www.wikidata.id-id.nina.az
Sampoerna merujuk kepada kata sempurna adalah nama sebuah keluarga di Surabaya Jawa Timur yang merupakan perintis PT HM Sampoerna Tbk salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia Generasi pertama dari keluarga ini adalah Liem Seeng Tee yang merantau ke Indonesia dari kampung halamannya di Fujian Tiongkok pada tahun 1898 1 Dialah yang mendirikan perusahaan rokoknya pada tahun 1913 Generasi keduanya adalah Aga Sampoerna putra Liem Seeng Tee sedangkan generasi ketiganya adalah Putera Sampoerna Generasi berikutnya dipimpin Michael Sampoerna putra Putera Logo Sampoerna Daftar isi 1 Sejarah 1 1 Merantau ke Surabaya 1893 1912 1 2 Memulai bisnis keluarga 1912 1933 1 3 Taman Sampoerna 1933 1942 1 4 Perang dan kemerdekaan 1942 1949 1 5 Pembangunan kembali 1949 1954 1 6 Kebangkitan komunis di Indonesia 1954 1960 1 7 Generasi kedua 2 Perusahaan keluarga Sampoerna 3 Anggota keluarga 3 1 Anggota keluarga Sampoerna pemimpin perusahaan 3 1 1 Generasi pertama 3 1 2 Generasi kedua 3 1 3 Generasi ketiga 3 1 4 Generasi keempat 3 2 Kerabat 4 Referensi atau pranala luar 5 Daftar pustakaSejarah suntingMerantau ke Surabaya 1893 1912 sunting Sejarah keluarga Sampoerna bermula saat Liem Seeng Tee lahir di Tiongkok pada tahun 1893 Ia merupakan anak dari Liem Tioe dan Tan Sie Nio 2 Keluarga kecil ini tinggal dan menetap di sebuah desa kecil di wilayah Anxi Fujian Tiongkok 3 Pada musim dingin yang parah pada tahun 1897 Tan Sie Nio tiba tiba wafat meninggalkan Liem Seeng Tee yang kala itu masih berumur 5 tahun dan kakak perempuannya yang berusia 6 tahun 3 1 Sepeninggal istrinya Liem Tioe memutuskan untuk meninggalkan Anxi pada 1898 4 Ia membawa serta kedua anak serta seluruh harta keluarga di keranjang dan bergerak ke arah Amoy 4 Dari sana ia kemudian berlayar ke Penang 2 Sesampainya di Penang ia menemukan bahwa ternyata kota ini kurang aman 5 Penang saat itu diselemuti kekacauan akibat pertentangan antara imigran dan pemerintah serta perselisihan antar sesama komunitas Tionghoa 5 Liem Tioe pun memutuskan untuk pindah lagi dan berlayar ke arah Surabaya Jawa Timur 5 Namun saat ia mencoba memesan tiket kapal ia menyadari bahwa ia tidak memiliki cukup uang 5 Ia akhirnya memutuskan untuk memberikan anak perempuannya ke sebuah keluarga Hokkien dan mendapatkan uang adopsi dari sana 5 Dengan uang yang ia dapat ia dan anaknya bisa berlayar 621 mil melewati Selat Malaka ke Jawa Timur yang kala itu dikuasai oleh Belanda 1 Namun enam bulan setelah sampai di sana Liem Tioe meninggal akibat kolera 6 Menjelang wafatnya ia menitipkan anak laki lakinya Liem Seeng Tee ke sebuah keluarga Hokkien di Bojonegoro 6 Karena keterbatasan Liem Seeng Tee tidak bersekolah 7 Namun semasa tinggal di keluarga ini Liem Seeng Tee mempelajari baik bahasa Hokkien maupun bahasa Mandarin 1 Di sini ia juga membantu usaha kecap keluarga angkatnya dan belajar cara berbisnis dari sana 1 Di usia sebelas tahun Liem Seeng Tee memutuskan untuk tinggal di tempat lain 7 Ia bekerja di sebuah restoran kecil dan tinggal di sana dalam kondisi serba keterbatasan 7 Ia dibayar dengan gaji sangat murah dan malamnya ia tidur di meja yang ada di sana 7 Setelah beberapa lama ia memutuskan untuk berganti pekerjaan untuk mendapatkan pemasukan yang lebih baik 7 Pemilik restoran menyetujui dan bahkan memberikan sedikit uang kepadanya 7 Ia menggunakan uang itu untuk membeli sepeda bekas dan mulai berjualan batu bara di Surabaya 7 Setelah beberapa lama ia memutuskan untuk berhenti berjualan batu bara