www.wikidata.id-id.nina.az
Suku Dayak Mualang adalah salah satu sub suku Dayak Ibanic yang mendiami wilayah Kabupaten Sekadau dan wilayah Kabupaten Sintang di Provinsi Kalimantan Barat Indonesia yaitu Kecamatan Kec Belitang Hilir Kab Sekadau Kec Belitang Kab Sekadau Kec Belitang Hulu Kab Sekadau Kec Sekadau Hilir Kab Sekadau Kec Sepauk Kab Sintang dan sekitarnya Suku Dayak MualangDaerah dengan populasi signifikanKabupaten Sekadau Kabupaten Sintang dan sekitarnyaBahasaBahasa Mualang IndonesiaAgamaKristen Katolik Kristen Protestan Kaharingan dan lainnyaKelompok etnik terkaitIban Sebaruk Kantuk Seberuang Tabun Banyur dan lainnya Daftar isi 1 Ciri Fisik 2 Bahasa 3 Legenda 3 1 Urang Panggau 3 2 Tampun Juah 3 3 Penggolongan Masyarakat 3 3 1 Temenggung 3 4 Kehidupan Ritual 3 4 1 Adat Istiadat Tampun Juah 3 4 2 Orang Buah Kana 3 4 3 Penduduk Tanah Tabo 3 4 4 Guyau Temenggung Budi 3 4 5 Dayak Lebang Nado 3 4 6 Mualang Tanjung 3 4 7 Patih Bangi 3 4 8 Kerajaan Sekadau 3 5 Daerah Penyebaran 3 5 1 Ratu Beringkak 4 Lagu Daerah Dayak Mualang 5 Tarian Dayak Mualang 6 Daftar pustaka 7 Catatan kakiCiri Fisik SuntingMenurut Prof Lambut dari Universitas Lambung Mangkurat secara rasial manusia Dayak dapat dikelompokkan menjadi Dayak Mongoloid Dayak Malayunoid Dayak Autrolo Melanosoid Dayak HeteronoidSalah satu ciri yang tampak pada orang Mualang adalah ciri fisik yang mongoloid wajah bulat kulit putih kuning langsat mata agak sipit rambut lurus ada juga yang ikal serta relatif tidak tinggi dan juga dikenal dengan keramah tamahannya orang mualang sangat mudah membaur dengan sub suku lain Oleh karena itu ada banyak sekali orang orang dari pulau seberang yang mencari nafkah didaerah mualang contohnya orang orang lokal tempatan Dayak lainnya kemudian dari pulau jawa sumatera Melayu Batak dll Bahasa SuntingBahasa yang digunakan oleh orang Dayak Mualang termasuk ke dalam kelompok Bahasa Ibanik Ibanic Group Rumpun Bahasa Iban seperti halnya Sub Suku Ibanik Lainnya seperti Dayak Iban Dayak Kantuk Dayak Bugao Dayak Tabun Dayak Desa Dayak Seberuang Dayak Ketungau Sesaik Dayak Sebaruk Dayak Banyur dan kelompok kelompok kecil Dayak Ibanik lainnya Perbedaannya adalah nada dan gaya pengucapan dalam menyebut kata kata dalam kalimat dengan suku serumpunnya yakni pengucapan kalimat kata yang menggunakan akhiran kata i dan e i dan y misalnya dalam kata Kediri dan Kedire rari dan rare kemudian inai dan inay pulai dan pulay dan penyebutan kalimat yang menggunakan huruf R R berkarat serta logat pengucapannya walapun mengandung arti yang sama Meskipun menuturkan bahasa yang serupa dengan bahasa yang dituturkan oleh Kelompok Rumpun Dayak Ibanik lainnya dan saling mengerti satu sama lain ketika berkomunikasi dengan bahasa masing masing Bahasa Mualang terbilang unik dari yang lainnya karena ada beberapa kata dalam Bahasa Dayak Mualang yang menjadi ciri khas tersendiri dibandingkan Bahasa Bahasa Serumpun Ibanik lainnya salah satu contoh yaitu kata KINI kemana kelompok kelompok Ibanik lainnya menggunakan kata KINI kemana namun dalam Bahasa Dayak Mualang menggunakan kata KIKAI kemana dan masih ada banyak lagi contoh kata kata yang menjadi ciri khas dari Bahasa Dayak Mualang yang membuatnya menjadi unik dibandingkan dengan bahasa bahasa Serumpun Ibanik lainnya terutama penamaan benda benda atau objek tertentu Selain itu Bahasa Dayak Mualang juga dapat dibagi menjadi 2 logat utama yaitu Logat Bahasa Mualang Hilir Mualang Ilek dan Logat Bahasa Mualang Hulu Mualang Ulu Bahasa Mualang Hilir dituturkan oleh orang orang Mualang yang mendiami wilayah Kec Belitang Hilir Kec Belitang Kec Sekadau Hilir di Kabupaten Sekadau dan juga di Kab Sintang Kec Sepauk Bahasa Mualang Hulu dituturkan oleh orang orang Mualang yang mendiami wilayah Kec Belitang Hulu di Kabupaten Sekadau Meskipun keduanya adalah Bahasa Mualang yang sama namun ada beberapa hal yang membuat keduanya unik satu sama