www.wikidata.id-id.nina.az
Geguritan berasal dari bahasa Jawa Tengahan kata dasar gurit berarti tatahan coretan 1 merupakan bentuk puisi yang berkembang di kalangan penutur bahasa Jawa dan Bali Geguritan berkembang dari tembang sehingga dikenal beberapa bentuk geguritan yang berbeda Dalam bentuk yang awal geguritan berwujud nyanyian yang memiliki sanjak tertentu 2 Di Bali berkembang bentuk geguritan semacam ini Pengertian geguritan di Jawa telah berkembang menjadi sinonim dengan puisi bebas yaitu puisi yang tidak mengikatkan diri pada aturan metrum sajak serta lagu 3 Geguritan atau dalam hal ini puisi Jawa modern mulai muncul pada tahun 1929 di majalah Kajawen dengan terbitnya tiga buah judul geguritan 4 Pada tahun 1930 1940 terbit tujuh buah karya lainnya Puisi Jawa modern sempat terhenti pada awal zaman pendudukan Jepang dan baru muncul kembali sesudah revolusi 5 Puisi Jawa modern ini dipelopori oleh R Intoyo dan Subagiyo Ilham Notodijoyo 6 Daftar isi 1 Perbedaan 1 1 Geguritan di Jawa 1 2 Geguritan di Bali 2 Contoh Geguritan bahasa Jawa Tema Kehidupan 2 1 Palaran Tegalrejo 2 2 Layang Kanggo Emak 2 3 Carita Wayang 2 4 Ngejaman 2 5 Wewayangan 3 Catatan kakiPerbedaan SuntingGeguritan di Jawa Sunting Geguritan di daerah Jawa berkembang dari tembang sehingga dikenal beberapa bentuk tembang yang berbeda beda Pada awalnya tembang berwujud nyanyian dan memiliki sajak tertentu itu dibuat oleh para penyair untuk dipersembahkan kepada pemimpin yang berkuasa Inilah yang menyebabkan karya sastra Jawa klasik berbentuk puisi tersebut bersifat anonim Pada umumnya penyair yang membuat tembang tidak ingin menonjolkan dirinya dan karyanya dianggap milik bersama Pengertian geguritan di Jawa kemudian berkembang dan memiliki sinonim puisi bebas yaitu puisi yang tidak mengikatkan diri kepada aturan metrum sajak dan lagu Sebagaimana disebutkan oleh Suyami dan para peneliti lain 2002 dalam buku Geguritan Tradisional dalam Sastra Jawa geguritan bahasa Jawa adalah karya sastra Jawa yang berjenis puisi Puisi Jawa sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu puisi Jawa tradisional dan puisi Jawa modern Puisi Jawa tradisional yang berbentuk tembang mempunyai jenis yang cukup banyak dan dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu puisi tembang macapat puisi tembang tengahan dan puisi tembang gedhe Puisi Jawa tradisional dapat berupa parikan guritan singir dan tembang dolanan Sementara itu puisi Jawa modern dapat berupa puisi bebas yaitu puisi yang tidak terikat oleh norma norma ketat seperti yang dijumpai dalam puisi Jawa tradisional seperti tembang atau kidung Andriani 2018 turut memperjelas jika geguritan merupakan salah satu jenis karya sastra berbentuk puisi Jawa modern yang berisi ungkapan perasaan dan pikiran penyair yang bersifat imajinatif dan tersusun dengan adanya unsur pembangun serta tidak terikat oleh aturan seperti guru gatra guru lagu dan guru wilangan Kata geguritan dalam Kamus Baoesastra Jawi 1939 berasal dari kata gurit dan guritan Gurit berarti tulisan atau kidung sedangkan guritan ya iku tembang uran uran mung awujud purwakanthi guritan adalah tembang yang berwujud purwakanti Selanjutnya Kamus Umum Indonesia 2006 terbitan Balai Pustaka menjelaskan bahwa geguritan berasal dari kata gurit yang artinya adalah sajak atau syair Adapun Kamus Kawi Indonesia 1986 mengungkapkan jika gurit artinya goresan dituliskan Seiring berjalannya waktu dan selera masyarakat geguritan atau puisi Jawa yang berkembang pada saat ini lebih bersifat bebas memiliki tipografi yang bebas menggunakan bahasa Jawa yang berkembang saat ini tidak terikat kepada pupuh pupuh dan aturan purwakanti serta tidak bersifat anonim Dengan demikian pengertian geguritan hampir sama dengan pengertian puisi yang membedakannya adalah bahasa yang digunakan menggunakan bahasa Jawa Pakar sastra Jawa Hadiwijaya 1967 menjelaskan arti dari geguritan