Kalus adalah sekumpulan sel amorphous (tidak berbentuk atau belum terdiferensiasi) yang terbentuk dari sel-sel yang membelah terus menerus secara in vitro atau di dalam tabung. Kalus dapat diperoleh dari bagian tanaman seperti akar, batang dan daun. Secara histologi, kalus berasal dari pembelahan berkali-kali sel-sel parenkim di sekitar berkas pengangkut dan beberapa elemen penyusun berkas pengangkut kecuali xilem. Dalam teknik kultur jaringan (in vitro), kalus dapat diinduksi dengan menambahkan zat pengatur tumbuh yang sesuai pada media kultur, misalnya auksin dan sitokinin yang disesuaikan. Jika konsentrasi auksin lebih besar daripada sitokinin maka kalus akan terbentuk, sedangkan jika konsentrasi sitokinin yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi auksin maka yang terbentuk bukanlah kalus, melainkan tunas. Selain zat pengatur tumbuh atau hormon pertumbuhan, penambahan vitamin dan protein juga diperlukan untuk pertumbuhan kalus. Induksi kalus dalam teknik kultur jaringan tanaman diperlukan untuk memunculkan keragaman sel somatik di dalam kultur in vitro dan meregenerasikan sel tersebut menjadi embrio somatik.
Referensi sunting
- ^ Sudarmadji. 2003. Penggunaan Benzil Amino Purine pada Pertumbuhan Kalus Kapas Secara In Vitro. Buletin Teknik Pertanian Vol. 8, N0. 1
- Moega JP. 1991. Dasar-dasar Genetika Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga
- Trisnawati NN, Lawrie AC, Sumardi I. 1999. The developmental pattern of callus and somatic embryo from young leaf of garlic (Allium salivum L.) Biologi 2(7): 365-379
- Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan PAU Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
- Rahardjo PC. 1989. Kultur Jaringan. Jakarta: Penebar Swadaya
- Aisyah SI, et al.. 2007. Induksi kalus embriogenik pada kultur in vitro jagung (Zea mays L.) dalam rangka peningkatan keragaman genetik melalui variasi somaklonal. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus, No. 3 2007, Hlm. 344 - 350