www.wikidata.id-id.nina.az
Artikel ini memuat aksara Makassar Tanpa dukungan multibahasa Anda mungkin akan melihat tanda tanya tanda kotak atau karakter lain selain dari aksara Makassar Artikel ini memuat aksara Lontara Tanpa dukungan multibahasa Anda mungkin akan melihat tanda tanya tanda kotak atau karakter lain selain dari aksara Lontara Bahasa Makassar disebut juga sebagai Makasar Mengkasar atau Mengkasara basa Mangkasaraʼ Jangang jangang Lontara ᨅᨔ ᨆᨀᨔᨑ adalah sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia yang lazimnya dituturkan oleh penduduk bersuku Makassar di sebagian wilayah Sulawesi Selatan Indonesia Daerah yang menggunakan bahasa makassar diataranya Kabupaten Gowa Sinjai Maros Takalar Jeneponto Bantaeng Pangkajene dan Kepulauan Bulukumba Kepulauan Selayar dan Kota Makassar Dalam rumpun bahasa Austronesia bahasa Makassar merupakan bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan walaupun kosakata bahasa ini tergolong divergen jika dibandingkan dengan kerabat kerabat terdekatnya Bahasa Makassar memiliki sekitar 1 87 juta penutur jati pada tahun 2010 Bahasa MakassarBasa Mangkasaraʼ ᨅᨔ ᨆᨀᨔᨑب اس م ڠ ك اس ر ء Mangkasara dalam aksara Lontara Jangang Jangang dan Lontara BaruDituturkan diIndonesiaWilayahSulawesi SelatanEtnisMakassarPenutur1 870 000 2010 1 Rumpun bahasaAustronesia Melayu PolinesiaSulawesi SelatanMakassarikBahasa MakassarDialekGowa LakiungJeneponto TurateaBantaengSistem penulisanModern Alfabet Latin Aksara Lontara Abjad Serang 2 Historis Aksara Makassar Jangang Jangang Kode bahasaISO 639 2 a href https iso639 3 sil org code mak class extiw title iso639 3 mak mak a ISO 639 3 a href https iso639 3 sil org code mak class extiw title iso639 3 mak mak a Glottolog a href http glottolog org resource languoid id maka1311 maka1311 a Lokasi penuturan Bahasa Makassar Ragam bahasa Makassarik lainnyaArtikel ini mengandung simbol fonetik IPA Tanpa bantuan render yang baik Anda akan melihat tanda tanya kotak atau simbol lain bukan karakter Unicode Untuk pengenalan mengenai simbol IPA lihat Bantuan IPA Portal Bahasa L B PWBantuan penggunaan templat iniTerdapat 23 fonem dalam sistem fonologi bahasa Makassar Bahasa Makassar juga memiliki beberapa deret konsonan ganda atau geminat Sebagai bahasa aglutinatif bahasa Makassar memiliki beragam afiks yang masih produktif serta serangkaian klitik yang antara lain memarkahi fungsi pronomina dan aspek Argumen dalam bahasa Makassar dimarkahi pada predikat dengan klitik pronomina yang lazimnya mengikuti pola persekutuan ergatif absolutif Daftar isi 1 Klasifikasi 1 1 Kekerabatan 1 2 Dialek 2 Demografi dan persebaran 3 Sejarah 4 Status saat ini 5 Sistem penulisan 6 Fonologi 6 1 Vokal 6 2 Konsonan 6 3 Fonotaktik 6 4 Tekanan 7 Tata bahasa 7 1 Pronomina persona 7 2 Nomina dan frasa nomina 7 2 1 Ciri dan jenis nomina 7 2 2 Nomina turunan 7 2 3 Frasa nomina 7 3 Verba 7 4 Klausa dasar 7 4 1 Klausa intransitif 7 4 2 Klausa transitif 7 4 3 Klausa semitransitif 7 5 Fokus dan topik 7 5 1 Fokus 7 5 2 Topikalisasi 7 6 Kala aspek dan modalitas 8 Simbol dan singkatan istilah 9 Keterangan 10 Rujukan 10 1 Sitiran 10 2 Daftar pustaka 11 Pranala luarKlasifikasi SuntingKekerabatan Sunting Bahasa Makassar merupakan bahasa Austronesia dari subrumpun Melayu Polinesia cabang Sulawesi Selatan 3 khususnya kelompok Makassar atau Makassarik yang juga mencakup bahasa Konjo baik ragam Pegunungan maupun Pesisir serta bahasa Selayar 4 Ragam bahasa Konjo dan Selayar terkadang juga dianggap sebagai dialek bahasa Makassar Sebagai bagian dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan bahasa Makassar juga berkerabat dekat dengan bahasa Bugis Mandar dan Sa dan Toraja 5 Dalam hal kosakata rumpun bahasa Makassarik merupakan yang paling berbeda di antara bahasa bahasa Sulawesi Selatan Rerata persentase kemiripan kosakata antara rumpun Makassarik dengan bahasa bahasa Sulawesi Selatan lainnya adalah sebesar 43 6 Secara spesifik dialek Gowa atau Lakiung adalah yang paling divergen tingkat kemiripan kosakata dialek ini dengan bahasa bahasa Sulawesi Selatan lainnya sekitar 5 10 poin persentase lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kemiripan kosakata bahasa Konjo serta Selayar dengan bahasa bahasa Sulawesi Selatan lainnya 5 6 Meski begitu analisis etimostatistik a dan functor statistics b yang dilakukan oleh linguis Ulo Sirk menghasilkan persentase kemiripan kosakata yang lebih tinggi 60 antara bahasa Makassar dan bahasa bahasa Sulawesi Selatan lainnya Bukti bukti kuantitatif ini mendukung analisis kualitatif yang menempatkan bahasa Makassar sebagai bagian dari rumpun Sulawesi Selatan 8 9 Dialek Sunting Lihat pula Rumpun bahasa Makassar Diagram hubungan antara ragam ragam bahasa dialek dalam rumpun Makassarik berdasarkan persentase kemiripan leksikalRagam bahasa dalam rumpun Makassarik membentuk sebuah kesinambungan dialek sehingga batas antara bahasa dan dialek sulit ditentukan 10 Survei bahasa di Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh pasangan linguis dan antropolog Charles dan Barbara Grimes memisahkan bahasa Konjo dan Selayar dari bahasa Makassar 11 sementara survei lanjutan yang dilakukan oleh linguis Timothy Friberg dan Thomas Laskowske memecah bahasa Konjo menjadi tiga Konjo Pesisir Konjo Pegunungan dan Bentong Dentong 12 Walaupun begitu dalam buku mengenai tata bahasa Makassar terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa linguis lokal Abdul Kadir Manyambeang dan tim memasukkan ragam bahasa Konjo dan Selayar sebagai dialek bahasa Makassar 13 Tidak termasuk ragam ragam bahasa Konjo dan Selayar bahasa Makassar dapat dibagi ke dalam setidaknya tiga dialek yaitu 1 dialek Gowa atau Lakiung 2 dialek Jeneponto atau Turatea dan 3 dialek Bantaeng 11 13 14 c Perbedaan utama antara ragam ragam dialek dan bahasa dalam rumpun Makassar adalah dalam tataran kosakata tata bahasa ragam ragam ini secara umum tidak jauh berbeda 13 14 Penutur dialek Gowa cenderung bertukar menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi dengan penutur dialek Bantaeng atau penutur bahasa Konjo dan Selayar begitu pula sebaliknya Dialek Gowa umumnya dianggap sebagai ragam tinggi prestige variety bahasa Makassar Sebagai ragam yang dituturkan di wilayah pusat daerah dialek Gowa juga lazim digunakan oleh penutur dialek atau ragam bahasa lainnya dalam rumpun Makassar 10 Demografi dan persebaran Sunting Peta persebaran bahasa bahasa Sulawesi Selatan bahasa Makassar ditandai dengan arsiran hijau dan angka 8Menurut sebuah studi demografi yang didasarkan pada data sensus tahun 2010 sekitar 1 87 