www.wikidata.id-id.nina.az
Untuk tempat di Iran lihat Pareh Iran Pareh dalam bahasa Sunda berarti beras dirilis di luar negeri dengan judul Pareh Song of the Rice adalah sebuah film Hindia Belanda sekarang Indonesia tahun 1936 Film ini disutradarai Albert Balink dan Mannus Franken dari Belanda dan dibintangi oleh aktor amatir pribumi Raden Mochtar dan Doenaesih Alurnya bercerita tentang cinta terlarang antara seorang nelayan dan putri petani ParehKartu judulSutradaraMannus Franken Albert BalinkProduserAlbert BalinkDitulis olehMannus Franken Albert BalinkSkenarioMannus Franken Albert BalinkPemeranRd Mochtar Doenaesih E T Effendy SoekarsihPenata musikPaul SchramSinematograferMannus Franken Joshua Wong Othniel WongPerusahaanproduksiJava Pacific FilmTanggal rilis20 November 1936 1936 11 20 Hindia Belanda Durasi92 menitNegaraIndonesiaBahasaAnggaran75 000 gulden 1 Balink mulai mengerjakan film ini pada 1934 bekerja sama dengan Wong Bersaudara selaku sinematografernya Mereka mengumpulkan dana sebesar 75 000 gulden lebih besar daripada film film lokal lainnya dan memboyong Franken dari Belanda untuk membantu pembuatannya Film ini disunting di Belanda setelah direkam di Hindia Belanda Film ini sukses dan disambut hangat oleh penonton Eropa namun mengecewakan para penonton pribumi meski sukses Pareh membuat para produsernya bangkrut Pareh menjadi tonggak peralihan dunia perfilman Hindia Belanda yang sudah lama berorientasi pada penonton Tionghoa Film film selanjutnya mulai ditargetkan pada penonton setempat Balink kemudian sukses besar melalui Terang Boelan 1937 Antropolog visual Amerika Serikat Karl G Heider menganggap Pareh dan Terang Boelan dua karya sinema Hindia Belanda terpenting tahun 1930 an 2 Daftar isi 1 Premis 2 Produksi 3 Rilis dan tanggapan 4 Pengaruh 5 Lihat pula 6 Referensi 7 Pranala luarPremisMahmud Rd Mochtar seorang nelayan jatuh cinta dengan Wagini Doenaesih putri seorang petani Akan tetapi takhayul yang berkembang saat itu meramalkan hubungan mereka akan membawa petaka Hal ini seolah benar benar terjadi setelah keris kepala desa dicuri tetapi akhirnya Mahmud dan Wagini berhasil bersatu ProduksiSepanjang 1934 dan awal 1935 semua film fitur yang dirilis di Hindia Belanda diproduseri The Teng Chun diadaptasi dari mitologi Tiongkok atau seni bela diri dan ditargetkan pada penonton kelas bawah umumnya orang Tionghoa Indonesia 3 Situasi ini tercipta akibat Depresi Besar yang memaksa pemerintah Hindia Belanda menaikkan pajak sehingga pengiklan meminta bayaran lebih tinggi dan bioskop menjual karcis lebih murah Strategi tersebut berusaha menciptakan margin laba yang sangat rendah bagi perfilman lokal Pada waktu itu bioskop bioskop di Hindia Belanda masih menayangkan film Hollywood 4 Salah satu Wong Bersaudara ca 1947Albert Balink seorang jurnalis Belanda mulai mengerjakan Pareh tahun 1934 Tidak seperti The Teng Chun Balink yang tidak berpengalaman memutuskan menargetkan filmnya pada penonton Belanda 5 Ia mempekerjakan dua anggota Wong Bersaudara pembuat film Tiongkok yang tidak aktif setelah membuat Zuster Theresia Sister Theresa tahun 1932 6 Wong Bersaudara menyumbangkan studio mereka pabrik tepung tapioka lama dan peralatan pembuatan film mereka Sementara itu pendanaannya berasal dari pihak lain Menurut sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran dananya berasal dari pengusaha perfilman Buse 7 sedangkan catatan EYE Film Institute menunjukkan bahwa