www.wikidata.id-id.nina.az
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus Cari sumber Sureq Galigo berita surat kabar buku cendekiawan JSTOR Mei 2019 Sureq Galigo I La Galigo atau Galigo atau disebut juga La Galigo adalah sebuah epik mitos penciptaan dari peradaban Bugis di Sulawesi Selatan sekarang bagian dari Republik Indonesia yang ditulis oleh Colliq Pujie pada abad ke 19 dalam bentuk puisi bahasa Bugis kuno ditulis dalam aksara Lontara Bugis kuno 1 Puisi ini terdiri dalam sajak bersuku lima dan selain menceritakan kisah asal usul manusia juga berfungsi sebagai almanak praktis sehari hari 1 2 Manuskrip Sureq Galigo dari abad ke 19 Epik ini berkembang dalam masyarakat Bugis sebagai tradisi lisan dan masih dinyanyikan pada kesempatan kesempatan tradisional Bugis penting Versi tertulis hikayat ini yang paling awal diawetkan pada abad ke 18 di mana versi versi yang sebelumnya telah hilang akibat serangga iklim atau perusakan 1 Akibatnya tidak ada versi Galigo yang pasti atau lengkap namun bagian bagian yang telah diawetkan berjumlah 6 000 halaman atau 300 000 baris teks membuatnya menjadi salah satu karya sastra terbesar 3 Daftar isi 1 Latar belakang dan usaha pelestarian 2 Isi hikayat La Galigo 3 La Galigo di Sulawesi Tengah 4 La Galigo di Sulawesi Tenggara 5 La Galigo di Gorontalo 6 La Galigo di Malaysia dan Riau 7 La Galigo dalam seni pentas 8 Lihat pula 9 Referensi 10 Pranala luar 11 PustakaLatar belakang dan usaha pelestarian SuntingEpik ini berisi cerita yang berlatar belakang kerajaan Luwu pada abad ke 15 4 32 Namun isinya sendiri mencerminkan ciri ciri penulisan pada abad kemudian misalnya dengan adanya penyebutan istilah Peringgi Frank atau orang Eropa yang merupakan penyebutan orang Portugis dalam bahasa Bugis 4 26 Isinya sebagian terbesar berbentuk puisi yang ditulis dalam bahasa Bugis Epik ini mengisahkan tentang Sawerigading seorang pahlawan yang gagah berani dan juga perantau La Galigo bukanlah teks sejarah karena isinya penuh dengan mitos dan peristiwa peristiwa luar biasa 5 Dari perbandingan hasil ekskavasi arkeologis laporan laporan historis perbandingan perlengkapan berhias dan barang barang lain naskah La Galigo mencerminkan kebudayaan Bugis abad ke 19 4 33Versi bahasa Bugis asli Galigo sekarang hanya dipahami oleh kurang dari 100 orang 3 Sejauh ini Galigo hanya dapat dibaca dalam versi bahasa Bugis aslinya Hanya sebagian saja dari Galigo yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan tidak ada versi lengkapnya dalam bahasa Inggris yang tersedia 1 Sebagian manuskripLa Galigo dapat ditemui di perpustakaan perpustakaan di Eropa terutama di Perpustakaan Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde Leiden di Belanda Terdapat juga 600 muka surat tentang epik ini di Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan dan Tenggara dan jumlah muka surat yang tersimpan di Eropa dan di yayasan ini adalah 6000 tidak termasuk simpanan pribadi pemilik lain butuh rujukan Hikayat La Galigo telah menjadi dikenal di khalayak internasional secara luas setelah diadaptasi dalam pertunjukan teater I La Galigo oleh Robert Wilson sutradara asal Amerika Serikat yang mulai dipertunjukkan secara internasional sejak tahun 2004 Isi hikayat La Galigo SuntingEpik ini dimulai dengan kisah penciptaan dunia Ketika dunia ini kosong merujuk kepada Sulawesi Selatan Raja Di Langit La Patiganna mengadakan