www.wikidata.id-id.nina.az
Suku Lun Bawang dahulu bernama Trusan Murut atau Murut Selatan adalah suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Utara Tengah Miri Sarawak Malaysia dan Sabah Mereka berasal dari dataran tinggi Kalimantan Utara Krayan Malinau Mentarang dan Long Bawan Brunei Distrik Temburong barat daya Sabah Divisi Dalam dan wilayah utara Sarawak Divisi Limbang Di negara bagian Sarawak Malaysia Lun Bawang melalui istilah Murut secara resmi diakui oleh Konstitusi sebagai penduduk asli Sarawak 4 dan dikategorikan dalam suku Orang Ulu sedangkan di negara bagian tetangga Sabah dan dataran tinggi Krayan di Kalimantan mereka kadang kadang disebut Lundayeh atau Lun Daye Di Brunei mereka juga diidentifikasikan oleh hukum sebagai salah satu dari 7 penduduk asli pribumi Brunei melalui istilah Murut 5 Namun demikian di Sabah Kalimantan dan Brunei istilah Lun Bawang mulai populer sebagai istilah pemersatu etnis ini di seluruh wilayah Ada juga nama alternatif lain seperti Lun Lod Lun Baa dan Lun Tana Luun Lun BawangLundayehGadis Lun Bawang dalam pakaian tradisionalJumlah populasiSekitar 58 600 2023 Daerah dengan populasi signifikanBorneo Malaysia30 000 sensus 2023 1 Sabah9 125 2012 SIL butuh rujukan Sarawak20 825 2020 census 2 Indonesia28 00 1982 SIL 1 Brunei660 3 BahasaLun Bawang dialek termasuk Trusan Lun Daye Papadi Lun Dayah Adang Tabun Treng Kolur Padas Trusan dan Lepu Potong Bahasa Indonesia Bahasa Malaysia Sarawakian MalayAgamaKristiani predominantly Islam AnimismeKelompok etnik terkaitKelabit Lengilu Putoh Sa ban amp TringOrang Lun Bawang secara tradisional bermatapencaharian sebagai petani dan peternak seperti beternak unggas babi dan kerbau Lun Bawangs juga dikenal sebagai pemburu dan nelayan Daftar isi 1 Etimologi 2 Asal Usul 3 Sejarah 3 1 Hubungan dengan Kerajaan Brunei 3 2 Suku Lun Bawang dengan pemukiman orang Eropa 4 Kegiatan budaya dan ekonomi 4 1 Bahasa 4 2 Festival dan perayaan 4 3 Agama 5 Standar kehidupan 6 ReferensiEtimologi suntingKata Lun Bawang berarti orang orang negara atau orang asli sedangkan Lun Dayeh berarti orang hulu atau orang pedalaman atau Orang Ulu dan Lun Lod berarti orang yang tinggal di hilir atau dekat laut Nama lain berasal dari referensi geografis untuk penanaman padi mereka misalnya Lun Baa rawa yang tinggal di dekat daerah rawa dan menanam padi basah dan Lun Tana Luun di darat yang menanam padi kering Mereka bersikeras bahwa mereka tidak pernah menyebut diri mereka Murut orang orang Lun Bawang awalnya disebut Murut oleh kolonial Inggris dan oleh orang luar kelompok etnis lain 6 Dalam Bahasa Lun Bawang kata Murut berarti untuk memijat atau untuk memberi maskawin dan makna makna ini hanya memiliki sedikit atau tidak ada hubungannya sama sekali dengan identitas suku ini 7 Nama Murut mungkin berasal dari kata Murud sebuah gunung yang terletak di dekat pemukiman Lun Bawang lama mungkin saja berarti orang gunung atau orang bukit tetapi sebaliknya digunakan oleh penjajah untuk mengidentifikasi suku ini Selain itu etnologi menemukan bahwa klasifikasi dengan nama Murut membingungkan karena istilah ini digunakan secara berbeda di Sabah Sarawak dan Brunei Di Brunei dan Sarawak nama ini digunakan untuk menggambarkan orang orang Lun Bawang