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas lima tahun menggunakan bahasa Makassar sebagai bahasa ibu Secara nasional bahasa Makassar termasuk ke dalam 20 bahasa dengan jumlah penutur terbanyak tepatnya di posisi ke 16 17 Bahasa Makassar juga merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Sulawesi setelah bahasa Bugis yang memiliki lebih dari 3 5 juta penutur 1 18 Bahasa Makassar utamanya dituturkan oleh etnis Makassar 19 walaupun sebagian kecil 1 89 etnis Bugis juga menggunakan bahasa ini sebagai bahasa ibu 20 Penutur bahasa Makassar terpusat di wilayah barat daya semenanjung Sulawesi Selatan terutama di wilayah pesisir yang subur di sekitar Kota Makassar Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar 21 Bahasa Makassar juga dituturkan oleh sebagian penduduk kabupaten Maros serta Pangkajene dan Kepulauan di utara berdampingan dengan bahasa Bugis 12 22 23 Penduduk kabupaten Jeneponto serta Bantaeng umumnya juga mengidentifikasi diri sebagai bagian dari komunitas penutur bahasa Makassar walaupun ragam yang mereka tuturkan dialek Jeneponto atau Turatea serta dialek Bantaeng lumayan berbeda dari dialek yang digunakan di Gowa dan Takalar 21 22 Bahasa Konjo yang berkerabat dekat dengan bahasa Makassar dituturkan di wilayah pegunungan Gowa serta di pesisir Kabupaten Bulukumba 24 sementara bahasa Selayar dituturkan di Pulau Selayar di selatan semenanjung 21 25 Sejarah SuntingBagian ini memerlukan pengembangan Anda dapat membantu dengan mengembangkannya Status saat ini SuntingBahasa Makassar termasuk salah satu bahasa daerah Indonesia yang cukup berkembang 18 Memasuki milenium ketiga bahasa ini masih digunakan secara luas di daerah pedesaan serta di sebagian wilayah Kota Makassar Bahasa Makassar juga masih dianggap penting sebagai penanda identitas kesukuan 26 Akan tetapi pada masyarakat urban pembauran antara bahasa Makassar dan bahasa Indonesia melalui alih kode atau campur kode lazim ditemui 27 Sebagian dari masyarakat urban Makassar terutama yang berasal dari kelas menengah ataupun berlatar belakang multietnis juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dalam rumah tangga 26 Ethnologue menggolongkan bahasa Makassar sebagai bahasa dengan tingkat 6b Terancam dalam skala EGIDS d yang menunjukkan bahwa walaupun bahasa ini masih lazim digunakan dalam percakapan tatap muka proses transmisi atau pengajaran bahasa secara alami antargenerasi sudah mulai terganggu 29 Sistem penulisan SuntingBagian ini memerlukan pengembangan Anda dapat membantu dengan mengembangkannya Fonologi SuntingVokal Sunting Bahasa Makassar memiliki lima fonem vokal yaitu a e i o u 30 Tidak ada diftong dalam bahasa Makassar walaupun deret vokal monoftong dapat ditemukan seperti dalam kata tau orang jai banyak rua dua dan sebagainya 31 32 1 Vokal 30 Depan Tengah BelakangTertutup i uSedang e oTerbuka aFonem vokal e cenderung direalisasikan sebagai vokal semiterbuka ɛ jika berada di posisi akhir kata atau sebelum suku kata dengan bunyi ɛ lainnya Bandingkan misalnya antara pengucapan e dalam kata leʼbaʼ ˈleʔ baʔ sudah dan mange ˈma ŋɛ pergi ke 30 Fonem o juga memiliki alofon semiterbuka ɔ jika berada di posisi akhir kata atau jika mendahului suku kata dengan bunyi ɔ seperti yang bisa ditemukan pada kata lompo ˈlɔ m pɔ besar bandingkan dengan orasaʼ ˈo ra saʔ lebat 33 Terlepas dari letaknya dalam sebuah kata sebagian penutur cenderung mengucapkan kedua vokal ini dengan posisi lidah yang lebih tinggi tertutup sehingga mendekati pengucapan fonem i dan u 34 Vokal dapat diucapkan secara sengau jika berada di sekitar konsonan sengau dalam suku kata yang sama Terdapat dua tingkat intensitas penyengauan vokal yaitu penyengauan kuat dan penyengauan lemah Penyengauan lemah dapat ditemukan pada vokal sebelum konsonan sengau yang tidak berada pada akhir ucapan Penyengauan kuat dapat ditemukan pada vokal sebelum konsonan sengau akhir ucapan atau setelah konsonan sengau secara umum Penyengauan dapat menyebar ke vokal dalam suku kata setelah vokal sengau jika tidak ada konsonan yang menghalangi Walaupun begitu intensitas sengau dalam vokal seperti ini tidak sebesar vokal yang mendahuluinya semisal dalam pengucapan kata niaʼ ni aʔ e ada 35 Konsonan Sunting Terdapat 17 konsonan dalam bahasa Makassar seperti yang dijabarkan dalam tabel berikut 36 37 2 Konsonan 36 37 Labial Dental alveolar Palatal Velar GlotalSengau m n ɲ ny ŋ ng Hambat nirsuara p t c k ʔ ʼ bersuara b d ɟ j ɡDesis s hLateral lGetar rSemivokal f w j y wFonem t merupakan satu satunya konsonan dengan pengucapan dental tidak seperti fonem n d s l r yang merupakan konsonan alveolar 38 Fonem hambat nirsuara p t k umumnya diucapkan dengan sedikit aspirasi aliran udara seperti dalam kata katte ˈkat t ʰɛ kitaʼ lampa ˈlam pʰa pergi dan kana ˈkʰa na kata Fonem b dan d memiliki alofon implosif ɓ dan ɗ terutama pada posisi awal kata semisal balu ˈɓa lu janda dan setelah bunyi ʔ seperti dalam kata aʼdoleng aʔ ˈɗo lẽŋ menggelepai 39 Kedua konsonan ini terutama b pada posisi awal terkadang juga direalisasikan sebagai konsonan nirsuara tanpa aspirasi 40 Fonem palatal c dapat direalisasikan sebagai afrikat bunyi hambat dengan pelepasan desis cc atau bahkan tʃ Fonem ɟ juga dapat diucapkan sebagai afrikat ɟʝ Jukes menganalisis kedua konsonan ini sebagai konsonan hambat karena keduanya memiliki padanan sengau palatal ɲ sebagaimana konsonan hambat oral lainnya juga memiliki padanan sengau masing masing 41 Fonotaktik Sunting Struktur dasar suku kata dalam bahasa Makassar adalah K1 V K2 Posisi K1 dapat diisi oleh hampir seluruh konsonan sementara posisi K2 memiliki beberapa batasan 42 Pada suku kata yang terletak dii akhir morfem K2 dapat diisi oleh bunyi hambat K atau bunyi sengau N yang pengucapannya ditentukan oleh beberapa aturan asimilasi Bunyi K berasimilasi diucapkan sebagai konsonan yang sama dengan konsonan nirsuara kecuali h dan direalisasikan sebagai ʔ dalam konteks lainnya Bunyi N direalisasikan sebagai bunyi sengau yang homorgan diucapkan pada tempat artikulasi yang sama sebelum konsonan hambat atau sengau berasimilasi dengan konsonan l dan s serta direalisasikan sebagai ŋ dalam konteks lainnya 37 43 Sedangkan pada suku kata di dalam bentuk akar bahasa Makassar mengontraskan satu bunyi tambahan pada posisi K2 selain K dan N yaitu r Analisis ini didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa Makassar membedakan antara deret bunyi lintas suku kata nr ʔr dan rr Walaupun begitu rr dapat pula dianggap sebagai realisasi dari satu segmen geminat murni alih alih deret bunyi lintas suku kata 44 3 Contoh kata menurut pola