lain misalnya dalam bahasa Mualang Hulu kata yang berakhiran dengan bunyi huruf U cenderung akan berbunyi O serta memiliki ayunan khas Bahasa Mualang Hulu yang lebih halus mengayun Bahasa Mualang Hilir memiliki nada yang lebih lugas dengan ayunan khasnya yang cenderung agak meledak dan juga menyerap beberapa kosa kata istilah dari Bahasa Bahasa Suku lain di sekitarnya suku suku non Ibanik atau suku Melayu karena memang wilayah dari penutur bahasa Mualang Hilir bersentuhan langsung dengan suku suku Dayak non ibanik seperti Suku Dayak Jangkang Suku Suku Dayak di Wilayah Sekadau Suku Melayu Senganan atau bahkan dengan Orang orang Tionghoa Khek Keunikan lainnya dapat dilihat dari beberapa istilah kata dalam penamaan benda tetapi keunikan tersebut bukanlah perbedaan melainkan kepopuleran kosa kata tertentu di antara penutur Bahasa Mualang Hilir dan Hulu Nah pada dasarnya Bahasa Mualang Hilir dan Mualang Hulu adalah satu Bahasa yang sama yaitu Bahasa Dayak Mualang Legenda SuntingSekitar lebih dari 2 000 tahun lalu kehidupan masyarakat yang kini disebut Mualang sangat terkait dengan legenda asal usul mereka dari sebuah tempat atau wilayah yang disebut Temawai Temawang Tampun Juah yakni sebuah wilayah yang subur di hulu sungai Sekayam kabupaten Sanggau Kapuas tepatnya di hulu kampung Segomun Kecamatan Noyan Urang Panggau Sunting Pada masa lalu masyarakat yang kini disebut Mualang ini hidup dan bergabung dengan kelompok serumpun Iban lainnya dan masa itu mereka tergabung sebagai masyarakat Pangau Banyau kumpulan orang orang khayangan dan manusia kemudian kesemuanya itu disebut Urang Negeri Panggau Orang Menua artinya orang yang berasal dari tanah ini Borneo Tampun Juah Sunting Tampun Juah merupakan tempat pertemuan dan gabungan bangsa Dayak yang dimasa lalu yang kini disebut Ibanic group Sebelum di Tampun Juah masyarakat Pangau Banyau tersebar dan hidup di daerah sekitar bukit kujau dan bukit Ayau kira kira di daerah Kapuas Hulu kemudian pindah ke Air berurung Balai Bidai Tinting Lalang kuning dan Tampun Juah dalam pengembaraannya dari satu tempat ke tempat lain di mungkinkan ada yang berpisah dan membentuk suku atau kelompok lainnya Daerah persinggahan akhir yakni di Tampun Juah Di sana mereka hidup dan mencapai zaman Eksistensi keemasan dalam tiga puluh buah Rumah Panjai rumah panggung yang panjang dan tiga puluh buah pintu utama Mereka hidup aman damai dan harmonis Tampun Juah sendiri berasal dari dua buah kata yakni Tampun dan Juah terkait dengan suatu peristiwa yang bersejarah yang merupakan peringatan akhir terhadap suatu larangan yang tak boleh terulang selama lamanya Tampun sendiri adalah suatu kegiatan pelaksanaan Eksekusi terhadap dua orang pelanggar berat yang tidak dapat ditolelir yakni dengan cara memasung terlentang dan satunya ditelungkupkan pada pasangan yang terlentang tersebut kemudian dari punggung yang terlungkup di tumbuk dengan bambu runcing kemudian keduanya dihanyutkan di sungai Kesalahan tersebut dikarenakan keduanya terlibat dalam perkawian terlarang mali hubungan dengan sepupu sekali mandal Laki laki bernama Juah dan perempuan bernama Lemay Eksekusi dilakukan oleh seorang yang bernama lujun algojo tukang eksekusi pada Ketemenggungan Guntur bedendam Lam Sepagi Jempa Penggolongan Masyarakat Sunting Kehidupan di Tampun Juah terbagi dalam tiga Statifikasi atau penggolongan masyarakat yakni Bangsa Masuka Suka kaum kaya purih raja seseorang yang hidupnya berkecukupan atau kaya dan termasuk kerabat orang penting purih Raja Bangsa Meluar kaum bebas masyarakat biasa seorang yang hidupnya menengah kebawah tidak terikat masalah hutang piutang dengan orang lain atau bebas Bangsa Melawang kaum Miskin masyarakat biasa kelompok orang yang hidupnya miskin dan terikat kontrak kerja untuk membayar segala hutangnya sampai lunas dan tak mempunyai kewajiban hutang lainnyaTemenggung Sunting Selain membagi tiga tingkat