang ke gamelan degung Berdasarkan keratabasa kata degung berasal dari kata ngadeg berdiri dan agung megah atau pangagung menak bangsawan yang mengandung pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan keagungan martabat bangsawan E Sutisna salah seorang nayaga Degung Parahyangan menghubungkan kata degung dikarenakan gamelan ini dulu hanya dimiliki oleh para pangagung bupati Dalam literatur istilah degung pertama kali muncul tahun 1879 yaitu dalam kamus susunan H J Oosting Kata De gong gamelan bahasa Belanda dalam kamus ini mengandung pengertian penclon penclon yang digantung Gamelan yang usianya cukup tua selain yang ada di keraton Kasepuhan gamelan Dengung adalah gamelan degung Pangasih di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang Gamelan ini merupakan peninggalan Pangeran Kusumadinata Pangeran Kornel bupati Sumedang 1791 1828 Terdapat 10 gamelan di Museum Prabu Geusan Ulun dengan berbagai corak bentuk serta nada iramanya antara lain sekar manis sekar arum sekar oneng sari oneng mataram degungan mataraman sangir talun manggu panglipur dan sari oneng parakansalak Namun yang paling terkenal sari oneng parakansalak Karena gamelan ini sudah pernah pentas di berbagai negara yang ada di Eropa dan Amerika Panglipur dibuat untuk menghibur diri setelah anak kesayangannya wafat milik Pangeran Rangga Gede atau Kusumahdinata IV yang memerintah pada 1625 1633 bupati masa pengaruh kerajaan Mataram Sari Oneng Mataram dibuat di Kerajaan Mataram milik pangeran Panembahan atau Rangga Gempol III yang memerintah pada 1656 1706 bupati masa pengaruh kerajaan Mataram hadiah dari Mataram karena senapati Sumedang memenangkan perlombaan ngadu muncang dengan senapati Mataram Degungan Mataraman peninggalan Pangeran Kornel atau Pangeran Kusumadinata IX yang memerintah pada 1791 1828 bupati masa pengaruh kerajaan Belanda Sari Oneng Parakansalak dibuat di Sumedang tahun 1825 terbuat dari kayu besi dari Muangthai dengan motif ukiran Tiongkok Tahun 1883 gamelan sari oneng paralakansalak pernah mengikuti pameran di Amsterdam Sekar Manis peninggalan Pangeran Kornel atau Pangeran Kusumadinata IX yang memerintah pada 1791 1828 bupati masa pengaruh kerajaan Belanda Sari Arum milik Pangeran Soegih atau Pangeran Suria Kusuma Adinata yang memerintah pada 1836 1882 bupati masa pengaruh kerajaan Belanda Gamelan Manggu milik Pangeran Soegih atau Pangeran Suria Kusuma Adinata yang memerintah pada 1836 1882 bupati masa pengaruh kerajaan Belanda Gamelan Sangir milik Pangeran Soegih atau Pangeran Suria Kusuma Adinata yang memerintah pada 1836 1882 bupati masa pengaruh kerajaan Belanda Semua gamelan tersimpan di Museum Geusan Ulun peninggalan sejarah para leluhur Sumedang Dari ke 10 gamelan ada 4 gamelan yang hingga kini masih dimainkan dalam berbagai pentas kesenian maupun digunakan untuk latihan tari antara lain gamelan sari oneng mataram sari arum panglipur dan sari oneng parakansalak Yang lainnya tidak digunakan karena rusak 1 Perkembangan SuntingDulu gamelan degung hanya ditabuh secara gendingan instrumental Bupati Cianjur RT Wiranatakusumah V 1912 1920 melarang degung memakai nyanyian vokal karena membuat suasana kurang serius rucah Ketika bupati ini tahun 1920 pindah menjadi bupati Bandung maka perangkat gamelan degung di pendopo Cianjur juga turut dibawa bersama nayaganya dipimpin oleh Idi Sejak itu gamelan degung yang bernama Pamagersari ini menghiasi pendopo Bandung dengan lagu lagunya Melihat dan mendengarkan keindahan