suku kata 45 g V o oh kata seru KV ri PREP partikel VK uʼ rambut KVK piʼ getah pulut VV io ya VVK aeng ayah KVV tau orang KVVK taung tahun VKVK uluʼ kepala KVKV sala salah KVKVK sabaʼ sebab KVKKVK leʼbaʼ sudah KVKVKV binanga sungai KVKVKVK pasaraʼ pasar KVKVKKV kaluppa lupa KVKKVKVK kaʼlurung kayu pohon palem KVKVKVKVK balakeboʼ ikan tamban KVKVKVKKVK kalumanynyang kaya Bunyi s l r dapat dikategorikan sebagai kelompok kontinuan bunyi yang diucapkan tanpa menghalangi secara penuh aliran udara yang keluar melalui mulut non sengau dan ketiga tiganya tidak dapat mengisi posisi akhir suku kata kecuali sebagai bagian dari deret konsonan geminasi 46 Kata dasar yang sejatinya berakhir dengan konsonan konsonan ini akan diimbuhi vokal epentetis yang sama dengan vokal di suku kata sebelumnya serta ditutup dengan konsonan hambat glotal ʔ 47 seperti pada kata otereʼ oter tali botoloʼ botol botol dan rantasaʼ rantas kotor 48 Elemen tambahan ini juga disebut sebagai deret VK gema echo VC dan dapat memengaruhi posisi tekanan pada sebuah kata lihat bagian Tekanan 32 49 Umumnya kata dasar dalam bahasa Makassar memiliki panjang dua atau tiga suku kata Meski begitu kata kata yang lebih panjang dapat dibentuk karena sifat bahasa Makassar yang aglutinatif serta adanya proses reduplikasi perulangan yang masih sangat produktif 50 Menurut Jukes kata dengan panjang enam atau tujuh suku kata lazim ditemukan dalam bahasa Makassar sementara kata dasar dengan satu suku kata yang bukan merupakan pinjaman dari bahasa lain sangatlah jarang walaupun ada beberapa kata seru dan partikel yang terdiri dari satu suku kata saja 51 Tekanan Sunting Tekanan umumnya diberikan pada suku kata penultima kedua dari akhir dari sebuah kata dasar Dalam kata ulang tekanan sekunder akan diberikan pada unsur pertama contohnya pada kata ammekang mekang amˌmekaŋˈmekaŋ memancing mancing secara tidak serius 50 52 Sufiks umumnya dihitung sebagai bagian dari unsur fonologis yang diberikan tekanan sementara enklitik tidak dihitung ekstrametrikal 50 53 Kata gassing kuat misalnya jika ditambah sufiks benefaktif ang akan menjadi gassingang lebih kuat dari dengan tekanan pada suku kata penultima tetapi jika diberi enklitik pemarkah persona pertama aʼ akan menjadi gassingaʼ saya kuat dengan tekanan pada suku kata antepenultima ketiga dari akhir 54 Morfem lainnya yang dihitung sebagai bagian dari unsur yang diberi tekanan adalah klitik afiksal h pemarkah kepunyaan seperti pada kata tedong ku kerbau 1 POSS kerbau saya 53 Khusus untuk pemarkah takrif definite marker a morfem ini dihitung sebagai bagian dari unsur yang diberi tekanan hanya jika kata dasar yang diimbuhinya berakhiran vokal seperti pada kata batua batu itu bandingkan dengan pola tekanan pada kongkonga anjing itu yang kata dasarnya berakhiran konsonan 56 57 Sebuah kata dapat memiliki tekanan pada suku kata keempat terakhir jika kata tersebut diimbuhi kombinasi enklitik dwisilabis seperti mako ma PFV ko 2 contoh naiʼmako naik 53 Posisi tekanan juga dapat dipengaruhi proses degeminasi vokal yaitu peleburan vokal identik lintas morfem menjadi satu Misalnya kata jappa jalan jika ditambah imbuhan ang akan menjadi jappang berjalan dengan dengan tekanan pada suku kata ultima akhir 58 Tekanan pada kata kata dasar dengan VK gema selalu terletak pada suku kata antepenultima contohnya lapisiʼ lapis botoloʼ botol pasaraʼ dan Mangkasaraʼ Makassar karena suku kata dengan VK gema bersifat ekstrametrikal 32 49 48 Akan tetapi pengimbuhan sufiks ang dan i akan menghapus suku kata epentetis ini dan memindahkan tekanannya ke posisi penultima seperti pada kata lapisi lapisi 59 Penambahan klitik afiksal pemarkah kepunyaan juga memindahkan tekanan ke posisi penultima tetapi tidak menghapus suku kata epentetis ini seperti pada kata botoloʼna botolnya Sementara penambahan pemarkah takrif dan enklitik tidak menghapus suku kata ini maupun mengubah posisi tekanan seperti pada kata pasaraka pasar itu dan appasarakaʼ saya pergi ke pasar 46 60 Tata bahasa Sunting1PRO persona pertama pronomina bebas 2FAMPRO persona kedua akrab pronomina bebas 2FAM persona kedua bentuk akrab 2POL persona kedua bentuk hormat AF fokus aktor pelaku BCS sebab karena OR atau NR pembentuk nomina Pronomina persona Sunting Pronomina atau kata ganti persona dalam bahasa Makassar memiliki tiga bentuk yaitu 1 bentuk bebas 2 proklitik yang merujuk silang cross reference argumen S dan P absolutif serta 3 enklitik yang merujuk silang argumen A ergatif 61 i Tabel berikut menunjukkan ketiga bentuk pronomina ini beserta pemarkah kepunyaan bagi masing masing serinya 62 4 Pronomina persona 62 Glos Pronomina bebas PRO Proklitik ERG Enklitik ABS Pemarkah kepunyaan POSS 1 i nakke ku aʼ ku1PL INCL 2POL i katte ki kiʼ ta1PL EXCL i kambe kang mang2FAM i kau nu ko nu3 ia na i naPronomina persona pertama jamak inklusif juga digunakan untuk merujuk kepada persona kedua jamak sekaligus berfungsi sebagai bentuk hormat bagi persona kedua tunggal Seri pronomina persona pertama ku lazimnya juga digunakan untuk merujuk pada persona pertama jamak dalam bahasa Makassar modern pronomina kambe dan pemarkah kepunyaan mang bersifat arkais sementara enklitik kang hanya dapat muncul dalam bentuk kombinasi dengan klitik pemarkah modalitas dan aspek seperti pakang pa IPF kang 1PL EXCL 63 Makna jamak dapat dinyatakan lebih jelas dengan menambahkan kata ngaseng semua setelah bentuk bebas semisal ia ngaseng mereka semua dan ikau ngaseng kalian semua 64 atau sebelum enklitik misalnya ngaseng i mereka semua Walaupun begitu ngaseng tidak dapat dipasangkan dengan proklitik 63 Bentuk proklitik dan enklitik merupakan bentuk pronomina yang paling umum digunakan untuk merujuk pada persona atau benda yang dituju lihat bagian Klausa dasar untuk contoh penggunaannya Bentuk bebas lebih jarang digunakan pemakaiannya biasanya terbatas pada klausa presentatif klausa yang menyatakan atau mengenalkan sesuatu lihat contoh 1 sebagai penekanan 2 dalam frasa preposisional yang berfungsi sebagai argumen maupun adjung 3 dan sebagai predikat 4 65 j 1 Iaminjo allo makaruayyaia3PRO mo PFV i 3 a njoitualloharimaka ORD ruadua a DEFia mo i a njo allo maka rua a3PRO PFV 3 itu hari ORD dua DEF Itulah hari kedua nya 63 2 lompo lompoi anaʼna na inakke tenapa kutiananglompo RDP lompobesar i 3anaʼanak na 3 POSSnadani PERS nakke1PROtenaNEG pa IPFku 1 tiananghamillompo lompo i anaʼ na na i nakke tena pa ku tianangRDP besar 3 anak 3 POSS dan PERS 1PRO NEG IPF 1 hamil anaknya besar besar sedangkan saya belum lagi hamil 67 3 Amminawangaʼ ri katteaN N BV pinawangikut a 