penggolongan masyarakatnya penduduk Tampun Juah juga mengatur kehidupan mereka dengan membentuk pemimpin pemimpin di setiap rumah panjang kampung yang disebut Temenggung tugasnya mengatur kehidupan kearah yang teratur dan lebih baik Kehidupan Ritual Sunting Selain itu kehidupan Tampun juah juga erat hubungannya dengan kehidupan ritual dan keagamaan Pemimpin spiritual tersebut adalah sepasang suami istri yang bernama Ambun menurun laki laki dan Pukat Mengawang perempuan Kedua orang tersebut merupakan symbol terciptanya manusia pertama ke dunia sesuai dengan arti dari nama keduanya Ambun menurun yaitu embun yang turun ke bumi symbol seorang laki laki dan pukat mengawan adalah celah celah dari jala pukat yang membentang symbol wanita Embun tersebut menerobos atau menembus celah pukat merupakan symbol hubungan intim antara pria dan wanita Pasangan suami istri tersebut mempunyai sepuluh orang anak yakni Tujuh orang laki laki dan tiga orang perempuan Yaitu Puyang Gana Roh Bumi Penguasa tanah Puyang Belawan Dara Genuk perempuan Bejid manai Belang patung Belang pinggang Belang bau Dara kanta perempuan Putong Kempat perempuan Bui Nasi awal mula adanya nasi Puyang Gana lahir tidak seperti kelahiran manusia normal ia mempunyai kaki satu tangan satu dan lahir dalam keadaan meninggal Karena mempunyai tubuh yang tidak lazim atau jelek ia diberi nama Gana ia di kubur dibawah tangga Ketika ada pembagian warisan ia datang dalam rupa yang menyeramkan hantu dan meminta bagiannya hingga karna suatu alasan maka ia mengklaim dirinya sebagai penguasa seluruh tanah dan hutan Baca tentang kerajaan Sintang pada buku Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat hal 184 188 Puyang Belawan lahir secara normal seperti manusia biasa Dara Genuk lahir kerdil atau mempunyai tangan dan kaki yang pendek oleh sebab itu ia di sebut Dara genuk Bejid Manai lahir dan mempunyai sedikit kelainan pada bagian tubuhnya yakni kemaluannya besar Oleh sebab itulah ia disebut Bejid Manai Belang Patung lahir dan mempunyai kelainan pada setiap ruas tulangnya yang belang belang oleh sebab itu ia disebut Belang Patung Belang Pinggang lahir dan mempunyai pinggang yang belang oleh sebab itu ia disebut Belang Pinggang Belang Bau lahir dalam keadaan belang dan tubuhnya bau oleh sebab itu ia disebut Belang Bau Dara Kanta lahir normal tetapi mempunyai Cala tanda hitam dipipinya oleh sebab itu ia disebut Dara Kanta Putong Kempat lahir dalam keadaan normal dan ia mempunyai tubuh yang indah dan kecantikannya luar biasa tak terbayangkan Upa Deatuh upa dadjangka oleh sebab itu ia disebut Putong Kempat Bui Nasi lahir dalam keadaan aneh karena lansung dapat bicara dan merengek minta nasi dan kelahiran inilah awal mula orang Pangau Banyau makan Nasi 2 Baca tentang kerajaan Sintang pada buku Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat hal 185 Menyebabkan ayah dan Ibunya memohon kepada Petara untuk mengubahnya menjadi bibit padi Adat Istiadat Tampun Juah Sunting Pada masa itu kehidupan di Tampun Juah diatur sesuai dengan norma norma dan adat istiadat menyangkut kehidupan peradaban kearah yang lebih baik hingga berkembang menjadi bangsa yang besar kuat dan makmur Demikian juga aturan tersebut berlaku sesama masyarakat tampun juah dan masyarakat diluarnya Hal ini menyebabkan kehidupan masyarakat Tampun Juah semakin maju dan dikenal hingga datanglah masyarakat dari berbagai kelompok lain yang bergabung dan berlindung serta mencari kehidupan yang lebih baik di Tampun Juah Kejayaan dan kemakmuran di Tampun Juah telah didengar oleh para penguasa pada zaman itu hal ini menyebabkan penguasa lain diluarnya menjadi sangat iri dan berusaha untuk merebut kejayaan di Tampun Juah Orang Buah Kana Sunting Pada masa itu kehidupan manusia dan para Dewa serta mahluk halus sama seperti hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya termasuklah hubungan yang sangat akrab dan harmonis