sedangkan di Sabah nama ini digunakan untuk mengidentifikasi suku yang berbeda secara bahasa dan budaya dari suku Lun Bawang 8 9 Pada awal 1970 an penggunaan istilah Lun Bawang mulai mendapatkan perhatian di antara etnolog dan ahli bahasa dan sekarang istilah yang paling umum digunakan untuk mengidentifikasi kelompok suku ini Di Sarawak keputusan untuk mengganti istilah Murut menjadi Lun Bawang untuk mengidentifikasi kelompok suku ini dibuat dengan suara bulat oleh para pemimpin masyarakat Lun Bawang 7 dan penggunaan resmi istilah ini sekarang secara hukum mengikat setelah disahkannya Undang Undang Penafsiran oleh Dewan Legislatif Sarawak pada tahun 2002 10 Asal Usul suntingSuku Lun Bawang merupakan salah satu suku asli yang menduduki Pulau Kalimantan selama berabad abad Menurut Tom Harrisson 1959 dan S Runciman 1960 Komunitas Lun Bawang adalah salah satu pemukim awal di daerah pegunungan Kalimantan tengah dan mereka berkaitan dengan suku Kelabit Kedua suku ini terhubung dengan garis keturunan umum yang disebut Apo Duat atau suku Apad Uat dimana Apo Duat adalah area dataran tinggi Krayan dan dataran tinggi Kelabit Satu teori menyatakan bahwa Apo Duat adalah tanah air leluhur bersama dan bahwa telah berkembang ke daerah pesisir 11 Satu teori lain menunjukkan bahwa orang orang Apo Duat ini dulunya penduduk asli Brunei tetapi terdorong ke hulu hingga dataran tinggi oleh suku suku penyerang seperti suku Kayan Kenyah dan Iban Orang orang yang berada di hilir orang orang Lun Bawang diisolasi dari orang orang yang bermigrasi ke dataran tinggi Kelabit Hal ini menyebabkan budaya dan bahasa mereka sedikit berbeda Teori lain menunjukkan bahwa migrasi suku ini berasal dari sisi yang berlawanan dari Kalimantan sekarang Kalimantan Timur Dikatakan bahwa orang orang Apo Duat pernah menjadi petani di dataran rendah di hilir sungai Malinau Kalimantan hidup dekat dengan suku Tidung Namun serangan oleh perampok muslim Bugis dan Suluk mungkin terjadi pada abad ke 17 Hal ini menyebabkan mereka bermigrasi ke dataran tinggi Krayan sementara orang orang Tidung masuk Islam 12 Namun demikian teori teori ini masih harus dibuktikan dan tidak ada bukti substansial untuk melacak asal usul orang orang Lun Bawang atau untuk membuktikan salah satu dari teori teori ini Sejarah suntingHubungan dengan Kerajaan Brunei sunting Menurut tradisi lisan Brunei suku Lun Bawang Murut berada di bawah pemerintahan kerajaan Brunei dengan damai selama masa pemerintahan Awang Alak Betatar Hal ini tercapai melalui transaksi antara Lun Bawang dan saudara Awang Alak Betatar yaitu Awang Jerambok 13 Di bawah pemerintahan kerajaan Brunei Lun Bawang dikenai pajak dan upeti Para pemimpin lokal dari kelas yang lebih tinggi lun mebala atau lun do diangkat menjadi bangsawan dan diberikan kantor di kesultanan Beberapa masyarakat suku Lun Bawang berasimilasi dengan budaya Melayu 14 Komunitas Lun Bawang yang terletak dekat dengan ibu kota Brunei terintegrasi dengan kuat ke pemerintahan Brunei 15 Awang Alak Betatar dan 13 saudaranya adalah bapak pendiri Brunei dan diyakini memiliki setengah darah suku Murut karena mereka memiliki ayah Murut yang sama dengan nama Upai Semaring atau Awang Semaun 16 Empat belas saudara ini merupakan suku