1riPREPkatte2FAMPROaN N pinawang a ri katteBV ikut 1 PREP 2FAMPRO Aku mengikutimu 67 4 Inakkejii PERS nakke1PRO ja LIM i 3i nakke ja iPERS 1PRO LIM 3 Ini hanya aku 67 Nomina dan frasa nomina Sunting Ciri dan jenis nomina Sunting Nomina atau kata benda dalam bahasa Makassar merupakan kelas kata yang dapat menjadi argumen bagi sebuah predikat sehingga bisa dirujuk silang oleh klitik pronomina 68 Nomina juga dapat menjadi inti dari sebuah frasa nomina termasuk klausa relatif Nomina dapat berperan sebagai pemilik maupun yang dimiliki dalam konstruksi kepemilikan klitik afiksal akan diimbuhkan pada frasa nomina yang dimiliki Ketakrifan nomina dapat dinyatakan dengan klitik afiksal a Nomina tanpa imbuhan juga dapat menjadi predikat dalam sebuah kalimat Keseluruhan poin poin utama ini digambarkan dalam contoh berikut 69 5 Anaʼnai karaengaanaʼanak na 3 POSS i 3karaengraja a DEFanaʼ na i karaeng aanak 3 POSS 3 raja DEF Ia merupakan anak sang karaeng 70 Selain itu nomina juga dapat dikhususkan oleh demonstrativa diterangkan oleh adjektiva dikirakan dengan numeralia menjadi pelengkap dalam frasa preposisional serta menjadi verba yang bermakna pakai gunakan nomina yang dimaksud jika diimbuhi dengan prefiks aK 69 Nomina yang biasanya diimbuhi klitika afiksal takrif a dan pemarkah kepunyaan adalah nomina umum common noun 71 Sementara itu nomina diri atau nama diri proper noun seperti nama tempat nama orang dan gelar tidak termasuk panggilan kekerabatan biasanya tidak diimbuhi pemarkah takrif dan kepunyaan tetapi dapat dipasangkan dengan prefiks personal i seperti kelas kata pronomina 72 Beberapa nomina umum merupakan nomina generik yang sering kali menjadi inti dari sebuah kata majemuk seperti kata jeʼneʼ air tai tahi dan anaʼ anak 73 Contoh kata kata majemuk yang diturunkan dari nomina generik ini adalah jeʼneʼ inung air minum tai bani lilin lebah arti harfiah tahi lebah dan anaʼ baine anak perempuan 74 Istilah kekerabatan yang biasa dijadikan sapaan juga tergolong nomina umum seperti misalnya kata mangge ayah anrong ibu dan sariʼbattang saudara 75 Contoh lainnya adalah kata daeng yang digunakan sebagai sapaan sopan secara umum atau oleh seorang istri kepada suaminya 74 Kelompok nomina utama lainnya adalah nomina temporal yang biasanya muncul setelah preposisi dalam konstruksi adjung untuk menyatakan waktu 73 Contoh nomina temporal adalah waktu jam seperti tetteʼ lima 5 00 pukul lima waktu perkiraan berdasarkan pembagian hari seperti bariʼbasa pagi hari hari dalam seminggu serta tanggal bulan dan musim 76 Nomina turunan Sunting Nomina turunan dapat dibentuk dengan beberapa proses morfologis produktif seperti reduplikasi dan pengimbuhan afiks pa ka dan ang baik sendiri sendiri maupun secara kombinasi 77 Tabel berikut memaparkan beberapa proses pembentukan nomina yang umum dalam bahasa Makassar 78 79 5 Pembentukan nomina turunan Proses Makna yang dihasilkan Contoh Sumberreduplikasi bentuk mungil atau tiruan tau orang tau tau patung boneka 80 81 pengimbuhan pa pa AKAR NOMINA VERBA pelaku pembuat atau pengguna jarang kuda pajarang penunggang kuda botoroʼ judi pabotoroʼ penjudi 82 83 pa DASAR VERBA k instrumental atau alat akkutaʼnang bertanya pakkutaʼnang pertanyaan anjoʼjoʼ menunjuk panjoʼjoʼ telunjuk penunjuk 86 87 pa DASAR VERBA TURUNAN l instrumental atau alat appakagassing menguatkan pappakagassing obat minuman penguat 86 pa gt DASAR VERBA lt ang tempat atau waktu aʼjeʼneʼ mandi paʼjeʼnekang pemandian waktu mandi angnganre makan pangnganreang piring 88 paK gt ADJEKTIVA lt ang m orang yang cenderung bersifat serupa adjektiva yang dimaksud garring sakit paʼgarringang orang yang mudah sakit 89 pengimbuhan ka gt lt ang ka gt ADJEKTIVA lt ang sifat kodi buruk kakodiang keburukan 90 91 ka gt REDUPLIKASI ADJEKTIVA lt ang puncak sifat sesuatu atau seseorang gassing kuat kagassing gassingang puncak kekuatan n 93 ka gt AKAR VERBA lt ang status atau proses battu datang kabattuang kedatangan 91 94 pengimbuhan ang instrumental atau alat buleʼ usung bulekang usungan 95 96 Terdapat beberapa pengecualian dari pola umum yang dijabarkan di atas Misalnya reduplikasi kata oloʼ ulat menjadi oloʼ oloʼ menghasilkan perluasan makna menjadi binatang 97 Pengimbuhan pa pada dasar verba juga tidak selalu mengindikasikan instrumen atau alat contohnya paʼmaiʼ napas tabiat hati seperti dalam frasa lompo paʼmaiʼ besar hati yang diturunkan dari kata aʼmaiʼ bernapas 98 99 Pengimbuhan pa gt lt ang pada dasar verba ammanaʼ beranak menghasilkan kata pammanakang yang bemakna keluarga walaupun mungkin saja kata ini awalnya merupakan kiasan tempat untuk memiliki anak 100 Frasa nomina Sunting Komponen frasa nomina dalam bahasa Makassar dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu 1 inti head 2 pengkhusus specifier dan 3 pewatas modifier 101 Yang dimaksud dengan pengkhusus adalah demonstrativa dan numeralia serta penggolong classifer sementara pewatas dapat berupa nomina adjektiva verba atau klausa relatif yang memodifikasi nomina inti Pengkhusus juga berbeda dari pewatas karena dapat diletakkan sebelum nomina inti seperti dalam frasa anjo kongkong a itu anjing DEF anjing itu Numeralia diletakkan sebelum nomina inti jika nomina tersebut bersifat takrif 6 tetapi diletakkan setelahnya jika nomina tersebut bersifat taktakrif 7 102 6 Assibuntuluʼmaʼ rua tau ParancisiʼaK MV si MUT buntuluʼbertemu ma PFV aʼ 1ruaduatauorangParancisiʼPerancisaK si buntuluʼ ma aʼ rua tau ParancisiʼMV MUT bertemu PFV 1 dua orang Perancis Saya bertemu dengan dua orang Perancis 103 7 Assibuntuluʼmaʼ tau ruayya ParancisiʼaK MV si MUT buntuluʼbertemu ma PFV aʼ 1tauorangruadua a DEFParancisiʼPerancisaK si buntuluʼ ma aʼ tau rua a ParancisiʼMV MUT bertemu PFV 1 orang dua DEF Perancis Saya bertemu dengan dua orang Perancis itu 103 Pewatas selalu diletakkan setelah nomina inti yang dimodifikasinya dan dapat berupa 104 nomina seperti dalam frasa bawi romang babi hutan 105 adjektiva seperti dalam frasa jukuʼ lompo ikan besar 106 verba seperti dalam frasa kappalaʼ anriʼbaʼ kapal terbang 106 kata pemilik seperti dalam frasa tedonna i Ali kerbaunya si Ali 107 klausa relatif 108 Klausa relatif dalam bahasa Makassar langsung diletakkan setelah nomina inti tanpa penanda khusus tidak seperti bahasa Indonesia yang memerlukan kata seperti yang sebelum klausa relatif Verba dalam klausa relatif akan diberi pemarkah takrif a 108 8 Tau battua ri Jepangtauorangbattudatang a DEFriPREPJepangJepangtau battu a ri Jepangorang datang DEF PREP Jepang Orang yang datang dari Jepang 108 Verba Sunting Bagian ini memerlukan pengembangan Anda dapat membantu