antara masyarakat Tampun Juah dengan Orang Buah Kana Dewa pujaan Karena kejayaan masyarakat Tampun Juah sangat terkenal dan didengar oleh segala bangsa dan beberapa kerajaan di suatu ketika sampailah berita itu ke kerajaan Sukadana sekarang terletak di Kabupaten dulunya Kab Ketapang dan kini Kabupaten Kayong Utara Kerajaan Sukadana merasa kuatir mendengar kejayaan dan semakin kuatnya persatuan masyarakat di Tampun Juah Hal ini mendapat tanggapan yang negatif dan ditindak lanjuti dengan menyatakan perang terhadap Masyarakat Pangau Banyau Sak Menua yang lambat laun menyebabkan Tampun Juah diserang oleh kerajaan Sukadana Kerajaan Sukadana saat itu merupakan taklukan dan Koloni dari Kerajaan Majapahit jawa hindu mereka mempunyai bala tentara yang tangguh dan sakti dari suku Dayak Beaju Miajuk Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah Mereka mengadakan ekspansi militer dari daerah Labai Lawai Tambak Rawang Sukadana masuk dan menyusuri sungai kapuas sampai ke Teluk Aik daerah batu ampar menuju Tayan Sanggau dan masuk sungai Sekayam dan terus ke hulunya mengadakan penyerangan ke Tampun Juah Dalam peperangan ini Laskar Pejuang Bala Sabong dari Tampun Juah berupaya bertempur gagah berani berjuang melawan pasukan musuh dalam membela kedamaian di Tampun Juah hingga menyebabkan musuh kalah dan dapat di usir Perang yang pertama dikenal dengan nama Perang Sumpit karena pada perang ini pasukan Tampun Juah dan pasukan lawan menggunakan sumpit yang pelurunya sangat beracun diberi ipuh racun dari pohon tertentu Tampun Juah kembali aman dan damai tetapi tidak berlansung lama karena pihak musuh yang kalah mengajak melalui kesaktiannya dan memengaruhi bangsa mahluk halus Setan secara magis menyerang Tampun Juah Perang kedua tak bisa dihindarkan dengan semangat yang membara masyarakat Pangau banyau berusaha mati matian mempertahankan wilayahnya dari serangan mahluk halus dan akhirnya dalam peperangan ini bangsa setan dapat juga dikalahkan Tampun Juah untuk sementara waktu berangsur damai ternyata pihak musuh yang kalah berperang masih belum puas mereka berusaha menggunakan segala cara dan dengan kesaktian yang mereka miliki mereka memengaruhi bangsa binatang agar menyerang Tampun Juah Peperangan yang ketiga akhirnya terjadi sama halnya dengan peperangan terdahulunya bangsa binatang juga dapat dikalahkan Karena masih kurang puas maka musuh pun mencari cara yang lain lagi yakni dengan menanam berbagai jamur beracun diladang dan sekitar pemukiman masyarakat Tampun Juah Hal ini menyebabkan banyak masyarakat Tampun Juah yang keracunan tetapi keracunan ini dapat disembuhkan menggunakan akar dan tumbuhan hutan lainnya Setelah sembuh racun kulat itu ternyata berdampak pada perubahan intonasi bahasa logat dan pengucapan bahasa komunikasi yang menjadi bahasa keseharian Hal ini menyebabkan timbulnya kelompok kelompok bahasa yang berbeda logat maupun pengucapan ingat menara babel dalam perjanjian lama kitab suci umat kristiani walaupun masih dimengerti serumpun Ibanic Group Melihat perpecahan bahasa tersebut pihak musuh memandang hal ini merupakan suatu celah kelemahan dan menjadikan hal ini sebagai ide untuk mengalahkan masyarakat Tampun Juah Pihak musuh tahu bahwa untuk merebut dan mengalahkan Tampun Juah tidak mampu melalui perang melainkan dengan mengotori Tampun Juah Pada saat keracunan terjadi dimana mana membuat kekuatan masyarakat Tampun Juah menjadi rapuh Hal ini tidak disia siakan oleh bangsa setan sekali lagi mereka mengirimkan sihirnya yakni dengan cara mengotori setiap tempat kegiatan sehari hari tempat tinggal dan perabotan makan dengan Tahi Karena terus menerus muncul dan tak kunjung selesai dalam jangka waktu yang lama akhirnya masyarakat Tampun Juah strees panik dan tidak tahan lagi menyebabkan gemparlah Tampun Juah Menyikapi hal itu maka para temenggung berkumpul untuk memecahkan permasalahan ini Pekat Banyau musyawarah