degung salah seorang saudagar Pasar Baru Bandung keturunan Palembang Kiagus H Anang Thayib merasa tertarik untuk menggunakannya dalam acara hajatan yang diselenggarakannya Kebetulan dia sahabat bupati tersebut Oleh karena itu dia mengajukan permohonan kepada bupati agar diijinkan menggunakan degung dalam hajatannya dan diijinkannya Mulai saat itulah degung digunakan dalam hajatan perhelatan umum Permohonan semacam itu semakin banyak maka bupati memerintahkan supaya membuat gamelan degung lagi dan terwujud degung baru yang dinamakan Purbasasaka dipimpin oleh Oyo Sebelumnya waditra instrumen gamelan degung hanya terdiri atas koromong bonang 13 penclon cempres saron panjang 11 wilah degung jenglong 6 penclon dan goong satu buah Kemudian penambahan penambahan waditra terjadi sesuai dengan tantangan dan kebutuhan musikal misalnya penambahan kendang dan suling oleh bapak Idi Gamelan degung kabupaten Bandung bersama kesenian lain digunakan sebagai musik gending karesmen opera Sunda kolosal Loetoeng Kasaroeng tanggal 18 Juni 1921 dalam menyambut Cultuurcongres Java Institut Sebelumnya tahun 1918 Rd Soerawidjaja pernah pula membuat gending karesmen dengan musik degung yang dipentaskan di Medan Tahun 1926 degung dipakai untuk illustrasi film cerita pertama di Indonesia berjudul Loetoeng Kasaroeng oleh L Heuveldrop dan G Kruger produksi Java Film Company Bandung Karya lainnya yang menggunakan degung sebagai musiknya adalah gending karesmen Mundinglaya dikusumah oleh M Idris Sastraprawira dan Rd Djajaatmadja di Purwakarta tahun 1931 Setelah Idi meninggal tahun 1945 degung tersendat perkembangannya Apalagi setelah itu revolusi fisik banyak mengakibatkan penderitaan masyarakat Degung dibangkitkan kembali secara serius tahun 1954 oleh Moh Tarya Ono Sukarna dan E Tjarmedi Selain menyajikan lagu lagu yang telah ada mereka menciptakan pula lagu lagu baru dengan nuansa lagu lagu degung sebelumnya Tahun 1956 degung mulai disiarkan secara tetap di RRI Bandung dengan mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat Tahun 1956 Enoch Atmadibrata membuat tari Cendrawasih dengan musik degung dengan iringan degung lagu palwa Bunyi degung lagu Palwa setiap kali terdengar tatkala pembukaan acara warta berita bahasa Sunda sehingga dapat meresap dan membawa suasana khas Sunda dalam hati masyarakat Pengembangan lagu degung dengan vokal dilanjutkan oleh grup Parahyangan pimpinan E Tjarmedi sekitar tahun 1958 Selanjutnya E Tjarmedi dan juga Rahmat Sukmasaputra mencoba menggarap degung dengan lagu lagu alit sawiletan dari patokan lagu gamelan salendro pelog Rahmat Sukmasaputra juga merupakan seorang tokoh yang memelopori degung dengan nayaga wanita Selain itu seperti dikemukakan Enoch Atmadibrata degung wanita dipelopori oleh para anggota Damas Daya Mahasiswa Sunda sekitar tahun 1957 di bawah asuhan Sukanda Artadinata menantu Oyo Tahun 1962 ada yang mencoba memasukkan waditra angklung ke dalam degung Tetapi hal ini tidak berkembang Tahun 1961 RS Darya Mandalakusuma kepala siaran Sunda RRI Bandung melengkapi degung dengan waditra gambang saron dan rebab Kelengkapan ini untuk mendukung gending karesmen Mundinglayadikusumah karya Wahyu Wibisana Gamelan degung ini dinamakan degung Si Pawit Degung ini juga digunakan untuk pirigan wayang Pakuan Dari rekaman rekaman produksi Lokananta Surakarta oleh grup RRI Bandung dan Parahyangan pimpinan E Tjarmedi dapat didengarkan degung yang menggunakan waditra tambahan ini Lagu lagu serta garap