dan beralih menjadi penjual makanan untuk penumpang di kereta kelas bawah 1 Selama delapan belas bulan tanpa libur sehari pun Liem Seeng Tee berjualan di kereta kereta yang beroperasi antara Surabaya dan Jakarta menjual roti dan makanan yang dikantungkan di sarungnya 1 Setelah itu ia dipekerjakan oleh perusahaan kereta untuk melayani penumpang kelas satu yang sebagian besar adalah warga Belanda dan di sana ia belajar bahasa Belanda 8 Memulai bisnis keluarga 1912 1933 sunting Sebelum memulai pekerjaannya di kereta Seeng Tee bertemu dengan peranakan Tionghoa bernama Siem Tjiang Nio yang tinggal di pusat kota Surabaya 1 Ketika ia berusaha melamarnya orang tua Siem Tjiang Nio tidak setuju karena ia tidak memiliki pendidikan dan pekerjaan tetap latar belakang keluarganya pun tidak jelas 9 Namun kakek dan nenek Siem Tjiang Nio percaya kepadanya dan bersedia memberikan restu mereka 9 Liem Seeng Tee pun menikahi Siem Tjiang Nio secara diam diam pada tahun 1912 1 Pasangan ini tinggal di Jalan Gang Gembong Surabaya Di sini Siem Tjiang Nio juga membuka usaha dengan berjualan kue 10 Setelah beberapa saat bekerja di kereta Liem Seeng Tee mendapatkan kesempatan untuk bekerja di sebuah perusahaan rokok di Lamongan yang berjarak sekitar 46 km dari kota Surabaya 9 Meskipun jauh ia memutuskan untuk mengambil pekerjaan ini karena upahnya yang menarik 9 Setelah enam bulan bekerja dan dengan uang tabungannya ia menyewa kios kecil di Jalan Cantian Pojok Surabaya 1 Di sini ia menjual berbagai keperluan pokok termasuk rokok 11 Selain itu untuk menambah pemasukan ia juga berkeliling berjualan rokok ke pengecer dan grosir dengan menggunakan sepeda 11 Pada tahun 1913 ia mendirikan badan usaha dengan nama Handel Maatschappij Liem Seeng Tee 11 Pada tahun 1914 dilakukan pembangunan jembatan baru dan karenanya arus lalu lintas diarahkan melalui jalan di depan toko Liem Seeng Tee 1 Karenanya pembeli menjadi berlimpah dan bisnis Seeng Tee tumbuh dengan cepat 12 Pada tahun 1914 itu anak pertamanya Swie Hwa lahir diikuti oleh anak keduanya Swie Ling pada tahun 1915 12 Namun pada tahun 1916 toko kecil ini mengalami kebakaran parah yang menghancurkan bangunan beserta isinya 12 Beruntung atas bantuan dari keluarga dan koleganya Liem Seeng Tee berhasil membangun kembali rumah dan tokonya dalam waktu satu minggu 13 Tak lama setelah rumahnya terbakar Seeng Tee mendapatkan kabar bahwa ada sebuah perusahaan pedagang rokok yang bangkrut dan terpaksa menjual berbagai jenis rokok Dengan bantuan tabungan dari istrinya Liem Seeng Tee membeli aset aset perusahaan tersebut Setelah melakukan pembelian ini usahanya berkembang makin pesat Toko Seeng Tee disukai karena campuran tembakaunya yang khas dan bisa disesuaikan dengan keinginan pembelinya Pada tahun 1921 anak perempuannya Sien Nio lahir diikuti oleh kelahiran Hwee Nio dan Kwang Nio pada tahun 1926 dan 1928 Karena baik bisnis maupun jumlah keluarganya semakin besar Liem Seeng Tee memutuskan untuk pindah ke Jalan Gembong nomor 72 73 Pada masa ini ia bereksperimen dengan campuran tembakau dan akhirnya ia berhasil menciptakan Dji Sam Soe sebuah merek yang menjadi sumber kesuksesan keluarganya hingga empat generasi ke depan Liem Seeng Tee bertekad menjadikan perusahaannya sebagai Raja Tembakau dengan menempatkan huruf Tionghoa Ong 王 yang berarti raja di depan produk unggulannya Dji Sam Soe Kemudian ia menggabungkan simbol Ong dengan huruf Tionghoa yang berarti rakyat sehingga menghasilkan kombinasi huruf Tionghoa yang bermakna Sampoerna Liem Seeng