Kelabit Murut dan pengikut mereka adalah pembangun kekaisaran awal Brunei 17 Masyarakat suku Lun Bawangs dan Kelabit Muruts adalah keturunan kerajaan dari House of Bolkiah karena mereka menggunakan sebutan seperti Dayang Sultan Agong and Pengiran nama yang digunakan oleh nenek moyang mereka di masa lalu 18 Namun demikian perjanjian damai antara suku Lun Bawang dan penguasa Melayu Brunei sama sekali tidak abadi karena sepanjang sejarah kesultanan Brunei suku Lun Bawang sering memberontak terhadap penguasa Brunei Dikatakan bahwa pemberontakan suku Murut sic yaitu suku Lun Bawang Dan orang orang Cina telah menyebabkan Sultan Brunei meminta bantuan dari kesultanan Sulu untuk menekan pemberontakan pada tahun 1658 yang mengakibatkan Sultan Brunei menyerahkan wilayah kekuasaannya Kimanis sampai Tapean Durian kepada Sultan Sulu sebagai tanda terima kasih 19 Suku Lun Bawang dengan pemukiman orang Eropa sunting Orang Eropa awal menggunakan eksonim Maroot Marut Morut atau Murut untuk menyebut suku Lun Bawang dan mungkin diperkenalkan oleh orang Melayu Brunei yang melakukan kontak dengan mereka di Brunei Tertulis masyarakat suku Lun Bawang paling awal di Eropa mungkin berasal dari Thomas Forrest selama pelayarannya ke Papua Maluku dan Balambangan pada tahun 1776 Dia menggambarkan bahwa orang orang Kalimantan sic yaitu orang Brunei cenderung untuk mencegah Cina atau Eropa dari berurusan langsung dengan Maroot dalam perdagangan melakukan perdagangan sebagai perantara kepada diri mereka sendiri 20 Dalam Sketch of Borneo or Pulo Kalamantan milik John Hunt pada tahun 1812 ia menggambarkan suku Lun Bawang sebagai suku asli Brunei dan bahwa mereka jauh lebih adil dan lebih baik daripada orang Melayu memiliki kerangka yang lebih kuat dan disebut sebagai ras orang yang berani 21 Orang Eropa juga telah mendapat gambaran tentang suku Lun Bawang dari Brunei Melayu yang melakukan kontak dengan mereka Misalnya saja selama perjalanan kapal Himmaleh dari Amerika ke Brunei bangsawan Brunei pangeran melaporkan bahwa ada 21 suku di Brunei Murut menjadi salah satu dari mereka dan itu adalah suku kafir tidak beragama Islam dan melakukan pemburuan kepala 22 Selama ekspedisi Henry Keppel ke Kalimantan ia mencatat bahwa suku Lun Bawang adalah penghuni pedalaman Kalimantan dan orang Murut dan Dayak telah memberikan tempat kepada orang Kayan setiap kali mereka berhubungan satu sama lain 23 Sir James Brooke dalam jurnalnya yang ditulis pada 24 Desember 1850 menggambarkan penindasan yang dihadapi oleh masyarakat suku Lun Bawang waktu itu disebut Limbang Murut oleh para bangsawan Brunei dan di mana beberapa orang berperang melawan tirani ini 24 Spenser St John pada tahun 1860 menggambarkan kondisi orang orang Lun Bawang yang miskin waktu itu disebut Limbang Murut di bawah pemerintahan Kesultanan Brunei Ia juga memberikan laporan tentang penduduk asli Murut dan Bisaya bangkit menjadi pemberontakan namun pemberontakan ini selalu ditekan oleh ancaman oleh pemerintah Brunei untuk membawa suku Kayan untuk menaklukkan oposisi 25 26 Spenser St John juga menggambarkan tirani yang dilakukan oleh bangsawan Brunei terhadap Limbang Murut yang termasuk merebut anak anak mereka untuk dijual sebagai budak jika pajak tidak dibayar