dilakukan dan dari hasil pekat musyawarah diambilah keputusan untuk meninggalkan Tampun Juah secara berangsur angsur Proses keberangkatan dipimpin oleh masing masing temenggung dan yang berangkat dahulu harus membuat lujok tunggul kayu atau tanda pada setiap tempat yang dijalani kelompoknya agar diikuti oleh kelompok belakangnya dengan perjanjian jika kelak menemukan tempat yang subur enak dan cocok nanti mereka berkumpul lagi dan membina kehidupan seperti masa di Tampun Juah 3 Setelah selesai bepekat musyawarah maka diputuskanlah siapa yang berangkat terlebih dahulu Orang Buah Kana Dewa Pujaan kembali ke khayangan selanjutnya kelompok pertama masyarakat Pangau Banyau yang berangkat adalah Kelompok yang kini di sebut Dayak Batang Lupar Iban berangkat menyusuri sungai sai tembus ke muara sungai ketungau sampai ke Batang Lupar Kapuas hulu kisah ini dituturkan sama dan diakui oleh kelompok Dayak Iban dari Sadong Serawak Malaysia Dalam pengembaraannya dan sesudah sampai di Batang Lupar kelompok ini kemudian terpecah dan membentuk kelompok kelompok atau sub sub Ibanic Kantuk Undup Gaat Saribas Sebuyau Sebaruk Skrang Balau dan lain lain yang juga menyebar dan mencari tanah dan kehidupan baru Kelompok Ketungau Menyusuri aliran Sungai Sai terus masuk sungai ketungau dan menetap disana di sepanjang sungai ketungau dan membentuk kelompok kelompok kecil diantaranya Bugao Banyur Tabun dll Kelompok Mualang Kelompok ini adalah kelompok yang bertahan terakhir di Tampun Juah hal ini karena pada waktu itu kelompok ini ada pantangan pergi karena ada salah seorang yang melahirkan setelah sekian lama kemudian kelompok ini menyusul kelompok keduanya dengan menyusuri Sungai Sai sampai di muara sungai ketungau Kelompok ini di pimpin oleh Guyau Temenggung Budi mereka membawa seorang pengawal manok sabung Letnan yang terkenal pada zamannya bernama Mualang Dalam perjalanannya menyusuri sungai ketungau rombongan Guyau Temenggung Budi tersesat hal ini dikarenakan adanya banjir yang menyebabkan tanda lujok yang dibuat pendahulunya berubah arah di terpa arus banjir setelah sampai dimuara sungai ketungau Hal ini menyebabkan mereka menghentikan perjalanannya untuk sekian lama Sejalan dengan itu pengawal rombongan manok sabung bernama Mualang meninggal dunia ditempat itu ia dikubur disebelah kanan mudik sungai ketungau Mualang diabadikan untuk menyebut nama anak sungai tersebut menjadi sungai Mualang dan rombongan Guyau temenggung budi mengabadikan nama kelompok yang dipimpinnya tersebut dengan nama Orang Mualang yang berasal dari sungai Mualang dan lambat laun oleh penerusnya disebut dengan nama Dayak Mualang 4 Setelah berkabung mereka memutuskan menetap di sungai Mualang untuk beberapa lama Suatu hari ketika sedang mencari ikan menyusuri sungai Mualang mereka menemukan sebuah lubuk teluk yang dalam yang banyak ikannya kemudian berita gembira ini disampaikan ke segenap kelompok orang Mualang lainnya dan akhirnya mereka beramai ramai mengambil ikan dilubuk tersebut Setelah mendapatkan ikan yang banyak segala dayung dan peralatan cari ikan lainnya mereka tenggelamkan dilubuk itu dan lubuk itu mereka sebut dengan nama lubuk Sedayung Selain mencari ikan mereka juga kerap kali berburu disekitar hutan sampai jauh masuk ke segala arah Pada suatu ketika disaat sedang berburu mereka orang Mualang menemukan pemburu lainnya yang mempunyai bahasa sama dengan rombongan orang Mualang tetapi bukan dari rombongan maupun komunitas mereka Orang tersebut mengaku berasal dari Tanah Tabo Berita ini kemudian di sampaikan kepada pimpinan orang Mualang yakni Guyau temenggung Budi yang akhirnya membawa seluruh orang orang Mualang yang dipimpinnya untuk bergabung dengan masyarakat di Tanah Tabo Hingga dibatalkanlah rencana untuk mencari rombongan terdahulunya Penduduk Tanah Tabo Sunting Manusia Penduduk Asli di Tanah Tabo merupakan keturunan campuran dari perkawinan seorang