Tee sendiri sangat percaya dengan mitos Tiongkok bahwa angka 9 mempunyai makna akan kesempurnaan dan keberuntungan dengan dijumlahkannya angka 234 menjadi 9 Liem Seeng Tee percaya bahwa kelak perusahaannya akan selalu beruntung Oleh sebab itu dimulai dari merek dagang pertamanya Dji Sam Soe nama perusahaannya HM Sampoerna serta jumlah bintang beserta sudut sudutnya mengandung angka 9 Filosofi itulah yang dipegang terus hampir satu abad lamanya Taman Sampoerna 1933 1942 sunting Meskipun telah menjadi badan usaha pada tahun 1913 butuh waktu hingga 19 tahun sebelum akhirnya Liem Seeng Tee mampu membeli dan membuka pabrik besar untuk usahanya Pada tahun 1932 Seeng Tee membeli sebuah properti bekas panti asuhan dari sebuah yayasan Belanda Kompleks gedung ini cukup luas dilengkapi dengan sebuah audiotorium dan dua rumah Liem Seeng Tee kemudian merenovasinya dan pindah ke sana pada tahun 1933 kemudian memberinya nama Taman Sampoerna Auditorium di gedung tersebut pun diubah menjadi teater dan bioskop yang dilengkapi proyektor modern menampilkan film film Barat yang populer kala itu Teater ini buka setiap hari kecuali pada hari tahun baru Tionghoa Beberapa tokoh populer yang pernah mendatangi teater ini antara lain Charlie Chaplin pada 1932 serta Soekarno pada 1938 Setiap harinya pekerja datang pukul 05 00 untuk sarapan di kantin Kebanyakan bekerja selama 12 15 jam sehari tujuh hari seminggu Selain Dji Sam Soe Sampoerna juga membuat rokok lain seperti Sampoerna Star Summer Palace dan Statue of Liberty Dji Sam Soe merupakan satu satunya produk Sampoerna yang tidak bisa dibeli secara kredit para agen harus membayar dengan uang kas untuk mendapatkannya Nilai Dji Sam Soe ketika itu sangat tinggi dan sering kali digunakan sebagai alat tukar menggantikan mata uang kolonial Belanda yang kurang stabil Perang dan kemerdekaan 1942 1949 sunting Ketika mendengar tentara Jepang sudah memasuki wilayah Wonokromo Liem Seeng Tee membuka pintu koperasi dan ruang persediaan sehingga karyawannya bisa mengambil semua yang ada di sana ia memilih memberikannya kepada tetangga dan karyawan alih alih dirampas tentara Jepang Sekitar enam jam setelah Belanda menyerah di Wonokromo pasukan Jepang datang ke Taman Sampoerna Seeng Tee kemudian ditahan dan pada saat yang sama Tjiang Nio ditodong dan dipaksa membuka brankas dan penyimpanan harta keluarga Namun sebelum pergi seorang perwira Jepang menceritakan bahwa ia pun memiliki istri dan tiga anak yang menunggunya di rumah Tak tega melihat anak anak Seeng Tee dan Tjiang Nio menderita perwira Jepang tersebut memberikan empat buah perhiasan untuk dijual Di penjara Koblen Surabaya Liem Seeng Tee dituduh membantu Tiongkok dalam perang melawan Jepang dengan mengirimkan dana ke sana Seeng Tee menolak tuduhan ini tetapi ia tetap dikirim ke kamp konsentrasi di wilayah Ngawi sekitar dua jam Barat Daya Surabaya Tentara Jepang kemudian menggunakan pabrik Liem Seeng Tee untuk memproduksi rokok mereka sendiri Fuji Meski berpindah pindah sebagian besar masa penahanan Seeng Tee dihabiskan di penjara Cimahi Berkat kontak personal yang dimiliki keluarga Liem Seeng Tee bisa mengirimkan barang barang seperti surat makanan kaleng dan rokok untuk Seeng Tee di penjara Di penjara ini Liem Seeng Tee yang ketika itu bisa berbicara dalam bahasa Mandarin Hokkien Jawa Belanda dan Indonesia mempelajari cara menulis huruf Tiongkok dari sesama tahanan Tak beberapa lama anak Liem Seeng Tee juga ikut ditahan Jepang Swie Hwa dipenjara selama sembilan bulan karena melakukan