suatu musyawarah keluarga dari beberapa kerajaan termasuk Senrijawa dan Peretiwi dari alam gaib dan membuat keputusan untuk melantik anak lelakinya yang tertua La Toge langi menjadi Raja Alekawa Bumi dan memakai gelar Batara Guru La Toge langi kemudian menikah dengan sepupunya We Nyili timo anak dari Guru ri Selleng Raja alam gaib Tetapi sebelum Batara Guru dinobatkan sebagai raja di bumi ia harus melalui suatu masa ujian selama 40 hari 40 malam Tidak lama sesudah itu ia turun ke bumi yaitu di Ussu sebuah daerah di Luwu sekarang wilayah Luwu Timur dan terletak di Teluk Bone Batara Guru kemudian digantikan oleh anaknya La Tiuleng yang memakai gelar Batara Lattu Ia kemudian mendapatkan dua orang anak kembar yaitu Lawe atau La Ma dukelleng atau Sawerigading Putera Ware dan seorang anak perempuan bernama We Tenriyabeng Kedua anak kembar itu tidak dibesarkan bersama sama Sawerigading ingin menikahi We Tenriyabeng karena ia tidak tahu bahwa ia masih mempunyai hubungan darah dengannya Ketika ia mengetahui hal itu ia pun meninggalkan Luwu dan bersumpah tidak akan kembali lagi Dalam perjalanannya ke Kerajaan Tiongkok ia mengalahkan beberapa pahlawan termasuk tokoh pemerintah Jawa Wolio yaitu Setia Bonga Sesampainya di Tiongkok ia menikah dengan putri Tiongkok yaitu We Cudai Sawerigading digambarkan sebagai seorang kapten kapal yang perkasa dan tempat tempat yang dikunjunginya antara lain adalah Taranate Ternate di Maluku Gima diduga Bima atau Sumbawa Jawa Rilau dan Jawa Ritengnga Jawa Timur dan Tengah Sunra Rilau dan Sunra Riaja kemungkinan Sunda Timur dan Sunda Barat dan Melaka Ia juga dikisahkan melawat surga dan alam gaib Pengikut pengikut Sawerigading terdiri dari saudara maranya dari pelbagai rantau dan rombongannya selalu didahului oleh kehadiran tamu tamu yang aneh aneh seperti orang bunian orang berkulit hitam dan orang yang dadanya berbulu Sawerigading adalah ayah I La Galigo yang bergelar Datunna Kelling I La Galigo juga seperti ayahnya adalah seorang kapten kapal seorang perantau pahlawan mahir dan perwira yang tiada bandingnya Ia mempunyai empat orang istri yang berasal dari pelbagai negeri Seperti ayahnya pula I La Galigo tidak pernah menjadi raja Anak lelaki I La Galigo yaitu La Tenritatta adalah yang terakhir di dalam epik itu yang dinobatkan di Luwu Isi epik ini merujuk ke masa ketika orang Bugis bermukim di pesisir pantai Sulawesi Hal ini dibuktikan dengan bentuk setiap kerajaan ketika itu Pemukiman awal ketika itu berpusat di muara sungai di mana kapal kapal besar boleh melabuh dan pusat pemerintah terletak berdekatan dengan muara Pusat pemerintahannya terdiri dari istana dan rumah rumah para bangsawan Berdekatan dengan istana terdapat Rumah Dewan Baruga yang berfungsi sebagai tempat bermusyawarah dan tempat menyambut pedagang pedagang asing Kehadiran pedagang pedagang asing sangat disambut di kerajaan Bugis ketika itu Setelah membayar cukai barulah pedagang pedagang asing itu boleh berniaga Pemerintah selalu berhak berdagang dengan mereka menggunakan sistem barter diikuti golongan bangsawan dan kemudian rakyat jelata Hubungan antara kerajaan adalah melalui jalan laut dan golongan muda bangsawan selalu dianjurkan untuk merantau sejauh yang mungkin sebelum mereka diberikan tanggung jawab Sawerigading digambarkan sebagai model mereka butuh rujukan La Galigo di Sulawesi Tengah SuntingNama Sawerigading I La