berikut ini Geguritan ya iku golongane sastra edi puisi cengkok anyar wedharing rasa edi kelair basa kang laras runtut karo edining rasa nanging ora usah kecancang ing patokan patokan wilangan dhong dhing kang tetep tinamtu beda banget karo sipating tembang macapat lan sapanunggalane Geguritan adalah golongan sastra yang indah puisi Jawa cara baru yang mengungkapkan perasaan senang ungkapan bahasa yang sesuai dengan keindahan rasa tetapi tidak berpedoman kepada aturan guru gatra guru wilangan dan guru lagu tertentu berbeda dengan sifat tembang macapat dan lain sebagainya Subalidinata 1999 turut menambahkan penjelasan dari geguritan berikut ini Geguritan ya iku iketaning basa kang memper syair mula ana sing ngarani syair Jawa gagrag anyar Geguritan adalah susunan bahasa seperti syair sehingga ada yang menyatakan syair Jawa cara baru Berdasarkan pengertian pengertian itu geguritan secara umum berarti susunan bahasa seperti syair yang termasuk golongan puisi Jawa baru yang berisi pengungkapan perasaan penyair secara objektif dan merujuk kepada pengalaman estetis serta tidak terikat oleh aturan kebahasaan Geguritan atau dalam hal ini puisi Jawa modern sebagaimana penjelasan di atas mulai muncul pada 1929 di Majalah Kajawen Selain itu kemunculannya juga dapat dilihat di Majalah Panjebar Semangat dalam rubrik Taman Geguritan Karya sastra ini sempat terhenti pada awal pendudukan Jepang dan baru muncul kembali sesudah revolusi yang dipelopori oleh R Intoyo dan Subagiyo Ilham Notodijoyo Geguritan dalam dunia sastra menunjukan bahwa kesusastraan Jawa sampai sekarang belum mati Geguritan di Bali Sunting Karya sastra ini juga berkembang di wilayah Bali dan juga dikenal dengan nama geguritan Geguritan di Bali umumnya menggunakan tembang macapat dalam rangkaian ceritanya Tembang macapat yang dikenal luas oleh masyarakat Bali meliputi pupuh mijil pucung kumambang ginanti ginada semarandana sinom durma pangkur dan dangdanggula Setiap pupuh itu memiliki fungsi tersendiri sebagaimana penjelasan berikut Mijil wataknya melahirkan perasaan sehingga sesuai untuk menguraikan nasihat tetapi dapat juga diubah untuk seseorang yang dimabuk asmara Pucung wataknya kendur tanpa perasaan yang memuncak sehingga sesuai untuk cerita yang seenaknya atau tanpa kesungguhan tetapi dapat juga digunakan untuk melahirkan suatu ajaran Kumambang wataknya sedih merana sehingga sesuai untuk melahirkan perasaan sedih hati yang merana dan menangis Ginada wataknya melukiskan kesedihan merana dan kecewa Ginati wataknya melukiskan kesenangan dan cinta kasih sehingga sesuai untuk menguraikan suatu ajaran filsafat cerita yang bersuasana asmara dan keadaan mabuk asmara Semarandana wataknya memikat hati dan sedih karena asmara Sinom wataknya ramah tamah dan meresap sehingga sesuai untuk menyampaikan amanat nasihat atau bercakap cakap secara bersahabat Durma wataknya keras dan bengis sehingga sesuai untuk melukiskan perasaan marah cerita perang dan pertentangan Pangkur wataknya perasaan memuncak sehingga sesuai untuk cerita yang bersungguh sungguh dan jika mabuk asmara sampai puncaknya Dangdanggula wataknya halus dan lemas sehingga sesuai untuk melahirkan suatu ajaran saling menyayangi dan menutup suatu karangan Setiap pupuh itu diikat oleh persayaratan tertentu yang disebut dengan istilah pada lingsa Pada lingsa dalam setiap pupuh meliputi hal hal berikut Banyaknya baris di tiap tiap bait Banyaknya suku kata di tiap tiap baris dalam suatu bait yang sudah ditentukan yang disebut dengan guru wilangan Suara dalam suku kata di tiap baris yang sudah ditentukan yang disebut dengan guru suara Pemotongan atas baris barisnya biasanya diambil empat empat ketika bernyanyi Pada paruh kedua abad ke 20 banyak sekali dihasilkan puisi dalam bentuk matra matra kecil di wilayah Bali yang disebut dengan geguritan Perbedaan antara peparikan atau parikan dengan geguritan tidak