bisnis rokok sementara Swie Ling ditahan atas tuduhan menjadi mata mata Belanda Pada tanggal 27 Agustus 1945 sepuluh hari setelah Soekarno menyatakan kemerdekaan Indonesia Liem Seeng Tee dilepaskan dari penjara dan bertemu keluarganya di Jakarta Dari sana mereka bersama sama berjuang kembali ke Taman Sampoerna Namun sesampainya di sana mereka menemukan bahwa baik rumah maupun pabrik mereka sudah hancur dijarah Rumah mereka di Ngaglik pun di tempati penghuni liar sehingga mereka terpaksa mengungsi mencari tempat tinggal sementara Mereka tinggal di sana selama beberapa minggu hingga akhirnya bisa kembali ke rumah mereka Sejak peristiwa ini terjadi tanggal 27 Agustus tanggal pelepasan Liem Seeng Tee dirayakan dengan acara selamatan setiap tahunnya Pada tahun 1946 para pejuang kemerdekaan saat itu menangkapi mereka yang dicurigai bekerja sama dengan penjajah sebagian besar merupakan orang Belanda atau orang Tiongkok Karena alasan ini Swie Ling mengungsi bersama anaknya Thian Tao 2 tahun kala itu dan istrinya Nan yang sedang mengandung Awalnya mereka mengungsi ke Hong Kong tetapi untuk keselamatan Nan diungsikan ke Belanda sementara Swie Ling kembali ke Surabaya yang saat itu masih dalam keadaan kacau Nan akhirnya melahirkan anak kedua mereka Thian Pao di Schiedam Belanda Pada tahun 1948 Swie Ling meninggalkan Surabaya dan pergi ke Jakarta untuk menemui istri dan kedua anaknya yang terlebih dahulu sampai di sana Tak lama Nan melahirkan putra ketiganya Thian Hok Pada tahun 1949 meski Surabaya masih dilanda kekacauan Liem Seeng Tee berhasil membangun kembali Taman Sampoerna beserta teaternya Tidak hanya itu karena beberapa bagian hancur total ia merombak fasilitas di sana Di akhir 1949 Taman Sampoerna sudah aktif sepenuhnya seperti sediakala Pembangunan kembali 1949 1954 sunting Pada tahun 1950 an fisik Liem Seeng Tee menjadi lemah yang terutama diakibatkan kondisi yang dialaminya saat berada dalam tahanan tentara Jepang Namun ia tetap meneruskan kebiasaan menginspeksi pabrik dan bertemu dengan staf serta manajernya Pada masa ini terdapat pertentangan antara Liem Seeng Tee dengan anaknya Swie Ling Untuk menghindari pertikaian lebih dalam istri Liem Seeng Tee kemudian mengusulkan pada anaknya untuk pindah dari Surabaya ke Bali Enam bulan kemudian Swie Ling menemukan tempat yang cocok di Diponegoro dan mendirikan pabrik di sana dan menamainya PT Panama dengan merek produk Panamas Kuning Meneruskan tradisi ayahnya ia mendirikan rumah bambu dekat pabriknya tersebut Untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik Nan istri Swie Ling membawa anak anaknya tinggal di Hong Kong kemudian di Melbourne dan akhirnya mereka dikuliahkan di Texas Kebangkitan komunis di Indonesia 1954 1960 sunting Kebangkitan komunis di Indonesia mengakibatkan timbul perpecahan antara manajemen dan pekerja di berbagai perusahaan tak terkecuali perusahaan Liem Seeng Tee Karena perpecahan ini ia tak bisa lagi datang melihat pabriknya di jam kerja dan menyerahkan pengelolaannya ke manajer yang loyal kepadanya Pada akhir tahun 1954 polisi datang ke pabrik untuk menyelidiki pelanggaran terhadap aturan kerja serikat buruh Mereka pun menangkap beberapa manajer Seeng Tee dan memenjarakannya Mendengar ini Seeng Tee langsung mendatangi kantor polisi setempat mengabaikan permintaan keluarganya untuk tetap tinggal Ia meminta polisi tersebut menahannya alih alih menangkap manajernya karena mereka hanya mengikuti perintahnya Setelah debat yang cukup lama kepala polisi kemudian setuju dan