dengan mengembangkannya Klausa dasar Sunting Klausa intransitif Sunting Dalam klausa intransitif bahasa Makassar enklitik absolutif ABS digunakan untuk merujuk silang satu satunya argumen dalam klausa tersebut S jika argumen tersebut bersifat takrif definite atau kentara salient menurut konteks percakapannya Enklitik ini cenderung dipasangkan pada konstituen pertama dari sebuah klausa dengan kata lain enklitik ini merupakan enklitik Wackernagel atau enklitik yang lazimnya berada di posisi kedua Prefiks imbuhan awalan aK umumnya digunakan untuk membentuk verba intransitif walaupun beberapa verba seperti tinro tidur tidak memerlukan prefiks ini 109 11 Aʼjappai BalandayyaaK MV jappajalan i 3BalandaBelanda a DEFaK jappa i Balanda aMV jalan 3 Belanda DEF Si orang Belanda berjalan 109 12 Tinroi i Alitinrotidur i 3iPERSAliAlitinro i i Alitidur 3 PERS Ali Si Ali tidur 110 Klausa intransitif juga dapat dibentuk dengan inti head predikat nomina 13 dan pronomina contoh 4 di atas adjektiva 14 atau frasa preposisional 15 110 13 Jarangaʼjarangkuda aʼ 1jarang aʼkuda 1 Saya adalah seekor kuda 110 14 Bambangi alloabambangpanas i 3allohari a DEFbambang i allo apanas 3 hari DEF Siang hari ini panas 110 15 Ri ballaʼnairiPREPballaʼrumah na 3 POSS i 3ri ballaʼ na iPREP rumah 3 POSS 3 Dia berada di rumahnya 110 Klausa transitif Sunting Verba dalam klausa transitif tidak diimbuhi afiks tetapi diberi proklitik pronomina yang menandakan A atau pelaku actor serta enklitik pronomina yang menandakan P atau penderita undergoer 110 16 Nakokkokaʼ miongkuna 3 kokkoʼgigit aʼ 1miongkucing ku 1 POSSna kokkoʼ aʼ miong ku3 gigit 1 kucing 1 POSS Kucingku menggigitku 110 Jika kedua argumen yang melengkapi predikat verba sama sama merupakan persona ketiga dapat terjadi ketaksaan mengenai argumen mana yang dirujuk silang oleh masing masing klitik Dalam kasus ini konteks pragmatis diperlukan untuk menentukan makna yang tepat bagi klausa tersebut 110 17 Naciniki tedongku i Alina 3 ciniʼlihat i 3tedongkerbau ku 1 POSSiPERSAliAlina ciniʼ i tedong ku i Ali3 lihat 3 kerbau 1 POSS PERS Ali Si Ali melihat kerbauku Kerbauku melihat si Ali 110 Agar dapat dirujuk silang dengan klitik penderita dalam klausa transitif harus bersifat takrif Contoh penderita yang bersifat takrif adalah nama dan gelar kata yang rujukannya kentara secara pragmatis seperti pronomina persona pertama dan kedua serta kata yang dipasangkan dengan pemarkah kepunyaan seperti miongku dan tedongku dalam contoh 16 17 atau pemarkah takrif seperti untia dalam contoh 18 111 18 Kukanrei untiaku 1 kanremakan i 3untipisang a DEFku kanre i unti a1 makan 3 pisang DEF Saya memakan pisang nya 111 Pengecualian terhadap pola umum pembentukan klausa transitif terjadi jika 1 argumen A atau P menjadi fokus dalam sebuah klausa 2 klitik dipasangkan pada kata lainnya karena ada unsur sebelum verba atau 3 jika klausa tersebut memiliki penderita yang taktakrif indefinite Pola ketiga dianalisis oleh Jukes sebagai bentuk klausa semitransitif 112 Klausa semitransitif Sunting Klausa semitransitif merupakan klausa yang memiliki dua partisipan tetapi hanya satu partisipan saja yaitu pelaku yang dirujuk silang oleh klitik pronomina Klitik yang dipakai adalah seri enklitik pronomina absolutif yang umumnya digunakan untuk merujuk silang S dan P Dengan kata lain verba dalam klausa semitransitif umumnya bersifat bivalen atau dwivalen memerlukan dua argumen atau pelengkap verba seperti dalam klausa transitif tetapi penderita dalam klausa sejenis ini berbeda dari P dalam klausa transitif pada umumnya karena tidak dirujuk silang oleh klitik pronomina Prefiks aN N umumnya diimbuhkan pada verba semi transitif Penderita dalam klausa sejenis ini bersifat taktakrif seperti yang bisa dilihat dari contoh 19 bandingkan dengan contoh 18 yang memiliki penderita takrif 113 19 Angnganreaʼ untiaN N BV kanremakan aʼ 1untipisangaN N kanre aʼ untiBV makan 1 pisang Saya memakan pisang 111 Frasa nomina penderita seperti unti pisang dalam contoh 18 umumnya diperlukan untuk melengkapi klausa semi transitif Walaupun begitu frasa nomina ini dapat dibuang dalam klausa dengan verba ambitransitif verba yang dapat dimaknai sebagai verba transitif maupun intransitif seperti kanre makan dan inung minum Klausa seperti ini dapat dianggap memiliki makna intransitif 111 20 AngnganreaʼaN N BV kanremakan aʼ 1aN N kanre aʼBV makan 1 Saya makan 111 Fokus dan topik Sunting Fokus Sunting Argumen dalam sebuah kalimat dapat muncul sebelum verba dan tidak dirujung silang dengan klitik Argumen yang berada pada posisi ini dianggap sebagai argumen yang difokuskan dengan fungsi pragmatis seperti disambiguasi penekanan atau pemastian 114 21 I Ali tinroIPERSAliAlitinrotidurI Ali tinroPERS Ali tidur Si Ali tidur 114 Jika dibandingkan dengan contoh 12 yang sekadar merupakan pernyataan fakta si Ali tidur contoh 21 dapat menyatakan makna kuberitahu padamu si Ali sedang tidur kudengar si Ali sedang tidur atau makna interogatif benarkah si Ali yang tidur Contoh ini juga merupakan jawaban bagi pertanyaan inai tinro siapa yang tidur 114 Dalam kalimat transitif salah satu argumen tetapi tidak keduanya dapat difokuskan 115 Imbuhan aN bedakan dari imbuhan semi transitif aN N yang menukar konsonan awal kata dasar dengan bunyi sengau biasanya akan ditambahkan pada kalimat dengan fokus pada argumen pelaku sementara kalimat dengan fokus pada argumen penderita tidak memilki imbuhan apapun dan hanya ditandai dengan ketiadaan klitik yang merujuk silang argumen tersebut 116 Contoh kalimat 22 memfokuskan argumen A atau pelaku sementara contoh 23 memfokuskan argumen P atau penderita 115 22 Kongkonga ambunoi miongakongkonganjing a DEFaN AF bunobunuh i 3miongkucing a DEFkongkong a aN buno i miong aanjing DEF AF bunuh 3 kucing DEF Si anjing membunuh si kucing 115 23 Mionga nabuno kongkongamiongkucing a DEFna 3 bunobunuhkongkonganjing a DEFmiong a na buno kongkong akucing DEF 3 bunuh anjing DEF Si anjing membunuh si kucing 115 Topikalisasi Sunting Topikalisasi merupakan proses pelepasan ke kiri left dislocation atau pengedepanan unsur kalimat yang disertai jeda prosodik antara unsur tersebut dan unsur kalimat lainnya Topikalisasi berbeda dari fokus karena argumen inti yang dijadikan topik tetap harus dirujuk silang Secara fungsi topikalisasi biasanya digunakan untuk menetapkan topik baru dalam sebuah naskah atau percakapan 117 Perbedaan antara topik dan fokus dapat dilihat dalam contoh 24 25 Dalam kedua contoh tersebut argumen A kongkonga berada pada posisi topik dan dirujuk silang oleh klitik na tetapi dalam contoh 25 argumen