pendanaan film ini dibantu oleh Centrale Commissie voor Emigratie en Kolonisatie van Inheemschen dan bertujuan mempromosikan migrasi dari Jawa ke Sumatra 8 Balink dan Wong Bersaudara menghabiskan dua tahun untuk mengumpulkan dana dan Balink ditugaskan memimpin Java Pacific Film sebuah usaha patungan 9 Balink justru menginginkan kesempurnaan dan memiliki bayangan jelas tentang aktor yang ia inginkan dalam film tersebut 9 Tidak seperti pembuat pembuat film sebelumnya di negara ini Balink menghabiskan waktu dan uangnya untuk mencari lokasi dan aktor sebagus mungkin tanpa mempertimbangkan apakah ia terkenal atau tidak 10 Kebanyakan pemeran Pareh belum pernah berakting sebelumnya 8 Peran untuk Mahmud terisi saat Balink sedang kumpul kumpul bersama Joshua dan Othniel Wong Ia melihat seorang pemuda tinggi kuat dan tampan sesuai yang diharapkannya sedang mengemudi Balink memanggil Wong Bersaudara dan mereka langsung mengejarnya Pria tersebut Mochtar seorang priyayi Jawa diminta memakai gelar Raden untuk film ini Mochtar dan keluarganya sudah tidak lagi memakai gelar tersebut 9 Menurut antropolog Indonesia Albertus Budi Susanto penekanan gelar Mochtar bertujuan menarik penonton kelas atas 11 Pengarahan artistiknya dan sebagian penulisan naskahnya ditangani Mannus Franken seorang pembuat film dokumenter avant garde asal Belanda yang dibawa Balink ke Hindia Belanda Franken memaksa agar film ini menyertakan adegan etnografis agar dapat menampilkan budaya lokal secara lebih baik kepada penonton asing 12 Franken tertarik dengan aspek dokumenter dan etnografi dalam film ini dan menyutradarai adegannya sedangkan Wong Bersaudara menangani adegan umum Menurut Biran pembagian tugas mereka terlihat dari sudut kamera yang digunakan 1 Film ini yang direkam menggunakan film 35 mm dengan peralatan sistem tunggal dibawa ke Belanda untuk menjalani penyuntingan Di sana suara suara asli pemerannya dialihkan ke suara aktor Belanda sehingga bahasanya bercampur dan memiliki aksen Belanda yang kental 1 8 Sejak awal sampai akhir pembuatannya Pareh menghabiskan 75 000 gulden sekitar US 51 000 13 20 kali lebih banyak ketimbang film reguler lokal 14 Setelah proses penyuntingan dihasilkan 2 061 meter film atau sama dengan durasi 92 menit 8 15 Rilis dan tanggapanPareh ditayangkan di Belanda dengan judul Pareh een Rijstlied van Java dan Het Lied van de Rijst pada 20 November 1936 dan juga ditayangkan di Hindia Belanda 15 Film ini gagal mengembalikan biaya produksi dan membuat produsernya bangkrut 16 Film ini mendapat tanggapan positif di Belanda sebagian karena keterlibatan Franken 1 Meski berhasil menarik perhatian kaum intelek Hindia Belanda Pareh tidak diminati penonton pribumi Mochtar tidak pernah menontonnya sampai habis Penulis dan kritikus budaya Indonesia Armijn Pane menulis bahwa Pareh melihat penduduk pribumi Hindia Belanda dari mata Eropa saja dan ini salah besar 16 Sejarawan film Amerika Serikat John Lent tahun 1990 mendeskripsikan Pareh sebagai film yang sangat terperinci dan memakan biaya yang bertujuan tidak hanya mendapatkan uang tetapi memperkenalkan budaya setempat 17 Antropolog visual Amerika Serikat Karl G Heider menganggap Pareh sebagai satu dari dua karya sinematik Hindia Belanda terpenting pada 1930 an satu lagi adalah film terakhir Balink Terang Boelan 1937 2 Heider John H McGlynn dan Salim Said menulis bahwa film ini memiliki kualitas teknis yang masih bisa dimaklumi tetapi dikenal