menahan Liem Seeng Tee selama sepuluh tahun Di kemudian hari ia berkomentar bahwa penjara tersebut terasa seperti hotel mewah bila dibandingkan penjara yang ia tempati selama masa penjajahan Jepang Pada tahun 1955 istri Liem Seeng Tee Tjiang Nio meninggal karena kanker Tingkat kesehatan Seeng Tee yang kala itu juga tengah mengalami masalah akibat hubungan pekerja dan manajemen yang buruk pun mulai menurun Pada tahun 1956 Liem Seeng Tee meninggal akibat gagal jantung di usia 63 tahun Generasi kedua sunting Dalam tradisi keluarga Tionghoa ketika seorang kepala keluarga meninggal yang mewariskan bisnis keluarga adalah anak tertua di keluarga tersebut Namun saat itu anak tertua Liem Swie Hwa sudah memiliki bisnis perdagangan tembakau sendiri di Jawa Tengah dan Kudus yang kondisi finansialnya saat itu mendekati bahkan di atas Sampoerna Anak keduanya Swie Ling sudah membangun pabrik rokok sendiri PT Panamas di Bali Anak bungsunya Kwang tidak menunjukkan minat terhadap bisnis ini Akhirnya bisnis rokok Sampoerna dilanjutkan oleh anak ketiga dan keempatnya Sien dan Hwee bersama dengan suami masing masing Setelah kematian Liem Seeng Tee bisnis rokok Sampoerna jatuh memburuk Hal ini diperparah dengan adanya konflik manajemen dan buruh serta persaingan bisnis yang semakin ketat terutama dari perusahaan perusahaan asing yang menjual rokok sigaret kretek mesin Pada tahun 1959 pabrik pabrik rokok Sampoerna dapat dikatakan hampir tidak beroperasi Sebagian besar mesin pengaduk dan pembuat sigaret sudah dijual dan perusahaan dalam kondisi terpecah pecah terancam kebangkrutan Swie Hwa anak pertama Liem merasa perlu melakukan sesuatu Namun masalahnya ia sudah memiliki bisnis perdagangan tembakau sendiri Ia pun mengirimkan surat kepada adiknya Swie Ling di Bali dan menceritakan kondisi Taman Sampoerna kini memohonnya untuk kembali Mendengar betapa terpuruknya Taman Sampoerna Swie Ling setuju untuk kembali Ia mulai merintis kembali perusahaan tersebut dan memfokuskan produksinya pada merek Dji Sam Soe Perusahaan keluarga Sampoerna suntingSampoerna Strategic Group saat ini HM Sampoerna 1913 2005 Anggota keluarga suntingAnggota keluarga Sampoerna pemimpin perusahaan sunting Generasi pertama sunting Liem Seeng Tee 1893 1956 Generasi kedua sunting Adi Sampoerna 1914 1984 Aga Sampoerna 1915 1994 Sinta Dewi SampoernaGenerasi ketiga sunting Boedi Sampoerna 29 Desember 1934 8 Agustus 2011 Putera SampoernaGenerasi keempat sunting Michael Sampoerna Michelle SampoernaKerabat sunting Tan Swan Nio ibu mertua Liem Seeng Tee pendiri Jamu Iboe Siem Tjiong Nio saudara ipar Liem Seeng Tee pendiri Jamu Iboe Wisman Ali menantu Liem Seeng Tee dan suami Sinta Dewi Sampoerna pendiri Wismilak Group Referensi atau pranala luar sunting a b c d e f g h i j k Meeks John N 1994 Sampoerna s Founder Story http houseofsampoerna museum PT HM Sampoerna Tbk Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014 05 16 Diakses tanggal 27 Mei 2014 Hapus pranala luar di parameter website bantuan a b Gessler 2007 hlm 5 a b Gessler 2007 hlm 2 a b Gessler 2007 hlm 4 a b c d e Gessler 2007 hlm 9 a b Gessler 2007 hlm 10 a b c d e f g Gessler 2007 hlm 12 Gessler 2007 hlm 14 a b c d Gessler 2007 hlm 18 Gessler 2007 hlm 20 a b c Gessler 2007 hlm 23 a b c Gessler 2007 hlm 24 Gessler 2007 hlm 25 Daftar pustaka suntingGessler Diana H 2007 The Sampoerna Legacy A Family amp Business History Putra Sampoerna Foundation ISBN 978 981 05 8021 6 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Sampoerna amp oldid 23128576