P mionga yang berada pada posisi fokus tidak dirujuk silang oleh klitik apapun 118 24 Kongkonga nabunoi miongakongkonganjing a DEFna 3 bunobunuh i 3miongkucing a DEFkongkong a na buno i miong aanjing DEF 3 bunuh 3 kucing DEF Mengenai si anjing ia membunuh si kucing 118 25 Kongkonga mionga nabunokongkonganjing a DEFmiongkucing a DEFna 3 bunobunuhkongkong a miong a na bunoanjing DEF kucing DEF 3 bunuh Mengenai si anjing si kucinglah yang ia bunuh 118 Kala aspek dan modalitas Sunting Klitik kala dan aspek merah diletakkan sebelum klitik pronomina hijau baik sebelum maupun setelah kata dasar biru Selain klitik pronomina persona yang dipakai untuk merujuk silang argumen dalam sebuah kalimat bahasa Makassar juga memiliki serangkaian klitik yang digunakan untuk memarkahi makna gramatikal seperti kala tense aspek modalitas dan polaritas pembenaran atau penyangkalan Klitik yang termasuk golongan ini adalah proklitik la FUT dan ta NEG serta enklitik mo PFV pa IPF ja LIM dan ka OR 119 Klitik jenis ini secara umum diletakkan sebelum klitik pronomina jika ada baik dalam posisi awal atau akhir kata dasar yang diimbuhinya 120 Bunyi vokal dalam enklitik aspek modalitas akan dibuang jika diikuti oleh enklitik pronomina aʼ dan i dengan pengecualian enklitik ka yang menjadi kai jika dipasangkan dengan i 121 Tabel berikut menunjukkan kombinasi antara enklitik aspek modalitas dan pronomina 122 6 Enklitik aspek modalitas dan pronomina 122 aʼ 1 kiʼ 1PL INCL 2POL kang 1PL EXCL ko 2FAM i 3 mo PFV maʼ makiʼ makang mako mi pa IPF paʼ pakiʼ pakang pako pi ja LIM jaʼ jakiʼ jakang jako ji ka OR kaʼ kakiʼ kakang kako kaiProklitik ta walaupun merupakan morfem penyangkal yang paling dasar dalam bahasa Makassar bukan merupakan penyangkal yang paling umum digunakan Konstruksi sangkalan pada umumnya menggunakan gabungan kata yang sudah mengalami gramatikalisasi seperti taena tidak 122 Proklitik la dapat digunakan untuk menyatakan kala mendatang future tense atau makna akan seperti dalam contoh berikut 123 Lamangeaʼ ri pasaraka ammukola FUT mangepergi aʼ 1riPREPpasaraʼpasar a DEFammukobesokla mange aʼ ri pasaraʼ a ammukoFUT pergi 1 PREP pasar DEF besok Saya akan pergi ke pasar besok 123 Proklitik la juga dapat ditemui dalam pertanyaan seperti dalam ungkapan lakereko mae atau lakeko mae kamu mau ke mana arti harfiah di mana kamu akan berada yang merupakan sapaan umum di Makassar 123 Penggunaan klitik perfektif mo bersamaan dengan la menandakan bahwa hal yang dirujuk oleh kedua klitik tersebut akan segera terjadi 123 Lakusaremako paʼarengangla FUT ku 1 sareberi mo PFV ko 2FAMpa gt NR gt aK MV arengnama lt ang lt NRla ku sare mo ko pa gt aK areng lt angFUT 1 beri PFV 2FAM NR gt MV nama lt NR Akan kuberikan engkau penamaan sekarang juga 123 Enklitik mo sendiri pada dasarnya merupakan pemarkah aspek perfektif atau makna sudah telah 124 Pirambulammi battanta Sibulammaʼ tacciniʼ ceraʼpiraN berapabulangbulan mo PFV i 3battangperut ta 2POL POSSsi se bulangbulan mo PFV aʼ 1ta NEG aK MV ciniʼlihatceraʼdarahpiraN bulang mo i battang ta si bulang mo aʼ ta aK ciniʼ ceraʼberapa bulan PFV 3 perut 2POL POSS se bulan PFV 1 NEG MV lihat darah Sudah berapa bulan Anda hamil Sudah sebulan saya lihat tidak ada darah 124 Enklitik ini juga memiliki makna deontik menandakan keharusan atau kepastian dan dapat digunakan dalam konstruksi imperatif seperti dalam contoh 9 Dalam konstruksi interogatif penambahan enklitik mo menandakan bahwa penanya menginginkan jawaban yang pasti 125 Ammempomakiʼamm MV empoduduk mo PFV kiʼ 2POLamm empo mo kiʼMV duduk PFV 2POL Duduklah 124 Keremi mae pammantangannu keredi mana mo PFV i 3maeadapa gt NR gt amm MV antangtinggal lt ang lt NR nu 2FAM POSSkere mo i mae pa gt amm antang lt ang nu di mana PFV 3 ada NR gt MV tinggal lt NR 2FAM POSS Di mana sebetulnya tempat tinggalmu 126 Lawan dari mo adalah enklitik imperfektif pa yang menyampaikan makna belum usai atau masih 126 Ingka seʼrepi kuboyaingkatetapiseʼresatu pa IPF i 3ku 1 boyacariingka seʼre pa i ku boyatetapi satu IPF 3 1 cari Tetapi masih ada satu hal lagi yang hendak kucari 126 Makna saja hanya dalam artian tidak lebih dari atau tiada lain selain disampaikan oleh enklitik limitatif ja Contoh penggunaan 127 Mannantu lompo lompo bannanjimannawalaupunantuitulompobesarlompobesarbannangbenang ja LIM i 3manna antu lompo lompo bannang ja iwalaupun itu besar besar benang LIM 3 Walaupun tebal tebal benang sajalah itu 127 Enklitik ka memiliki dua fungsi Dalam kalimat tanya enklitik ini digunakan untuk meminta kepastian atau mengklarifikasi pernyataan lawan bicara serupa partikel question tag dalam bahasa Inggris 128 Lanaungkako la FUT naungturun ka OR ko 2FAMla naung ka koFUT turun OR 2FAM Kau jadi turun atau tidak 129 Fungsi lain enklitik ka adalah untuk memarkahi pilihan atau kemungkinan misalnya tedong ka jarang ka kerbau OR kuda OR pilihannya antara kerbau atau kuda Contoh penggunaan yang lebih panjang dapat dilihat dari kutipan mukadimah Kronik Gowa berikut 129 Ka punna taniassenga ruai kodina kisaʼringkai kalenta karaeng dudu na kanaka tau ipantaraka tau bawang dudukaBCSpunnajikata NEG ni PASS assengtahu a DEFruadua i 3kodiburuk na 3 POSSki 2POL saʼringrasa ka OR i 3kalediri nta 2POL POSSkaraengrajadudusangatnadankanakata ka ORtauorangiPREPpantaraʼluar a DEFtauorangbawangbiasadudusangatka punna ta ni asseng a rua i kodi na ki saʼring ka i kale nta karaeng dudu na kana ka tau i pantaraʼ a tau bawang duduBCS jika NEG PASS tahu DEF dua 3 buruk 3 POSS 2POL rasa OR 3 diri 2POL POSS raja sangat dan kata OR orang PREP luar DEF orang biasa sangat Sebab jikalau kisah para karaeng terdahulu tidak diketahui ada dua bahayanya entah kita merasa bahwa kita ini setara dengan para karaeng atau orang luar akan mengira bahwa kita ini orang yang biasa biasa saja 129 Simbol dan singkatan istilah Sunting1 persona pertama INCL inklusif2 persona kedua MV monovalen ekavalen3 persona ketiga NEG negasi sangkalanABS absolutif NR pembentuk nominaAF fokus aktor pelaku ORD ordinal urutanBCS sebab karena PERS personalBV bivalen dwivalen PFV aspek perfektifDEF definit takrif pasti POL bentuk sopanERG ergatif POSS pemarkah posesi kepunyaanEXCL eksklusif PREP preposisiFAM bentuk akrab RDP reduplikasi perulanganFUT kala mendatang dd Keterangan Sunting Etimostatistik adalah sebuah metode analisis kosakata kembangan linguis Rusia Sergei Starostin Metode ini menghitung seberapa banyak kosakata dari secuplik teks dalam satu bahasa yang dapat ditemukan kognatnya dalam bahasa lain 7 Functor statistics adalah sebuah metode analisis kosakata yang membandingkan