pemuda gagah perkasa yang bernama Keseka Busong dengan Puteri Dewa dari khayangan Keseka Busong kawin dengan Dara jantung anak Petara Seniba Dewa di khayangan Dara jantung dihulurkan oleh Petara Seniba ayahnya menggunakan tali Tabo Tengang akar kayu Bekarong Betung diselimuti bamboo betung anak dari keseka Busong dan Dara jantung adalah Bujang Panjang yang kawin mali terlarang dengan Dayang Kaman Dara Remia bibinya atau adik ibunya di khayangan yang menyebabkan kakeknya Petara Seniba murka dan mengusir bujang panjang kebumi tempat ayahnya berada yakni keseka Busong Anak hasil kawin mali mereka menjadi berbagai macam hama padi dan lolos menyebar ke bumi 5 Guyau Temenggung Budi Sunting Rombongan Mualang pimpinan Guyau Temenggung Budi kemudian berbaur dengan masyarakat Tanah tabo selanjutnya mereka disebut dengan nama Dayak Mualang Mereka menyebar ke Sekadau seluruh Belitang dan sebagian ke Sepauk Kabupaten Sintang Anak Anak Ambun Menurun dan Pukat Mengawang lainnya juga menyebar mengikuti kehidupan masing masing dan ada yang membentuk kelompok suku suku serumpun lainnya Salah satu anak dari Ambun Menurun dan Pukat Mengawang yaitu Putong Kempat kawin dengan Aji Mlayu pada masa kepercayaan hindu hal ini diperkuat dengan kubur dan bukti peninggalan lainnya di daerah Sepaok Kabupaten Sintang Demikianlah urutan silsilah perkawinan Dayang Putong Kempat dengan Aji Mlayu 1 Putong kempat Dayak Mualang dengan Aji Mlayu sepaok Anaknya yang bernama Dayang lengkong kawin dengan Patih Selatong menurunkan Dayang Randung kawin dengan Adipati Selatung menurunkan Abang Panjang kawin menurunkan Demong Karang kawin menurunkan Demong kara Raja keenam kerajaan Sepauk kawin menurunkan Demang Minyak kawin Raja Kedelapan kerajaan Sepauk menurunkan Demong Irawan bergelar Jubair I Kawin menurunkan Dara Juanti Raja kesembilan th 1385 Dara juanti kawin dengan Patih Logender dari Jawa masyarakat Kerajaan Majapahit hindu Dayak Lebang Nado Sunting Dari turunan Putong kempat terjadilah pembauran yang melahirkan bangsa suku yang membaur dan menyebar berkembang hingga kini Keturunan tersebut adalah Dara Juanti kawin dengan Patih logender Sebagai bukti hantaran dari pihak Patih logender maka dibawalah dua belas orang parinduk atau bukti hantaran kemudian kedua belas orang ini membentuk komunitas disekitar Bukit kelam dan lambat laun menjadi komunitas Dayak Lebang Nado Percampuran dari keturunan Dayak Mualang dan Jawa hindu Mualang Tanjung Sunting 6 Rombongan Dayak Mualang yang menyebar ke Sekadau ada yang terpecah membentuk kelompok baru Mualang Tanjung Tanyong serta membaur dengan kelompok ibanik sekitarnya yaitu Dayak Seberuang Dayak Dsa Ketungau Sesaet yang masih serumpun dan merupakan masih satu group ibanik sejak Pamar perpisahan dari Temawai Temawang Tampun Juah Selanjutnya ada yang bercampur pula dengan rombongan kelompok Dara Nante dalam usahanya mencari Babai Cinga suami Dara Nante Rombongan tersebut dipimpin oleh Singa Patih Bardat dan Patih Bangi mereka tersesat ketika menyebar mencari daerah yang disebut Temawai Temawang Tampun Juah Rombongan Singa Patih Bardat bercampur dengan Dayak Mualang menurunkan suku suku kecil yakni Dayak Kematu Dayak Benawas Dayak Mualang Sekadau di daerah Lawang Kuari Lawang Kuari adalah pintu perkampungan kuari yakni dulunya merupakan Betang kampung kuari yang dikutuk melebur menjadi batu karena sebuah peristiwa Patih Bangi Sunting Sedangkan Rombongan yang dipimpin oleh Patih Bangi menyusuri hulu sungai ke daerah yang disebut Belitang membaur dengan keturunan Mualang dari Tanah Tabo dan Tampun Juah kemudian disebut sebagai Dayak Mualang dan menyebar ke sekitarnya Dayak Mualang di daerah Belitang inilah yang banyak menurunkan Raja Raja Sekadau dan Raja Belitang Kerajaan kecil tersebut lambat laun pindah ke Sekadau Kerajaan Sekadau Sunting Kerajaan Sekadau sendiri pernah diperintah berturut turut oleh Keturunan Prabu Jaya