dan pada satu kesempatan ketika ibu kota Brunei dalam keadaan waspada oleh para prajurit Kayan yang sedang maraud bangsawan Brunei menawarkan seluruh desa Limbang Murut untuk dijarah dengan imbalan keamanan ibu kota 26 Kegiatan budaya dan ekonomi suntingHampir semua kegiatan ekonomi tradisional Lun Bawang terkait dengan penanaman padi dan mereka membudidayakan kedua padi di bukit yang disebut lati tana luun dan beras dari sawah disebut lati ba 27 28 Produksi beras terkait dengan prestise status keuangan seseorang karena kelebihan panen beras dikonsumsi secara tradisional di pesta irau besar menandakan kekayaan dan keberuntungan Nasi yang dimasak dibungkus dengan daun pisang Luba Laya dan nasi juga diseduh menjadi anggur beras atau burak untuk alasan praktis Meminum burak telah menjadi kebiasaan penting dan juga terkenal seperti yang dianggap oleh misionaris Kristen dan pemerintahan Brooke dari suku Lun Bawang tetapi sekarang produksi anggur beras telah berkurang secara signifikan karena upaya yang dilakukan oleh misionaris Kristen dan pemerintah Brooke untuk mendorong larangan di antara komunitas di awal abad ke 20 Daging dan ikan diasinkan atau diasamkan menggunakan garam dan disimpan dalam batang bambu berlubang selama sebulan dan makanan asinan disebut telu Daging dan ikan juga diawetkan dengan asap Garam diperoleh dengan cara menguapkan air garam dari mata air asin Meat and fish are also preserved by smoking Salt is obtained by evaporating brine from salt spring lubang mein 29 Ternak dan kerbau dibesarkan untuk diambil dagingnya dan dapat berfungsi sebagai simbol status keuangan Hewan hewan ini umumnya digunakan sebagai mahar yang disajikan kepada keluarga pengantin wanita dari sisi pengantin pria Di masa lalu para pria mengenakan jaket yang terbuat dari kulit pohon yang disebut kuyu talun Kain yang melilit dahi disebut sigar dan kain pinggang disebut abpar Parang panjang pelepet diikat ke pinggang terutama ketika dibawa ke perang suku Sedangkan untuk para wanita mereka mengenakan pata di kepala mereka beret di pinggang mereka bane di leher dan gileng atau pakel dipakai sebagai ornamen di tangan dan pergelangan tangan mereka Pata atau topi yang seluruhnya terbuat dari manik dipakai sebagai simbol status 30 Suku Lun Bawang termasuk ke dalam kelompok disebut sebagai kelompok Nulang Arc Metcalf 1975 Suku ini bersama dengan suku lain seperti Berawa Melanaus dan Kajang secara tradisional mempraktikkan tradisi kuno tentang perawatan sekunder bagi orang mati Di Lun Bawang ini disebut mitang butung Metcalf berteori bahwa praktik ini adalah karakteristik tradisi budaya paling kuno di Kalimantan sebelum kedatangan penjajah lainnya yang mempengaruhi diversifikasi budaya dan bahasa di Kalimantan 31 Bahasa sunting Artikel utama Bahasa Lun Bawang Festival dan perayaan sunting Suku Lun Bawang merayakan Irau Aco Lun Bawang perayaan Lun Bawang setiap tahun pada tanggal 1 Juni di Lawas Sarawak 32 Festival ini secara tradisional merupakan perayaan panen padi tetapi sekarang menampilkan berbagai budaya dan acara suku Lun Bawang seperti Ruran Ulung kontes kecantikan dan ngiup suling alat musik bambu Di Sipitang wilayah Sabah suku Sabahan Lun Bawang dan Lundayeh merayakan festival panen Kaamatan