Galigo cukup terkenal di Sulawesi Tengah Hal ini membuktikan bahwa kawasan ini mungkin pernah diperintah oleh kerajaan purba Bugis yaitu Luwu 6 Sawerigading dan anaknya I La Galigo bersama dengan anjing peliharaanya Buri pernah merantau mengunjungi lembah Palu yang terletak di pantai barat Sulawesi Buri yang digambarkan sebagai seekor binatang yang garang dikatakan berhasil membuat mundur laut ketika I La Galigo bertengkar dengan Nili Nayo seorang Ratu Sigi Akhirnya lautan berdekatan dengan Loli di Teluk Palu menjadi sebuah danau iaitu Tasi Buri Tasik Buri Berdekatan dengan Donggala pula terdapat suatu kisah mengenai Sawerigading Bunga Manila seorang ratu Makubakulu mengajak Sawerigading bertarung ayam Akan tetapi ayam Sawerigading kalah dan ini menyebabkan tercetusnya peperangan Bunga Manila kemudian meminta pertolongan kakaknya yang berada di Luwu Sesampainya tentara Luwu kakak Bunga Manila mengumumkan bahwa Bunga Manila dan Sawerigading adalah bersaudara dan hal ini mengakhiri peperangan antara mereka berdua Betapapun juga Bunga Manila masih menaruh dendam dan karena itu ia menyuruh anjingnya Buri anjing hitam untuk mengikuti Sawerigading Anjing itu menyalak tanpa henti dan ini menyebabkan semua tempat mereka kunjungi menjadi daratan Kisah lain yang terdapat di Donggala ialah tentang I La Galigo yang terlibat dalam adu ayam dengan orang Tawali Di Biromaru ia mengadu ayam dengan Ngginaye atau Nili Nayo Ayam Nili Nayo dinamakan Calabae sementara lawannya adalah Baka Cimpolo Ayam I La Galigo kalah dalam pertarungan itu Kemudian I La Galigo meminta pertolongan dari ayahnya Sawerigading Sesampainya Sawerigading ia mendapati bahwa Nili Nayo adalah bersaudara dengan I La Galigo karena Raja Sigi dan Ganti adalah sekeluarga Di Sakidi Selatan pula watak Sawerigading dan I La Galigo adalah seorang pencetus tamadun dan inovasi butuh rujukan La Galigo di Sulawesi Tenggara SuntingRatu Wolio pertama di Butung Butuni atau Buton di gelar Wakaka di mana mengikut lagenda muncul dari buluh bambu gading Terdapat juga kisah lain yang menceritakan bahwa Ratu Wolio adalah bersaudara dengan Sawerigading Satu lagi kisah yang berbeda yaitu Sawerigading sering ke Wolio melawat Wakaka Ia tiba dengan kapalnya yang digelar Halmahera dan berlabuh di Teluk Malaoge di Lasalimu Di Pulau Muna yang berdekatan pemerintahnya mengaku bahwa ia adalah keturunan Sawerigading atau kembarnya We Tenriyabeng Pemerintah pertama Muna yaitu Belamo Netombule juga dikenali sebagai Zulzaman adalah keturunan Sawerigading Terdapat juga kisah lain yang mengatakan bahwa pemerintah pertama berasal dari Jawa kemungkinan dari Majapahit Permaisurinya bernama Tendiabe Nama ini mirip dengan nama We Tenyirabeng nama yang di dalam kisah La Galigo yang menikah dengan Remmangrilangi artinya Yang tinggal di surga Ada kemungkinan Tendiabe adalah keturunan We Tenyirabeng Pemerintah kedua entah anak kepada Belamo Netombule atau Tendiabe atau kedua duanya bernama La Patola Kagua Bangkeno Fotu Sementara nama nama bagi pemerintah awal di Sulawesi Tenggara adalah mirip dengan nama nama di Tompoktikka seperti yang tercatat di dalam La Galigo Contohnya Baubesi La Galigo Urempessi Antara lainnya ialah Satia Bonga pemerintah Wolio La Galigo Setia Bonga butuh rujukan La Galigo di Gorontalo SuntingLegenda Sawerigading dan kembarnya Rawe adalah berkait rapat dengan pembangunan beberapa negeri