selalu tegas Geguritan seharusnya adalah puisi yang didasarkan dari cerita yang direka oleh pengarang itu sendiri Jika cerita yang diangkat oleh penulis diambil dari salah satu karya klasik parwa atau kakawin geguritan yang dibuat seharusnya hanya mengambil satu tema atau satu adegan saja bukan saduran atau terjemahan atas seluruh cerita Beberapa geguritan yang berasal dari parwa adalah Geguritan Adiparwa Geguritan Pamuteran Madara Giri Kisah Berputarnya Samudra dari Adiparwa Geguritan Sarpayajnya Geguritan Wirataparwa Geguritan Mahabharata Geguritan Anggastya Parwa Adapun geguritan yang didasarkan dari kakawin adalah Geguritan Arjunamatapa sebuah episode dari Kakawin Arjunawiwaha Geguritan Arjunawiwaha Geguritan Arjuna Sahasrabahu Geguritan Bharatayuddha Geguritan Salya mengikuti Kakawin Senapati Salya Geguritan Kunjarakarna Geguritan Sutasoma Geguritan Lubdaka disusun oleh Jro Gde Sukanata dari Singaraja tahun 1985 Geguritan Wedantawiwaha mengikuti Kakawin Wedanta Wiwaha Geguritan Kicaka episode kijang mas dari Ramayana dan Geguritan Uttarakanda Geguritan yang didasarkan dari Kidung Tantri atau Tantri Kamandaka dalam bentuk prosa adalah Geguritan Dyah Tantri disusun oleh I Made Pasek Geguritan Gending Tantri Tantri Gunawati Tantri Kamandaka dan Geguritan Sri Eswaryadala Ada juga satu versi geguritan dari Kidung Pisacarana disusun oleh Ida Pedanda Made Sidemen tahun 1948 yang disebut Geguritan Pisaca Kidung Malat di sisi lain menjadi sumber dari Geguritan Tratebang Geguritan Mantri Koripan disusun di Karangasem atau Lombok Geguritan Prabhu Koripan Geguritan Randen Mantri Geguritan Candra Kirana Geguritan Madura Kling Geguritan Panji Semirang Geguritan Panji Malat Rasmi Geguritan Waseng Smara dan Geguritan Mantri Jawa masing masing berkenaan dengan satu episode dari berbagai versi Kidung Malat Banyak silsilah dalam bentuk prosa babad yang juga disadur dari bahasa Jawa Kuno ke dalam puisi puisi berbahasa Bali Contohnya adalah Geguritan Babad Pulasari Babad Selaparang Geguritan Babad Mengwi disusun oleh Dalang Mendra Geguritan Babad Pura Dalem Abyantubnuh disisun oleh seorang brahmana dari Lombok Geguritan Balirajya Geguritan Rajapurana Geguritan Ken Angrok dan Geguritan Lawe Sastra sasana dalam bahasa Bali yang dahulu hanya diperuntukkan bagi wangsa wangsa tertinggi juga dialihkan ke bahasa Bali dalam bentuk geguritan Sebuah Geguritan Canakya Nitisastra disusun oleh I Gusti Gde Bilih pada 1996 berdasarkan sebuah terjemahan Indonesia dari teks Sanskertanya Contoh lainnya adalah Geguritan Dharmasasana Geguritan Putrasasana disusun oleh I Ketut Rama tahun 1995 Geguritan Resi Sasana Geguritan Suta Sasana Geguritan Stri Sasana berbagai teks mengenai horoskop hari baik dan buruk dan lain sebagainya Geguritan Dina Geguritan Dewasa Geguritan Wariga dan Geguritan Prembon Contoh Geguritan bahasa Jawa Tema Kehidupan SuntingBerikut contoh geguritan dalam bahasa Jawa dengan tema kehidupan atau lingkungan sekitar yang diambil dari buku Antologi Geguritan Kidung Karangkitri terbitan Dinas Kebudayaan daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2020 Palaran Tegalrejo Sunting Oleh Indra TranggonoNalika ngambah jobin pendhapa TegalrejaMripatku weruh jubah putih kumlebet kebak wibawaSang Pangeran jumeneng tanpa kedheping netraSereng mencereng gawe getering nalaBangsa penjajah wus salin rupaSang Pangeran tansah siyagaNgupaya tetep ngregem ajining dhiriTan lena ditlikung raseksa nggegirisiGamelan ing pendhapa taluNgregem piyandeling Sang PangeranTembang palaran keprunguNgiring brantayuda netepi sedyaSang Pangeran nyekarKumandhang kanthi swara gandhangNetra tansah sumunarAdeg adeg dhiri dadi cagaking tumandang Perang ora mung rebutan bandha donyaNanging uga sirah lan atining bangsaBokor emas kebak kidung kaslametanKudu dijaga saka amuking asu ajak manca negara Sang Pangeran ora wedi pralayaOra gigrig dipegat nikmat bandha