antara morfem inti seperti pronomina kata tunjuk kata tanya konjungsi imbuhan dan sebagainya 8 Grimes amp Grimes 1987 mendaftar dialek keempat yaitu dialek Maros Pangkep terpisah dari dialek Gowa 15 Glottolog versi 4 1 mengutip kajian ini dan memasukkan Maros Pangkep sebagai salah satu dari tiga dialek bahasa Makassar minus dialek Bantaeng 16 EGIDS merupakan singkatan dari Expanded Graded Intergenerational Disruption Scale sebuah skala yang menilai seberapa parah pemutusan rantai transmisi antargenerasi bagi sebuah bahasa Tingkat 1 menandakan bahwa bahasa tersebut lazim digunakan dalam komunikasi antarbangsa sementara tingkat 10 menandakan bahwa bahasa tersebut telah punah 28 Khusus dalam contoh ini tilde tanda gelombang ganda menandakan penyengauan yang lebih kuat daripada tilde tunggal 35 Pengucapan fonem w melibatkan dua tempat artikulasi yaitu bibir labial dan velum velar Contoh kata dalam dua baris pertama yang diarsir kelabu bukan merupakan kata dasar 45 Klitik afiksal merupakan sekumpulan morfem dalam bahasa Makassar yang memiliki sebagian sifat sifat afiks maupun klitik Batas antara klitik afiksal dan morfem lainnya ditandai dengan simbol 55 S merupakan subjek dari kalimat intransitif A merupakan subjek kalimat transitif dan P merupakan objek kalimat transitif Jika sebuah bahasa memperlakukan S dan P dengan cara yang sama maka kedua argumen ini digolongkan sebagai bentuk absolutif sementara A yang diperlakukan berbeda digolongkan sebagai bentuk ergatif Jika sebuah bahasa memperlakukan S dan A dengan cara yang sama keduanya disebut sebagai bentuk nominatif sedangkan P yang diperlakukan berbeda disebut sebagai bentuk akusatif Singkatan glos dan pemarkah antarmorfem pada contoh contoh di artikel ini telah diselaraskan mengikuti Jukes 2020 Simbol akan digunakan untuk imbuhan untuk klitik dan untuk klitik afiksal Klitik pronomina hanya akan dilabeli secara minimal dengan makna persona semisal 1 untuk proklitik persona pertama ergatif dan 3 untuk enklitik persona ketiga absolutif 66 Dasar verba yang dimaksud adalah verba dengan awalan aK atau aN N 84 Manyambeang Mulya amp Nasruddin 1996 menganalisis bentuk ini sebagai paK paN N akar verba 85 tetapi Jukes berpendapat bahwa analisis ini kurang elegan karena mengasumsikan jumlah morfem imbuhan yang lebih banyak Selain itu analisis ini juga tidak dapat menjelaskan mengapa paK dan paN N lazimnya ditemui pada verba yang dapat diimbuhi aK dan aN N 84 Contohnya seperti verba kausatif yang diturunkan dari akar verba dengan imbuhan pa homonim dengan imbuhan pembentuk nomina atau diturunkan dari akar adjektiva dengan paka 86 Khusus untuk bentuk ini Jukes menganalisis awalannya sebagai paK alih alih pa aK karena adjektiva dapat berdiri sendiri sebagai predikat tanpa diimbuhi aK 89 Contoh penggunaan 92 Kagassing gassingannamika gt NR gt gassing RDP gassingkuat lt ang lt NR na 3 POSS mo PFV i 3ka gt gassing gassing lt ang na mo iNR gt RDP kuat lt NR 3 POSS PFV 3 Dia sudah mencapai puncak kekuatannya atau dia sedang kuat kuatnya Rujukan SuntingSitiran Sunting a b Ananta et al 2015 hlm 278 Jukes 2005 hlm 122 Smith 2017 hlm 443 444 Grimes amp Grimes 1987 hlm 25 29 a b Jukes 2005 hlm 649 a b Grimes amp Grimes 1987 hlm 25 Sirk 1989 hlm 72 a b Sirk 1989 hlm 72 73 Jukes 2020 hlm 24 25 a b Jukes 2020 hlm 20 a b Grimes amp Grimes 1987 hlm 25 26 a b Friberg amp Laskowske 1989 hlm 3 a b c Manyambeang Mulya amp Nasruddin 1996 hlm 2 4 a b Jukes 2020 hlm 20 21 Grimes amp Grimes hlm 25 26 Hammarstrom Forkel amp Haspelmath 2019 Ananta et al 2015 hlm 278 280 a b Tabain amp Jukes 2016 hlm 99 Ananta et al 2015 hlm 280 Ananta et al 2015 hlm 292 a b c Jukes 2020 hlm 4 a b Grimes amp Grimes 1987 hlm 27 Manyambeang Mulya amp Nasruddin 1996 hlm 2 Grimes amp Grimes 1987 hlm 28 Manyambeang Mulya amp Nasruddin 1996 hlm 3 a b Jukes 2020 hlm 30 Tabain amp Jukes 2016 hlm 100 Lewis amp Simons 2010 hlm 109 113 Eberhard Simons amp Fennig 2020 a b c Jukes 2020 hlm 85 Manyambeang Mulya amp Nasruddin 1996 hlm 23 a b c Tabain amp Jukes 2016 hlm 107 Jukes 2020 hlm 86 Tabain amp Jukes 2016 hlm 105 a b Jukes 2020 hlm 90 a b Jukes 2005 hlm 651 a b c Tabain amp Jukes 2016 hlm 101 Jukes 2020 hlm 70 Jukes 2020 hlm 69 71 73 Tabain amp Jukes 2016 hlm 101 102 Jukes 2020 hlm 71 Jukes 2020 hlm 93 Jukes 2020 hlm 93 94 Jukes 2020 hlm 94 95 a b Jukes 2020 hlm 98 a b Jukes 2020 hlm 108 Macknight 2012 hlm 10 a b Basri Broselow amp Finer 1999 hlm 26 a b Jukes 2020 hlm 107 109 a b c Tabain amp Jukes 2016 hlm 108 Jukes 2020 hlm 97 99 100 Jukes 2005 hlm 651 652 a b c Jukes 2020 hlm 101 Basri Broselow amp Finer 1999 hlm 25 26 Jukes 2020 hlm 133 134 Jukes 2005 hlm 652 656 659 Basri Broselow amp Finer 1999 hlm 27 Jukes 2005 hlm 652 653 Jukes 2005 hlm 653 Basri Broselow amp Finer 1999 hlm 26 27 Jukes 2005 hlm 655 658 a b Jukes 2020 hlm 171 a b c Jukes 2020 hlm 169 Macknight 2012 hlm 13 Jukes 2020 hlm 169 170 Jukes 2020 hlm xvii xviii a b c Jukes 2020 hlm 170 Jukes 2005 hlm 657 a b Jukes 2020 hlm 147 196 Jukes 2020 hlm 147 Jukes 2020 hlm 196 Jukes 2020 hlm 196 197 a b Jukes 2020 hlm 197 a b Jukes 2020 hlm 199 Jukes 2020 hlm 197 199 200 Jukes 2020 hlm 203 207 Jukes 2020 hlm 208 Jukes 2020 hlm 208 222 Manyambeang et al 1979 hlm 38 39 43 44 46 Jukes 2020 hlm 208 209 Mursalin et al 1981 hlm 45 Jukes 2020 hlm 209 210 Manyambeang et al 1979 hlm 38 a b Jukes 2020 hlm 211 Manyambeang Mulya amp Nasruddin 1996 hlm 82 83 a b c Jukes 2020 hlm 211 212 Manyambeang et al 1979 hlm 38 39 Jukes 2020 hlm 214 215 a b Jukes 2020 hlm 216 217 Jukes 2020 hlm 216 218 a b Manyambeang et al 1979 hlm 46 Jukes 2020 hlm 218 Jukes 2020 hlm 218 219 Jukes 2020 hlm 219 220 Jukes 2020 hlm 221 222 Manyambeang et al 1979 hlm 43 44 Jukes 2020 hlm 209 Jukes 2020 hlm 212 213 Manyambeang et al 1979 hlm 38 57 Jukes 2020 hlm 215 216 Jukes 2020 hlm 222 Jukes 2020 hlm 222 224 a b Jukes 2020 hlm 223 Jukes 2020 hlm 224 226 Jukes 2020 hlm 224 a b Jukes 2020 hlm 225 Jukes 2020 hlm 137 224 a b c Jukes 2020 hlm 226 a b Jukes 2013a hlm 68 a b c d e f g h i Jukes 2013a hlm 69 a b c d e Jukes 2013a hlm 70 Jukes 2013a hlm 69 70 Jukes 2013a hlm 70 71 a b c Jukes 2013a hlm 79 a b c d Jukes 2005 hlm 667 Jukes 2013a hlm 80 Jukes 2020 hlm 338 339 a b c Jukes 2005 hlm 668 Jukes 2013b hlm 123 124 Jukes 2013b hlm 124 Jukes 2020 hlm 126 132 a b c Jukes 2013b hlm 125 a b c d e Jukes 2013b hlm 127 a b c Jukes 2013b hlm 128 Jukes 2013b hlm 128 129 a b c Jukes 2013b hlm 129 a b Jukes 2013b hlm 130 Jukes 2020 hlm 132 133 a b c Jukes 2020 hlm 133 Daftar pustaka Sunting Ananta Aris Arifin Evi Nurvidya Hasbullah M Sairi Handayani Nur Budi