dua tahun sekali selama Festival GATA Gasing and Tamu Besar di mana tarian tradisional dan kostum sedang dipamerkan bersama dengan orang orang dari suku asli lainnya di wilayah seperti suku Murut Suku Kedayan dan Brunei Malay Menjadi komunitas yang mayoritas beragama Kristen sejak tahun 1950 an secara tradisional merayakannya Irau Rayeh yang merupakan festival dan perayaan Paskah 33 Agama sunting Suku Lun Bawang sebagian besar merupakan penganut animisme sebelum tahun 1920 an Di bawah aturan Raja Putih Charles Vyner Brooke di Sarawak misionaris Kristen khususnya Misi Evangelis Borneo memiliki akses yang lebih baik ke pemukiman Lun Bawang di pedalaman dan dataran tinggi dan melanjutkan untuk mengabarkan agama Kristen kepada orang orang Lun Bawang 34 Mayoritas masyarakat suku Lun Bawang adalah orang Kristen sebagian besar dari mereka merupakan Sidang Injil Borneo Sejumlah kecil dari denominasi Kristen lainnya seperti Gereja Yesus Sejati Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Gereja Katolik Roma atau agama lain seperti Islam dan Buddha Standar kehidupan suntingSebelum pemerintahan Rajah Putih suku Lun Bawang berada dalam kondisi yang menyedihkan sering terlibat dalam perang suku pemburuan kepala dan konsumsi alkohol yang berlebihan 35 Suku Lun Bawang sering menjadi korban manipulasi politik oleh Kesultanan Brunei misalnya mereka digunakan sebagai pengorbanan bagi perampok Kayan yang mengancam akan menyerang ibu kota Brunei pada tahun 1860 an Rendahnya standar hidup telah menyebabkan wabah penyakit parah kolera dan cacar di antara masyarakat dan populasi secara signifikan menyusut ke titik hampir punah pada tahun 1920 an Dengan munculnya pemerintahan Rajah dan konversi ke agama Kristen standar kehidupan meningkat pesat ketika para misionaris memperkenalkan layanan kesehatan sistem sanitasi dan juga sistem pendidikan yang lebih baik Suku Lun Bawang sangat bersemangat di sekolah dan pada tahun 1940 sekitar 95 dari suku Lun Bawang dan suku Kelabit yang berumur di bawah 20 an di Lawas Damit sudah melek huruf 36 Gerakan Misi Evangelis Borneo telah memainkan peran utama dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat Lun Bawang terutama dalam mendidik masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan juga dalam menjaga perdamaian antara orang orang Lun Bawang dan mereka yang berasal dari suku lain yang tinggal di dekatnya 37 Banyak masyarakat suku Lun Bawang yang mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi di kota kota terdekat seperti Lawas Limbang dan Miri dan di Sabah Sipitang dan Beaufort dan kemudian melanjutkan studi mereka di ibu kota negara bagian atau di Semenanjung Malaysia masih ada sedikit perkembangan sekolah di pemukiman Lun Bawang pedalaman seperti Long Pasia atau Ba Kelalan Oleh karena itu banyak pemuda Lun Bawang di pedalaman melakukan perjalanan jauh dari rumah mereka untuk mengejar pendidikan kadang kadang melalui transportasi sungai atau jalan kerikil Asupan pekerjaan di beberapa industri utama di Sabah dan Sarawak seperti industri minyak dan gas dan kelapa sawit masih relatif kecil dan beberapa masih terlibat dalam pertanian subsisten dan perikanan Namun dengan upaya berkelanjutan banyak dari mereka berhasil menjadi