www.wikidata.id-id.nina.az
Beberapa atau seluruh referensi dari artikel ini mungkin tidak dapat dipercaya kebenarannya Bantulah dengan memberikan referensi yang lebih baik atau dengan memeriksa apakah referensi telah memenuhi syarat sebagai referensi tepercaya Referensi yang tidak benar dapat dihapus sewaktu waktu Prabu Kian Santang atau Raden Sanggara atau Syeh Sunan Rohmat Suci adalah Putra Prabu Siliwangi atau Sri Paduka Maharaja Raja Pakuan Padjajaran dengan Nyi Subang Larang Pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyi Subang Larang dinikahkan oleh Syekh Quro Karawang Dari pernikahan Sri Paduka Maharaja dengan Nyi Subang Larang dikarunia 3 orang anak yaitu Walangsungsang Pangeran Cakrabuana Rara Santang ibu Sunan Gunung Jati dan Prabu Kian Santang Daftar isi 1 Prabu Kian Santang menjadi dalem Bogor 2 Prabu Kiansantang dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib 3 Kiansantang dan Rakeyan Sancang 4 Keturunan Ki Santang 5 ReferensiPrabu Kian Santang menjadi dalem Bogor Sunting nbsp Batu Tulis BogorPada usia 22 tahun Prabu Kian Santang diangkat menjadi Dalem Bogor ke 2 yang saat itu bertepatan dengan upacara penyerahan tongkat pusaka kerajaan dan penobatan Prabu Munding Kawati putra Sulung Prabu Susuk Tunggal menjadi panglima besar Pajajaran Guna mengenang peristiwa sakral penobatan dan penyerahan tongkat pusaka Pajajaran tersebut maka ditulislah oleh Prabu Susuk Tunggal pada sebuah batu yang dikenal sampai sekarang dengan nama Batu Tulis Bogor Peristiwa itu merupakan kejadian paling istimewa di lingkungan Keraton Pajajaran dan dapat diketahui oleh kita semua sebagai pewaris sejarah bangsa khususnya di Pasundan Prabu Kian Santang merupakan sinatria yang gagah perkasa tak ada yang bisa mengalahkan kegagahannya Sejak kecil sampai dewasa yaitu usia 33 tahun Prabu Kian Santang belum tahu darahnya sendiri dalam arti belum ada yang menandingi kegagahannya dan kesaktiannya di sejagat pulau Jawa Sering dia merenung seorang diri memikirkan Dimana ada orang gagah dan sakti yang dapat menandingi kesaktian dirinya Akhirnya Prabu Kian Santang memohon kepada ayahnya yaitu Prabu Siliwangi supaya mencarikan seorang lawan yang dapat menandinginya Sang ayah memanggil para ahli nujum untuk menunjukkan siapa dan dimana ada orang gagah dan sakti yang dapat menandingi Prabu Kian Santang Namun tak seorang pun yang mampu menunjukkannya Prabu Kiansantang dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib SuntingTiba tiba datang seorang kakek yang memberitahu bahwa orang yang dapat menandingi kegagahan Prabu Kiansantang itu adalah Sayyidina Ali yang tinggal jauh di Tanah Mekah Sebetulnya pada waktu itu Sayyidina Ali telah wafat tetapi kejadian ini dipertemukan secara goib dengan kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa Lalu orang tua itu berkata kepada Prabu Kiansantang Kalau memang anda mau bertemu dengan Sayyidina Ali harus melaksanakan dua syarat Pertama harus mujasmedi dulu di ujung kulon Kedua nama harus diganti menjadi Galantrang Setra Galantrang Berani Setra Bersih Suci Setelah Prabu Kiansantang melaksanakan dua syarat tersebut maka berangkatlah dia ke tanah Suci Mekah Setiba di tanah Mekah dia bertemu dengan seorang lelaki yang disebut Sayyidina Ali tetapi Kiansantang tidak mengetahui bahwa laki laki itu bernama Sayyidina Ali Prabu Kiansantang yang namanya sudah berganti menjadi Galantrang Setra menanyakan kepada laki laki itu Kenalkah dengan orang yang namanya Sayyidina Ali Laki laki itu menjawab bahwa ia kenal malah bisa mengantarkannya ke tempat Sayyidina Ali Sebelum berangkat laki laki itu menancapkan dulu tongkatnya ke tanah yang tak diketahui oleh Galantrang Setra Setelah berjalan beberapa puluh meter Sayyidina Ali berkata Wahai Galantrang Setra tongkatku ketinggalan di tempat tadi coba tolong ambilkan dulu Semula Galantrang Setra tidak mau tetapi Sayyidina Ali mengatakan Kalau tidak mau ya tentu tidak akan bertemu dengan Sayyidina Ali Terpaksalah Galantrang Setra kembali ke tempat bertemu untuk mengambilkan tongkat Setibanya di