di kawasan ini Mengikut legenda dari kawasan ini Sarigade putera Raja Luwu dari negeri Bugis melawat kembarnya yang telah hidup berasingan dengan orangtuanya Sarigade datang dengan beberapa armada dan melabuh di Tanjung Bayolamilate yang terletak di negeri Padengo Sarigade mendapat tahu bahwa kembarnya telah menikah dengan raja negeri itu yaitu Hulontalangi Karena itu bersama sama dengan kakak iparnya ia setuju untuk menyerang beberapa negeri sekitar Teluk Tomini dan membagi bagikan kawasan kawasan itu Serigade memimpin pasukan berkeris sementara Hulontalangi memimpin pasukan yang menggunakan kelewang Setelah itu Sarigade berangkat ke Tiongkok untuk mencari seorang gadis yang cantik dikatakan mirip dengan saudara kembarnya Setelah berjumpa ia langsung menikahinya Terdapat juga kisah lain yang menceritakan tentang pertemuan Sawerigading dengan Rawe Suatu hari Raja Matoladula melihat seorang gadis asing di rumah Wadibuhu pemerintah Padengo Matoladula kemudian menikahi gadis itu dan akhirnya menyadari bahwa gadis itu adalah Rawe dari kerajaan Bugis Luwu Rawe kemudiannya menggelar Matoladula dengan gelar Lasandenpapang butuh rujukan La Galigo di Malaysia dan Riau SuntingKisah Sawerigading cukup terkenal di kalangan keturunan Bugis dan Makasar di Malaysia Kisah ini dibawa sendiri oleh orang orang Bugis yang bermigrasi ke Malaysia Terdapat juga unsur Melayu dan Arab diserap sama butuh rujukan Pada abad ke 15 Melaka di bawah pemerintahan Sultan Mansur Syah diserang oleh Keraing Semerluki dari Makassar Semerluki yang disebut ini kemungkinan adalah Karaeng Tunilabu ri Suriwa putera pertama kerajaan Tallo di mana nama sebenarnya ialah Sumange rukka dan ia berniat untuk menyerang Melaka Banda dan Manggarai butuh rujukan Perhubungan yang jelas muncul selepas abad ke 15 Pada tahun 1667 Belanda memaksa pemerintah Gowa untuk mengaku kalah dengan menandatangani Perjanjian Bungaya Dalam perjuangan ini Gowa dibantu oleh Arung Matoa dari Wajo Pada tahun berikutnya kubu Tosora dimusnahkan oleh Belanda dan sekutunya La Tenritta Arung Palakka dari Bone Hal ini menyebabkan banyak orang Bugis dan Makassar bermigrasi ke tempat lain Contohnya serombongan orang Bugis tiba di Selangor di bawah pimpinan Daeng Lakani Pada tahun 1681 sebanyak 150 orang Bugis menetap di Kedah Manakala sekitar abad ke 18 Daeng Matokko dari Peneki sebuah daerah di Wajo menetap di Johor Sekitar 1714 dan 1716 adiknya La Ma dukelleng juga ke Johor La Ma dukelleng juga diberi gelar sebagai pemimpin bajak laut oleh Belanda butuh rujukan Keturunan Opu Tenriburong memainkan peranan penting di mana mereka bermukim di Kuala Selangor dan Klang keturunan ini juga turut dinobatkan sebagai Sultan Selangor dan Sultan Johor Malahan kelima lima anak Opu Tenriburong memainkan peranan yang penting dalam sejarah di kawasan ini Daeng Marewah menjadi Yang Dipertuan Muda Riau Daeng Parani menikah dengan puteri puteri Johor Kedah dan Selangor dan juga ayanhanda dari Opu Daeng Kemboja Yang Dipertuan Muda Riau ke 3 Opu Daeng Manambung menjadi Sultan Mempawah dan Matan Opu Daeng Cella menikah dengan Sultan Sambas dan keturunannya menjadi raja di sana butuh rujukan Pada abad ke 19 sebuah teks Melayu yaitu Tuhfat al Nafis mengandung cerita cerita seperti di dalam La Galigo Walaubagaimanapun terdapat perubahan perubahan dalam Tuhfat al Nafis seperti permulaan cerita adalah berasal dari Balqis