dan keturunan Raja Raja Siak Bulun Bahulun dari sungai Keriau Kabupaten Ketapang Adapun Raja Sekadau pertama adalah pangeran Engkong yang menpunyai tiga orang putra Pangeran Agong Pangeran Kadar Pangeran SenarongSesudah Pangeran Engkong Raja Sekadau wafat dia digantikan oleh Pangeran Kadar sedangkan Pangeran Senarong yang meneruskan keturunan Raja Raja Belitang Sedangkan Pangeran Agong memilih mengasingkan diri beserta pengikutnya ke tempat yang kini disebut dengan Lawang Kuwari Betang Panjang yang menghilang dan hingga kini tempat ini dianggap keramat Kerajaan Sekadau mulai memeluk agama Islam setelah Pangeran Kadar Wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama Pangeran Suma dia mendalami agama Islam di Mempawah Dayak Kematu yang merupakan gabungan dari pecahan rombongan Dara Nante dan Dayak Mualang di sekitar Sekadau adalah yang pertama memeluk agama Islam di daerah Sekadau selanjutnya berangsur angsur diikuti beberapa suku Dayak lainnya mereka kemudian menyebut dirinya dengan sebutan Senganan keturunan Dayak yang memeluk agama Islam Perkembangan agama Islam di kerajaan Sekadau semakin pesat maka pindahlah pusat kerajaan Sekadau ke sungai bara dan disitu didirikan sebuah Mesjid Besar 7 Daerah Penyebaran Sunting Daerah penyebaran Dayak Mualang setelah Sekadau juga berkembang kedaerah Belitang dan sekitarnya dan telah banyak menurun Raja Raja Belitang Hal ini diawali oleh seorang gadis Dara Mualang yang lari melewati hutan karena takut akan hukuman kakeknya terhadap pusaka yang dibekalkan padanya yakni sebuah keris telah hilang Berikut ceritanya Pada suatu hari ketika sedang berjalan jalan di hutan gadis Mualang tersebut melihat seekor babi besar karena terkejut dan membela diri dengan cepat ia menikam babi tersebut dengan keris pusaka kakeknya kemudian saking kuatnya tusukan itu menyebabkan terlepasnya ganggang keris hingga mata keris dibawa babi tersebut lari oleh sebab itu ia sangat ketakutan pulang kerumah dan melarikan diri sekalian berusaha mencari keris pusaka kakeknya hingga sampai kehulu kapuas Dara tersebut bernama Dayang Imbok Benang keturunan kesekak Busong Dalam perjalanannya menyusuri hutan ia ditemukan oleh Demong Rui Raja dari Nanga Embaloh kemudian diambil sebagai istri oleh Demong Rui Selanjutnya Dayang Imbok Benang tersebut melahirkan dua orang anak yang pertama tua bernama Kerandang Ari yang ke dua muda bernama Abang bari Suatu ketika keduanya pulang untuk mencari tanah kelahiran ibu mereka yakni ke daerah Belitang ulun hamba yang dibawanya meninggal dunia di sana hamba tersebut bernama Belitang Dulunya sungai Belitang adalah sungai Perupuk karena ulun yang bernama Belitang tersebut meninggal maka sungai tersebut dinamakan sungai Belitang dan daerah sekitarnya disebut daerah Belitang Kerandang ari pulang ke Belitang bergabung dengan keturunan ibunya menjadi bagian dari masyarakat Mualang Sedangkan adiknya Abang Bari mengikuti ayahnya meneruskan pemerintahan Raja Raja di Selimbau dan keturunannya merantau ke Belitang untuk meneruskan pemerintahan Raja Raja Belitang Ratu Beringkak Sunting Suatu hari ada salah seorang keturunan dari Abang Bari selimbau menghanyutkan diri mengikuti sungai Kapuas sampai ke Nanga Belitang Ia bernama bernama Ratu Beringkak seorang gadis Saat ditolong oleh masyarakat Mualang ia menceritakan asal usul purihnya keturunannya dan setelah di susun keturunannya gadis tersebut dianggap sebagai Bangsa Masuka Suka tingkat golongan tinggi atau Purih Raja hingga tiada satupun masyarakat lain yang berani mengawininya Pada saat itu masyarakat Mualang dipimpin oleh Temenggung Saman Tangik kemudian orang Mualang membawa Ratu Beringkak ke hulu sungai Belitang memperkenalkannya kepada seorang pedagang yang menjadi tokoh bagi masyarakat Melayu belitang yang bernama Meriju oleh Meridju Ratu Beringkak dijodohkan kepada seorang Mualang dari Bangsa Masuka Suka Setelah pernikahan