Pramono Agus 2015 Demography of Indonesia s Ethnicity Singapura Institute of Southeast Asian Studies ISBN 9789814519878 Basang Djirong Arief Aburaerah 1981 Struktur Bahasa Makassar Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa OCLC 17565227 Basri Hasan Broselow Ellen Finer Daniel 1999 Clitics and Crisp Edges in Makassarese Toronto Working Papers in Linguistics 16 2 Bellwood Peter 2007 Prehistory of the Indo Malaysian Archipelago edisi ke 3 Canberra ANU E Press ISBN 9781921313127 Bulbeck David 2008 An Archaeological Perspective on the Diversification of the Languages of the South Sulawesi Stock Dalam Truman Simanjuntak Austronesian in Sulawesi Depok Center for Prehistoric and Austronesian Studies hlm 185 212 ISBN 9786028174077 Cummings William 2003 Rethinking the Imbrication of Orality and Literacy Historical Discourse in Early Modern Makassar Journal of Asian Studies 62 2 531 551 doi 10 2307 3096248 Eberhard David M Simons Gary F Fennig Charles D ed 2020 Makasar Ethnologue Languages of the World edisi ke 23 Dallas Texas SIL International Parameter date access yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Evans Nicholas 1992 Macassan Loanwords in Top End Languages Australian Journal of Linguistics 12 1 45 91 doi 10 1080 07268609208599471 Finer Daniel Basri Hasan 2020 Clause Truncation in South Sulawesi Restructuring and Nominalization Dalam Ileana Paul Proceedings of the Twenty Sixth Meeting of the Austronesian Formal Linguistics Association AFLA Ontario University of Western Ontario hlm 88 105 Friberg Timothy Laskowske Thomas V 1989 South Sulawesi Languages PDF Nusa 31 1 18 Grimes Charles E Grimes Barbara D 1987 Languages of South Sulawesi Pacific Linguistics D78 Canberra Pacific Linguistics The Australian National University doi 10 15144 PL D78 Hammarstrom Harald Forkel Robert Haspelmath Martin ed 2019 Makasar Glottolog 4 1 Jena Jerman Max Planck Institute for the Science of Human History Parameter date access yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Jukes Anthony 2005 Makassar Dalam K Alexander Adelaar Nikolaus Himmelmann The Austronesian Languages of Asia and Madagascar London dan New York Routledge hlm 649 682 ISBN 9780700712861 2013a Voice Valence and Focus in Makassarese Nusa 54 67 84 hdl 10108 71806 2013b Aspectual and Modal Clitics in Makassarese Nusa 55 123 133 hdl 10108 74329 2015 Nominalized Clauses in Makasar Nusa 59 21 32 hdl 10108 86505 2020 A Grammar of Makasar Grammars and Sketches of the World s Languages 10 Leiden Brill ISBN 9789004412668 Kaseng Syahruddin 1978 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Makassar di Sulawesi Selatan Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa OCLC 1128305657 Lewis M Paul Simons Gary F 2010 Assessing Endangerment Expanding Fishman s GIDS PDF Revue roumaine de linguistique 55 2 103 120 Liebner Horst 1993 Remarks on the Terminology of Boatbuilding and Seamanship in Some Languages of South Sulawesi Indonesia Circle 21 59 18 45 doi 10 1080 03062849208729790 2005 Indigenous Concepts of Orientation of South Sulawesi Sailors Bijdragen tot de Taal Land en Volkenkunde 161 2 3 269 317 doi 10 1163 22134379 90003710 Macknight Charles Campbell ed 2012 Bugis and Makasar Two Short Grammars PDF South Sulawesi Studies 1 Diterjemahkan oleh Charles Campbell Macknight Canberra Karuda Press ISBN 9780977598335 Manyambeang Abdul Kadir Syarif Abdul Azis Hamid Abdul Rahim Basang Djirong Arief Aburaerah 1979 Morfologi dan Sintaksis Bahasa Makassar Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa OCLC 8186422 Mulya Abdul Kadir Nasruddin 1996 Tata Bahasa Makassar Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ISBN 9789794596821 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 11 28 Diakses tanggal 2020 04 11 Miller Christopher 2010 A Gujarati Origin for Scripts of Sumatra Sulawesi and the Philippines Dalam Nicholas Rolle Jeremy Steffman John Sylak Glassman Proceedings of the Thirty Sixth Annual Meeting of the Berkeley Linguistics Society Berkeley Berkeley Linguistics Society hlm 276 291 doi 10 3765 bls v36i1 3917 Mills Roger Frederick 1975 The Reconstruction of Proto South Sulawesi Archipel 10 205 224 doi 10 3406 arch 1975 1250 Mursalin Said Wahid Sugira Syarif Abdul Azis Rasjid Abdul Hamid Sannang Ramli 1984 Sistem Perulangan Bahasa Makassar Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa OCLC 579977038 Parameter first2 tanpa last2 di Authors list bantuan Noorduyn Jacobus 1991 The Manuscripts of the Makasarese Chronicle of Goa and Talloq An Evaluation Bijdragen Tot de Taal Land en Volkenkunde 147 4 454 484 doi 10 1163 22134379 90003178 1993 Variation in the Bugis Makasarese Script Bijdragen Tot de Taal Land en Volkenkunde 149 3 533 570 doi 10 1163 22134379 90003120 Rabiah Sitti 2012 Revitalisasi Bahasa Daerah Makassar Melalui Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Makassar Sebagai Muatan Lokal Kongres Internasional II Bahasa Bahasa Daerah Sulawesi Selatan Makassar Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat doi 10 31227 osf io bu64e 2014 Analisis Kritis Terhadap Eksistensi Bahasa Daerah Makassar Sebagai Muatan Lokal di Sekolah Dasar Kota Makassar Pasca Implementasi Kurikulum 2013 Musyawarah dan Seminar Nasional Asosiasi Jurusan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia AJPBSI Surakarta Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sebelas Maret doi 10 31227 osf io 5nygu Rivai Mantasiah 2017 Sintaksis Bahasa Makassar Tinjauan Transformasi Generatif Yogyakarta Deepublish ISBN 9786024532697 Sirk Ulo 1989 On the Evidential Basis for the South Sulawesi Language Group PDF Nusa 31 55 82 Smith Alexander D 2017 The Western Malayo Polynesian Problem Oceanic Linguistics 56 2 435 490 doi 10 1353 ol 2017 0021 Tabain Marija Jukes Anthony 2016 Makasar Journal of the International Phonetic Association 46 1 99 111 doi 10 1017 S002510031500033X Urry James Walsh Michael 1981 The Lost Macassar Language of Northern Australia Aboriginal History 5 2 90 108 doi 10 22459 AH 05 2011 06 Walker Alan Zorc R David 1981 Austronesian Loanwords in Yolngu Matha of Northeast Arnhem Land Aboriginal History 5 2 109 134 doi 10 22459 AH 05 2011 07 Pranala luar Sunting Uji coba Wikipedia bahasa Makassar di Wikimedia Incubator Kosakata dasar bahasa Makassar di Austronesian Basic Vocabulary Database Diarsipkan 2022 08 21 di Wayback Machine Daftar lema bahasa Makassar di Wiktionary Ucapan dan contoh perkataan dalam bahasa Makassar kanal I Love Languages di Youtube Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Bahasa Makassar amp oldid 23755032