justru karena mengubah arus perkembangan perfilman di negara ini 18 PengaruhPeluncuran Pareh diikuti oleh pergantian genre yang dipopulerkan oleh bioskop setempat The Teng Chun yang terus menjadi satu satunya pembuat film aktif bersama Balink di negara ini sampai 1937 Mulai beralih ke cerita yang lebih modern dan populer di kalangan pribumi Biran berpendapat bahwa aksi ini dipengaruhi oleh Pareh 19 Sejumlah pembuat film lain pada akhir 1930 an yang terinspirasi Pareh mulai memperbaiki kualitas suara pada film film mereka 20 Mochtar dan Soekarsih yang pertama kali bertemu saat ambil peran dalam Pareh akhirnya menikah setelah terlibat dalam Terang Boelan 15 Film tersebut melibatkan pemeran yang sama dan sukses besar sehingga memunculkan kembali ketertarikan masyarakat terhadap industri perfilman Hindia Belanda 21 Terang Boelan menjadi film lokal paling sukses sampai Krisis tahun 1953 yang dirilis setelah Indonesia merdeka 22 Lihat pulaDaftar film Hindia BelandaReferensiCatatan kaki a b c d Biran 2009 hlm 160 a b Heider 1991 hlm 15 Biran 2009 hlm 380 381 Biran 2009 hlm 145 Biran 2009 hlm 146 Biran 2009 hlm 155 Biran 2009 hlm 156 a b c d EYE Film Institute 2011 Pareh a b c Biran 2009 hlm 157 Biran Ramadhan K H amp Labrousse 1973 hlm 167 Susanto 2003 hlm 241 Biran 2009 hlm 159 New York Times 1936 Foreign Exchange Biran 2009 hlm 162 a b c Filmindonesia or id Pareh a b Biran 2009 hlm 161 162 Gray 2010 hlm 83 Said McGlynn amp Heider 1991 hlm 2 Biran 2009 hlm 163 Prayogo 2009 hlm 15 Biran 2009 hlm 171 Anwar 2004 hlm 84 Daftar pustaka Anwar Rosihan 2004 Sejarah Kecil petite histoire Indonesia Jakarta Kompas ISBN 978 979 709 428 7 Biran Misbach Yusa 2009 Sejarah Film 1900 1950 Bikin Film di Jawa Jakarta Komunitas Bamboo bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta ISBN 978 979 3731 58 2 Biran Misbach Yusa Ramadhan K H Misbach Labrousse P translator 1973 Les Vedettes du Cinema Indonesien Archipel dalam bahasa Prancis 5 5 165 174 doi 10 3406 arch 1973 1048 Parameter trans title yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Foreign Exchange The New York Times dalam bahasa Inggris New York 13 Februari 1936 Diakses tanggal 25 November 2012 perlu berlangganan Gray Gordon 2010 Cinema A Visual Anthropology dalam bahasa Inggris Oxford Berg ISBN 978 1 84520 793 9 Heider Karl G 1991 Indonesian Cinema National Culture on Screen dalam bahasa Inggris Honolulu University of Hawaii Press ISBN 978 0 8248 1367 3 Pareh filmindonesia or id Jakarta Konfidan Foundation Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 07 23 Diakses tanggal 23 Juli 2012 Pareh een rijstlied van Java filmmuseum nl Amsterdam EYE Film Institute Netherlands 20 Oktober 2011 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012 07 23 Diakses tanggal 23 Juli 2012 Prayogo Wisnu Agung 2009 Sekilas Perkembangan Perfilman di Indonesia Kebijakan Pemerintahan Orde Baru Terhadap Perfilman Indonesia Tahun 1966 1980 Tesis Bachelour s of History Thesis Universitas Indonesia Said Salim McGlynn John H Heider Karl G 1991 Cinema of Indonesia Eleven Indonesian Films Notes amp Synopses New York Festival of Indonesia Foundation ISBN 978 1 879578 00 5 Susanto A Budi 2003 Identitas Dan Postkolonialitas Di Indonesia Yogyakarta Kanisius ISBN 978 979 21 0851 4 Pranala luarPareh di IMDb dalam bahasa Inggris Pareh di Youtube pranala nonaktif permanen Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Pareh amp oldid 19383395