selesai Meriju diberi gelar oleh masyarakat Mualang sebagai Kiayi yakni Kiyai Madju Karena statifikasi sosial Dayak Mualang merupakan Bangsa Masuka Suka dan lebih tinggi dibandingkan dengan suku Dayak maupun Senganan ataupun suku melayu pedagang yang datang di Belitang maupun di Sekadau maka orang Mualang tidak mau tunduk kepada peraturan dan perjanjian apapun demikian juga terhadap Kiayi Madju sekalipun atas jasanya menikahkan Ratu Beringkak Hal ini memicu kemarahan Kiayi madju yang akhirnya memobilisasi orang orang Melayu untuk menyerang Dayak Mualang yang berada dihulu sungai Merian Dalam peperangan tersebut orang orang Melayu dapat dikalahkan dan dikejar hingga tercerai berai sebagian lari hingga ke sungai Mengkiyang Sanggau sisanya menetap di sekitar Belitang Orang orang melayu masih belum puas mereka mendatangkan empat orang kuat Melayu pada waktu itu disebut Panglima Terhadap orang orang Melayu yang tersisa beserta panglimanya tersebut yang tidak mau pergi akhirnya Dayak Mualang daerah Belitang mengundang Dayak Mualang keturunan dari Tampun Juah di Kaki bukit rambat yang bernama Macan singkuh Karena Macan Singkut telah tua maka ia mengutus anaknya yang bernama Singa Uda Letnan untuk menghadapi sisa sisa orang Melayu beserta panglimanya Pertarungan antar orang kuat terjadi yakni empat orang Panglima Melayu melawan seorang Manok Sabung Mualang Pertarungan ini dilakukan secara sportif Akhirnya ke empat orang Panglima Melayu tersebut dapat dikalahkan maka Kiyai Madju dan seluruh orang Melayu dan Panglimanya pergi dan pindah dari daerah Mualang ke Nanga Jungkit dalam perpindahan tersebut Ratu beringkak ikut serta dan di Nanga Jungkit ia meninggal dunia tetapi sebelumnya ia minta dikubur di Nanga Ansar Sampai saat ini Nanga Jungkit dan Nanga Ansar dianggap sebagai tempat keramat Lagu Daerah Dayak Mualang SuntingMeh Bujang De Kutak Katik Aboh Beramay Kepai Kepai Dan masih banyak lagiTarian Dayak Mualang SuntingDayak Dance Tari Dayak Mualang Ngajad Kayau KalbarTari Pingan Mualang Tari Pireng Mualang tersebar di belitang Ilek tengah dan hulu Tari Pdang Mualang ngajat bebunoh tersebar di belitang Ilek hulu merbang dan sekitarnya dan belitang Hulu sebetung dan sekitarnya Ajat Temuai datai Nyamot Temuai persembahan tamu yang datang penyambutan tamu tari adat tersebar di belitang ilek tengah ulu dan sekitarnya Ngajat Lesong Mualang di Belitang Tengah Sp 2 Sanggar SeniSanggar Sengalang Burong provinsi kalbar rumah betang Letjen sutoyo Sanggar Sengalang Menenank di desa merbang kec belitang Hilir Kab sekadau Sanggar Ayak Menebing di Kecamatan Sui Ayak kab Sekadau kelompok KerajinanTenun Kumpang Ilong Kecamatan Belitang Hulu Anyam Anyaman Tangoy Ragak Bubu Takin tersebar di Menawai Situs Warisan BudayaRumah Panjai Sungai Antu Belitang Hulu rumah lama masih di huni Rumah Panjai Temawang Rungkup di Empajak Belitang Hilir Rumah Panjang di KerintakDaftar pustaka SuntingDrake Allen Richard Waktu dan Keterpisahan Suatu Metanarrative Sejarah Lisan Mualang Dalam Kalimantan Review Pontianak LP3S IDRD 1995 Dunselman Donatus Uit De Literatuur Der Mualang Dajaks Nederland Koninklijk Instituut Voor Taal Land En Volkenkunde 1959 Lontaan J U Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat Jakarta Pemerintah Daerah TK I Kalimantan Barat 1975 Marie Jeanne Penelitian Struktur Bahasa Mualang Proyek Penelitian Sastra dan Bahasa Indonesia dan Daerah Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta Dep P dan K 1975 1976 Paternus Ngelala Adat Basa Dayak Mualang Pontianak Pemberdayaan Pengelolaan Sumbar Daya Alam Kerakyatan PPSDAK Pancur kasih 2001 Werry SKM Bebutie aba k sama dire k Belitang Persatuan Pejuang Kesehatan Mualang PPKM 2007 Catatan kaki SuntingDi Rangkum oleh John Roberto P Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat 1975 hal 197 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Suku Dayak Mualang amp oldid 24039470