profesional Statistik tahun 2011 menunjukkan bahwa ada sekitar 233 lulusan di antara komunitas Lun Bawang di Sarawak 38 Referensi sunting a b http https joshuaproject net people groups 15053 YEARBOOK OF STATISTICS SARAWAK 2015 PDF DEPARTMENT OF STATISTICS MALAYSIA SARAWAK 2015 hlm 25 26 Diakses tanggal 19 November 2017 Keat Gin Ooi 2015 12 14 Brunei History Islam Society and Contemporary Issues Routledge ISBN 9781317659983 Diakses tanggal 3 March 2017 Constitution of Malaysia ed Article 162 7 diakses tanggal 25 September 2010 Laws of Brunei Chapter 15 Brunei Nationality Act ed 25 September 2010 4 2 PDF hlm 4 Daniel Chew ed 2004 Borders of kinship and ethnicity cross border relations between the Kelalan Valley Sarawak and the Bawan Valley East Kalimantan diakses tanggal 21 Maret 2019 a b Meechang Tuei ed 1995 Masyarakat Lun Bawang Sarawak Satu Pengenalan PDF Kuching Sarawak Desktop Publisher Sdn Bhd hlm 3 5 ISBN 978 983 62 4321 8 diakses tanggal 21 Maret 2019 pranala nonaktif permanen Pelita Brunei Sastera dan Budaya Diarsipkan 27 June 2007 di Archive is Appel G M ed September 1969 The Status of Research among the Northern and Southern Muruts PDF 1 2 Maine Amerika Serikat Asosiasi Studi Asia di Universitas Brandeis hlm 18 21 diakses tanggal 21 Maret 2019 Abdul Hakim Bujang ed 7 May 2002 Interpretation Amendment Bill Sea Dayaks Land Dayaks will be dropped while Lun Bawang will no longer be classified as Muruts Sarawak Sarawak Tribune diarsipkan dari versi asli tanggal 5 February 2012 diakses tanggal 21 March 2019 Reed L Wadley ed 2005 Histories of the Borneo environment economic political and social dimensions of change and continuity Leiden Belanda KITLV Press hlm 253 ISBN 978 90 6718 254 6 diakses tanggal 21 Maret 2019 Cristina Eghenter Bernard Sellato G Simon Devung ed 2004 Social Science Research and Conservation Management in the Interior of Borneo Unraveling past and present interactions of people and forest PDF Indonesia Printer Indonesia CIFOR WWF Indonesia UNESCO and FORD foundation hlm 25 ISBN 978 979 3361 02 4 diakses tanggal 21 Maret 2019 Charles Hose William McDougall ed 1912 The Pagan Tribes of Borneo A Description of Their Physical Moral and Intellectual Condition II diakses tanggal 21 Maret 2019 Keat Gin Ooi ed 2004 Southeast Asia A Historical Encyclopedia from Angkor Wat to East Timor Santa Barbara California Amerika Serikat ABC CLIO hlm 272 ISBN 978 1 57607 771 9 diakses tanggal 21 Maret 2019 Metcalf Peter 2010 The Life of the Longhouse An Archaeology of Ethnicity Cambridge University Press hlm 188 ISBN 9780521110983 Gin Ooi Keat 2015 Brunei History Islam Society and Contemporary Issues Routhledge ISBN 978 1 138 78765 0 Harrisson Tom 1954 Outside Influences on the Upland Culture of Kelabits of North Central Borneo SMJ Vol XL 4 hlm 117 Bala Bilcher 1993 Masyarakat Kelabit dan Lun Bawang di Sarawak Jebat 21 21 54 J Hunt Esq ed 1812 Sketch of Borneo or Pulo Kalamantan VIII Bencoolen Sumatran Mission Press hlm 10 diakses tanggal 21 Maret 2019 Captain Thomas Forrest ed 1776 A voyage to New Guinea and the Moluccas from Balambangan New Bond Street London G Scott J Robson hlm 383 diakses tanggal 21 Maret 2019 J Hunt Esq ed 1812 Sketch of Borneo or Pulo Kalamantan VIII