Ratu Syeba dan tiada cerita mengenai turunnya keturunan dari langit seperti yang terdapat di dalm La Galigo Anak perempuannya Sitti Mallangke menjadi Ratu Selangi sempena nama purba bagi pulau Sulawesi dan menikah dengan Datu Luwu Kisah ini tidak terdapat dalam La Galigo Namun anaknya yaitu Datu Palinge kemungkinan adalah orang yang sama dengan tokoh di dalam La Galigo butuh rujukan La Galigo dalam seni pentas SuntingLa Galigo sudah diadaptasi ke dalam seni pentas oleh sutradara Robert Wilson setelah diadaptasi oleh Rhoda Grauer Pertunjukan ini telah dipertunjukkan sejak tahun 2004 di Asia Eropa Australia dan Amerika Serikat Dalam bagian bagian dari cerita yang dikisahkan para aktor tidak saling berbicara tetapi mengekspresikan diri mereka melalui tari dan gerak tubuh Bagian cerita dinarasi oleh seorang narator dalam versi bahasa Bugis aslinya Pertunjukan sepanjang tiga jam ini disertai dengan penggunaan ekstensif efek cahaya untuk karakteristik pekerjaan Wilson dan disertai pula oleh musik oleh ansambel panggung 2 Pertunjukan ini menggunakan musik tradisional Sulawesi namun sebenarnya telah disusun dan diproduksi oleh komponis Jawa Rahayu Supanggah setelah riset yang intensif di Sulawesi Selatan 3 7 Untuk menciptakan ekspresi dramatis yang lebih baik instrumen Jawa dan Bali lainnya ditambahkan ke dalam lima instrumen Sulawesi tradisional aslinya dan instrumen lain yang baru juga dibuat sehingga akhirnya terdapat 70 instrumen yang dimainkan oleh 12 musisi 7 Para pelaku produksi pentas ini terdiri dari 53 pemusik dan penari yang semuanya datang secara ekslusif dari Indonesia dan sebagian besar dari Sulawesi serta salah satu dari sedikit pendeta tradisional bissu pendeta non gender Bugis yang tersisa dari komunitas non gender Bugis Puang Matoa Saidi yang menceritakan sebagian dari cerita 1 3 nbsp Bissu Puang Matoa Saidi nbsp Rhoda Grauer nbsp Rahayu SupanggahLihat pula SuntingBugis Sejarah awal Bugis Sejarah Bugis Di Tanah Melayu Suku Bugis Bahasa Bugis Budaya BugisReferensi Sunting a b c d e Wayne Arnold 2004 04 07 Robert Wilson Illuminates Indonesian Creation Myth The New York Times Diakses tanggal 2008 09 04 a b Helen Shaw 2005 07 15 Micromanaging Indonesia The New York Sun Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011 06 11 Diakses tanggal 2008 08 19 a b c d Edward Rothstein 2005 07 15 A Sacred Epic and Its Gods All Struggling to Survive The New York Times Diakses tanggal 2008 08 19 a b c Liebner Horst H 2003 Berlayar ke tompoq tikkaq sebuah episode La Galigo La Galigo Menelusuri jejak warisan sastra dunia Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan I La Galigo South Sulawesi s Mythological Epic Poem NOW JAKARTA I La Galigo South Sulawesi s Mythological Epic Poem dalam bahasa Inggris Diakses tanggal 2022 06 04 La Galigo di Sulawesi Tengah Diakses tanggal 2022 05 25 a b Carla Bianpoen 2004 04 04 Supanggah sets the tone in I La Galigo The Jakarta Post Diakses tanggal 2008 09 26 pranala nonaktif permanen Pranala luar SuntingThe I La Galigo Epic Cycle of South Celebes and its diffusion oleh Andi Zainal Abidin La Galigo Bukan Epos Biasa Blog Bolehtau comPustaka SuntingAndi Zainal Abidin and C C Macknight 1974 The I La Galigo Epic Cycle of South Celebes and Its Diffusion Indonesia 17 April 161 169 doi 10 2307 3350778 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Sureq Galigo amp oldid 24045463