tempat tongkat tertancap Galantrang Setra mencabut tongkat dengan sebelah tangan dikira tongkat itu akan mudah lepas Ternyata tongkat tidak bisa dicabut malahan tidak sedikitpun berubah Sekali lagi dia berusaha mencabutnya tetapi tongkat itu tetap tidak berubah Ketiga kalinya Galantrang Setra mencabut tongkat dengan sekuat tenaga dengan disertai tenaga bathin Tetapi daripada kecabut malahan kedua kaki Galantrang Setra amblas masuk ke dalam tanah dan keluar pulalah darah dari seluruh tubuh Galantrang Setra nbsp Tongkat Ali bin Abu Thalib yang dihadiahkan pada Rakeyan Sancang yang berada di Kaum Pusaka Yayasan Pusaka Muslimin diketuai Ucep Jamhari Cinunuk GarutTernyata laki laki yang baru dikenalnya tadi namanya Sayyidina Ali Setelah Prabu Kiansantang meninggalkan kota Mekah untuk pulang ke Tanah Jawa Padjadjaran dia terlunta lunta tidak tahu arah tujuan maka dia berpikir untuk kembali ke tanah Mekah lagi Maka kembalilah Prabu Kiansantang dengan niatan akan menemui Sayyidina Ali dan bermaksud masuk agama Islam Prabu Kiansantang masuk agama Islam dia bermukim selama dua puluh hari sambil mempelajari ajaran agama Islam Kemudian dia pulang ke tanah Sunda Padjadjaran untuk menengok ayahnya Prabu Siliwangi dan saudara saudaranya Setibanya di Padjadjaran dan bertemu dengan ayahnya dia menceritakan pengalamannya selama bermukim di tanah Mekah serta pertemuannya dengan Sayyidina Ali Pada akhir ceritanya dia memberitahukan dia telah masuk Islam dan berniat mengajak ayahnya untuk masuk agama Islam Kiansantang dan Rakeyan Sancang SuntingPrabu Kiansantang inilah disebut sebut tradisi masyarakat sebagai putra Raja Padjadjaran Prabu Siliwangi yang berselisih paham tentang keyakinan agama tapi akhirnya mereka bersepakat Kian Santang diberi keleluasaan untuk menyebarkan agama Islam di seluruh wilayah Kerajaan Padjadjaran petilasan yang bertalian dengan Kian Santang berada di Godog Garut berupa makam gunung Nagara berupa bekas pertahanan dan di Cilauteureun Cerita rakyat turun menurun dari mulut ke mulut bahwa Prabu Kiansantang Kian Santang abad ke 15 yang bertemu dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tahun 1599 1661 dan mengejar bapaknya Prabu Siliwangi untuk di Islam kan hal ini terkait dengan siapa pemeluk Islam pertama di tataran Sunda yakni dengan nama yang serupa dengan Pangeran dari Kerajaan Tarumanagara yang bernama Rakeyan Sancang lahir 591 M putra Raja Kertawarman Raja Kerajaan Tarumanagara 562 618 M saudara sebapak Raja Suraliman Sakti 568 597 Putra Manikmaya cucu Suryawarman Raja Kerajaan Kendan Keturunan Ki Santang SuntingDalam wangsit uga siliwangi dikatakan bahwa keturunanya akan menjadi pengingat mengingatkan saudara kalian dan orang lain Ke saudara sedaerah ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya Dia nu di beulah kulon Papay ku dia lacak Ki Santang Sabab engkena turunan dia jadi panggeuing ka dulur jeung ka batur Ka batur urut salembur ka dulur anu nyorang saayunan ka sakabeh nu rancage di hatena Engke jaga mun tengah peuting ti gunung Halimun kadenge sora tutunggulan tah eta tandana saturunan dia disambat ku nu dek kawin di Lebak Cawene Ulah sina talangke sabab talaga bakal bedah Jig geura narindak Tapi ulah ngalieuk ka tukang artinya Kalian yang di sebelah barat Carilah oleh kalian Ki Santang Sebab nanti keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain Ke saudara sedaerah ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya Suatu saat nanti apabila tengah malam dari gunung Halimun terdengar suara minta tolong nah itu adalah tandanya Semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawene Jangan sampai berlebihan sebab nanti telaga akan banjir Silahkan pergi Ingat Jangan menoleh kebelakang Referensi SuntingKiansantang antara mitos dan sejarah Sejarah Jemaah Haji Indonesia Tempoe Doloe Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan Krakatau Islam Masuk ke Garut Sejak Abad 1 Hijriah Kian Santang dan Sayyidina Ali Uga Siliwangi Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Prabu Kiansantang amp oldid 24393578