Bencoolen Sumatran Mission Press hlm 3 diakses tanggal 21 Maret 2019 J T Dickenson ed 1838 Notices of the City of Borneo and Its Inhabitant Made During the Voyage of American Brig Himmaleh in the Indian Archipelago in 1837 The Chinese Repository VIII originally Canton Adamant Media Elibron Classics hlm 133 ISBN 978 1 4021 5635 9 diakses tanggal 21 Maret 2019 Captain The Hon Henry Keppel R N ed 1846 The Expedition to Borneo of H M S Dido for The Suppression of Piracy with Extracts from The Journal of James Brooke Esq of Sarawak II Great New Street Fettler Lane London Robson Level and Franklyn hlm 171 diakses tanggal 21 Maret 2019 Captain The Hon Henry Keppel R N ed 1853 A Visit to the Indian Archipelago in H M Ship Maeander With Portions of the Private Journal of Sir James Brooke K C B New Burlington Street London swald Walters B Brierly R Bentley Harvard University hlm 116 diakses tanggal 21 Maret 2019 Leigh R Wright ed 1977 Brunei A Historical relic PDF 17 Hong Kong Jurnal Masyarakat Asia Cabang Hong Kong hlm 19 diakses tanggal 12 Maret 2019 a b Spencer St John ed 1860 Life in the Forest of the Far East II 65 Cornhill London Smith Elder and Co hlm 55 diakses tanggal 21 Maret 2019 Christine Padoch ed 1983 Agricultural Practices of the Kerayan Lun Dayeh PDF 15 1 Universitas Wisconsin Borneo Research Bulletin hlm 33 37 diakses tanggal 4 September 2008 pranala nonaktif permanen Mika Okushima ed 1999 Wet rice cultivation and the Kayanic peoples of East Kalimantan some possible factors explaining their preference for dry rice cultivation 1 Research Notes Buletin Penelitian Kalimantan hlm 33 37 diakses tanggal 4 September 2008 Sukoco Nunukan 22 Agustus 2015 I Made Asdhiana ed Ketika Luba Laya Lontongnya Suku Dayak Lundayeh Bertemu Soto Kompas Diakses tanggal 21 Maret 2019 Heidi Munan ed 1992 Lun Bawang beads 5 BEADS Journal of the Society of Bead Researcher hlm 52 diakses tanggal 21 Maret 2019 Peter Metcalf ed 1975 The Distribution of Secondary Treatment of the Dead in Central North Borneo PDF 7 2 Universitas Harvard Buletin Penelitian Kalimantan hlm 54 59 diakses tanggal 21 Maret 2019 pranala nonaktif permanen Lun Bawang Festival returns to Lawas in full glory The Borneo Post 11 Juni 2016 Diakses tanggal 21 Maret 2019 Bupati Wabup Sibuk Pembagian SK Tenaga Honor Ditunda Tribun Kaltim 4 November 2015 Diakses tanggal 21 Maret 2019 Jim Huat Tan ed 1975 The Borneo Evangelical Mission BEM and the Sidang Injil Borneo SIB 1928 1979 A Study of the Planting and Development of an Indigenous Church PDF hlm 24 27 diarsipkan dari versi asli PDF tanggal 2019 07 17 diakses tanggal 21 Maret 2019 Sharon Cheah 2016 Malaysia Bagus Travels From My Homeland ISBN 9789810732127 diakses tanggal 21 Maret 2019 Hugo Steiner 2007 Sarawak people of the longhouse and jungle hlm 174 ISBN 9789833987016 diakses tanggal 21 Maret 2019 Jin Huat Tan 2012 Planting an Indigenous Church The Case of the Borneo Evangelical Mission Regnum Studies in Missione Wipf and Stock Publishers hlm 215 ISBN 9781620321393 diakses tanggal 21 Maret 2019 Salinan arsip Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 03 21 Diakses tanggal 2019 03 21 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Suku Lun Bawang amp oldid 24251746