donyaTansah nyawiji greget sengguh ora mingkuhNundhung angkara murka kang wengkis lan angkuhTembang palaran tansah kumandhangNjebol wuwungan pendhapa nyebar pepadhangLangit geter Rasa wedi lan mindher dadi lumer Ngayogyakarta Februari 2020 Layang Kanggo Emak Sunting Oleh Dandung AdityoMak sliramu anyekseni kridhaning aji kabudayan manungsa Jawitansah uga cinathet sesuluh hamemayu hayune nagara ikiwiwit saka jaman Kartinikenceng ancas ing nguni sluman slumun yasa dadi ramulembah manah tansah dadi sangu Aja ketungkul marang kalungguhan kadonyan lan kamaremanaja gumunan aja getunan aja kagetan aja alemanaja pisan pisan gumun angadhepi mompyore jaman ikiaja getun jroning panemu kang becikaja kaget kabeh iku mung pethinganaja aleman ginayuh nyandhak sesawangan kekarepan Mak senajan aku wong dhusunwiwit cilik tansah nelangsa lan getunpakaryanku mung tandur karo matunnanging ora kendhat anggonku dikon kerisabab akeh sawan manis sing tansah mbebayaniMak najan pangkat luwih cilik urip butuh diajenising kudu kasinau bab bakune kadewasan dhiridadia wong kang pigunarawe rawe pait getirira den rantasingadeg jejeg ora pijer miyar miyursarwa ndedonga kabeh kagungane Ingkang Maha WidhiMak sembah sujud tambahing pangestuaku amung sadermaora nekad mring kang alakabeh iku merga ati rinasa prungsanglaras penak lamun sucikanggo pathokan gesangtata tentrem lair kalawan batin Bantul Maret 2019 Carita Wayang Sunting Oleh Eko Wahyu NugrohoSapa kandha wayang kuwi kuna Yen durung ngerti lakuning critaWiwit jejer tekaning paripurnaDudu amung rikala gara garaRentep rentep piwulang kagambarnaTindak tanduk uga tata kramaKang bisa tansah ngrembakaSaka isining carita kang kababarKababar pitutur suci tumrap dhiriDhiri kang tansah nguri uriNguri uri kabudayan Jawa suciMiguna mring nagari Ngayogyakarta Februari 2020 Ngejaman Sunting Oleh PurwadmadiJamgumingsire kaladhedhongkel mangsa lumuh cidrasengkala tidha ngresepi dinaJampanjiret lenawancine lingsir sakehing langsirpasang brahala rakit walat cintrakageseh gesahing lampah Sang MurwakalaNgejaman seksi jamanYogya kang gumlewang ngetus ampas panandhangkangslupan watak sabrangawak awak adus tirta sumuk sumeng angleng ratanitik laku lampah cidra Ngayogyakarta Februari 2020 Wewayangan Sunting Oleh SupriyadiPanguripanmu wus ginuritIng gelare kelir jagad gumelarSurya pinangka blencongeBumi pinangka debogeLelakonmu dadi gancare caritaKang sinanggit Kang Murba KawasaBinabar ing pangucap lan polah tingkahTangis lan guyu gegen hinganeBanjur kapan babare lelakonSawangen polahe kayonJejeg miring mirong ngetan mangulonSabdane Hyang Manon humiring gen hing sabda kunGinarebeg pra widadara widadariMungkasi lakon sawengi iki Dlingo 13 Februari 2020 Catatan kaki Sunting Poerwadarminta W J S 1939 Bausastra Jawa Kamus bahasa Jawa dalam bahasa Jawa Batavia J B Wolters hlm 158 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 10 28 Diakses tanggal 2021 03 05 gurit tulisan tatahan Dalam bahasa Jawa tembang uran uran awujud purwakanti atau nyanyian yang sebagian kata katanya diulang ulang Dalam bahasa Jawa karangan kang pinathok kaya tembang nanging guru gatra guru wilangan guru lagune ora ajeg atau karangan yang telah dirumuskan seperti nyanyian tetapi bait suku kata dan rimanya tidak tetap Ras J J 1985 Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir diterjemahkan Hestri Jakarta Grafiti Pers Saputra Karsono H 2001 Puisi Jawa struktur dan estetika edisi ke Cet 1 Jakarta Wedatama Widya Sastra ISBN 9799653010 OCLC 48100094 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023 07 29 Diakses tanggal 2017 09 30 Hutomo Suripan Sadi 1975 Telaah Kesusastraan Jawa Modern Jakarta Pusat Pengembangan Bahasa Departemen Kebudayaan Republik Indonesia Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022 08 16 Diakses tanggal 2021 03 05 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Geguritan amp oldid 23924935