tabuhnya banyak mengambil dari gamelan salendro pelog misalnya lagu Paksi Tuwung Kembang Kapas dsb Pada tahun 1964 Mang Koko membuat gamelan laras degung yang nadanya berorientasi pada gamelan salendro dwi swara Bentuk ancak bonanya seperti tapal kuda Dibanding degung yang ada pada waktu itu surupannya lebih tinggi Keberadaan degung ini sebagai realisasi teori R Machyar Gamelan laras degung ini pernah dipakai untuk mengiringi gending karesmen Aki Nini Balangantrang 1967 karya Mang Koko dan Wahyu Wibisana Tahun 1970 1980 an semakin banyak yang menggarap degung misalnya Nano S dengan grup Gentra Madya 1976 lingkung seni Dewi Pramanik pimpinan Euis Komariah degung Gapura pimpinan Kustyara dan degung gaya Ujang Suryana Pakutandang Ciparay yang sangat populer sejak tahun 1980 an dengan ciri permainan sulingnya yang khas Tak kalah penting adalah Nano S dengan grup Gentra Madya nya yang memasukan unsur waditra kacapi dalam degungnya Nano S membuat lagu degung dengan kebiasaan membuat intro dan aransemen tersendiri Beberapa lagu degung karya Nano S yang direkam dalam kaset sukses di pasaran di antaranya Panglayungan 1977 Puspita 1978 Naon Lepatna 1980 Tamperan Kaheman 1981 Anjeun 1984 dan Kalangkang yang dinyanyikan oleh Nining Meida dan Barman Syahyana 1986 Lagu Kalangkang ini lebih populer lagi setelah direkam dalam gaya pop Sunda oleh penyanyi Nining Meida dan Adang Cengos sekitar tahun 1987 Berbeda dengan masa awal tahun 1950 an di mana para penyanyi degung berasal dari kalangan penyanyi gamelan salendro pelog pasinden ronggeng para penyanyi degung sekarang sejak 1970 an kebanyakan berasal dari kalangan mamaos tembang Sunda Cianjuran baik pria maupun wanita Juru kawih degung yang populer dan berasal dari kalangan mamaos di antaranya Euis Komariah Ida Widawati Teti Afienti Mamah Dasimah Barman Syahyana Didin S Badjuri Yus Wiradiredja Tati Saleh dan sebagainya Lagu lagu degung di antaranya Palwa Palsiun Bima Mobos Sancang Sang Bango Kinteul Bueuk Pajajaran Catrik Lalayaran Jipang Lontang Sangkuratu Karang Ulun Karangmantri Ladrak Ujung Laut Manintin Beber Layar Kadewan Padayungan dsb Sedangkan lagu lagu degung ciptaan baru yang digarap dengan menggunakan pola lagu rerenggongan di antaranya Samar samar Kembang Ligar Surat Ondangan Hariring Bandung Tepang Asih Kalangkang Rumaos Bentang Kuring dsb Perkembangan di luar negeri SuntingDi luar Indonesia pengembangan degung dilakukan oleh perguruan tinggi seni dan beberapa musisi misalnya Lingkung Seni Pusaka Sunda University of California Santa Cruz USA musisi Lou Harrison USA dan Rachel Swindell bersama mahasiswa lainnya di London Inggris Paraguna Jepang serta Evergreen John Sidal Kanada Di Melbourne Australia ada sebuah set gamelan degung milik University of Melbourne yang sering kali digunakan oleh sebuah komunitas pencinta musik Sunda untuk latihan dan pementasan di festival festival Sejak 2014 Grup Indra Swara yang bermarkas di Ibu Kota Meksiko pimpinan Fitra Ismu Kusumo mengaktifkan divisi Gamelan degung dan sejak tahun itu sampai saat ini Gamelan Degung mewarnai kancah musik gamelan di Meksiko Sumber rujukan SuntingGanjar Kurnia 2003 Deskripsi kesenian Jawa Barat Dinas Kebudayaan amp Pariwisata Jawa Barat Bandung Referensi Sunting Gamelan Istimewa Koleksi Museum di Sumedang Melanglangbuana Hingga Eropa dan Amerika sebelum Diserahkan ke Bupati 1 Diarsipkan 2023 03 28 di Wayback Machine Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Degung amp oldid 24374903