www.wikidata.id-id.nina.az
Dyah Pitaloka Citraresmi atau Citra Rashmi 1340 1357 adalah seorang putri Kerajaan Sunda Galuh Menurut Pararaton ia dijodohkan dengan Hayam Wuruk raja Majapahit yang sangat berhasrat untuk menjadikannya sebagai permaisuri 1 Akan tetapi dalam tragedi Perang Bubat putri raja sunda ini bunuh diri setelah mendapati ayahnya Prabu Maharaja dan semua pengiring rombongan tewas Tradisi menyebutkan Dyah Pitaloka sebagai gadis yang sangat cantik Dyah Pitaloka CitraresmiKelahiran1340Kematian1357Alun Alun Bubat Wilwatikta Utara Kerajaan MajapahitPemakamanAstana Gede Kawali Kawali Kerajaan Sunda GaluhAyahPrabu Maharaja LinggabuanaIbuDewi Lara LinsingDaftar isi 1 Lamaran pernikahan 2 Gugur 3 Lihat juga 4 ReferensiLamaran pernikahan SuntingHayam Wuruk raja Majapahit dan dengan didasari alasan politik ingin menjadikan putri Citra Rashmi Pitaloka sebagai istrinya 1 Ia adalah anak perempuan dari Prabu Maharaja Lingga Buana dari Kerajaan Sunda Pada referensi lain yakni Kitab Pararaton menyebut Bhre Prabhu ayun ing Putri ring Suṇḍa Patih Maḍu ingutus anguṇḍangeng wong Suṇḍa ahidep wong Suṇḍa yan awawarangana yang menyatakan bahwa saat itu Hayam Wuruk mengutus Patih Madhu makcomblang dari Majapahit datang ke kerajaan Sunda untuk menjodohkan dan melamar tuan putri Sunda dalam suatu pernikahan kerajaan Adapun pada sisi lain menurut beberapa sumber lain yaitu Wim Van Zaten seorang Antropologis dari Universitas Leiden Belanda dalam The Poetry of Tembang Sunda dan J Noorduyn dalam Bujangga Manik s Journeys through Java Topographical Data from An Old Sundanese Source menyatakan saat itu Wilayah Jawa dipandang memiliki budaya dan lembaga pendidikan agama yang lebih tinggi oleh masyarakat Sunda sehingga banyak masyarakat Sunda belajar ke Jawa dan mengadopsi beberapa aspek budaya jawa 2 Dengan kondisi tersebut sehingga menjadikan Putri Sunda ingin menikah dengan Raja Jawa sebagaimana di ungkapkan dalam Carita Parahyangan yakni Urang reya sangkan nu angkat ka Jawa mumul nu lakian di Sunda yang terjemahannya adalah Awalnya mereka pergi ke Jawa sebab putri tidak mau bersuami orang Sunda Berbesar hati serta melihat perjodohan ini sebagai peluang untuk mengikat persekutuan dengan kerajaan Majapahit yang besar dan jaya raja Sunda dengan suka cita memberikan restunya dan ikut pergi mengantarkan putrinya ke Majapahit untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk Pada tahun 1357 rombongan kerajaan Sunda tiba di Majapahit setelah melayari Laut Jawa Rombongan kerajaan Sunda mendirikan pesanggrahan di Lapangan Bubat di bagian utara Trowulan Ibu Kota Majapahit Mereka menantikan jemputan dari pihak Majapahit serta upacara kerajaan yang pantas layaknya pernikahan agung kerajaan Dari Pihak Kerajaan Majapahit memiliki dilema atas kedatangan calon permaisuri ini Menurut catatan dari Pustaka Rajyarajya yang berasal dari Cirebon amp merupakan bagian dari Naskah Wangsakerta yang tersimpan di Museum Sejarah Sunda Sri Baduga di Bandung Kakek Hayam Wuruk yaitu Raden Wijaya penerus tahta kerajaan Sunda ke 26 adalah putra dari Rakyan Jayadarma yang menikah dengan Dyah Lembu Tal Dimana Rakyan Jayadarma yang tewas diracun akibat perebutan kekuasaan merupakan putra mahkota kerajaan Sunda dari Prabu Guru Darmasiksa Sehingga Hayam Wuruk dianggap masih memiliki kekerabatan dekat dengan calon permaisuri Hal ini menjadikan Gajah Mada menyampaikan kepada rombongan kerajaan Sunda bahwa perkawinan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka tidak dapat dilaksanakan Merasa dipermalukan rombongan kerajaan Sunda pada akhirnya memilih berperang Majapahit demi menjaga kehormatan Sedangkan pada bagian lain menurut seorang Arkeolog Indonesia bernama Agus Aris Munandar yang menafsirkan dari kisah Panji Angreni 1801 menyatakan bahwa ayahanda Hayam Wuruk yang bernama Krtawarddhana suami dari Tribhuwanatunggadewi berkeberatan dengan pernikahan tersebut terlebih Hayam Wuruk telah dijodohkan dengan Indudewi anak Rajadewi Maharajasa yang bekedudukan di Daha Kediri Sehingga Krtawarddhana memerintahkan Gajah Mada untuk membatalkan pernikahan tersebut 3 Selain kedua hal tersebut diatas sebuah informasi yang masih dipelajari sumbernya menyatakan bahwa Mahapatih Gajah Mada memandang peristiwa ini sebagai kesempatan untuk menaklukan Sunda dibawah kemaharajaan Majapahit dan bersikeras bahwa Sang Putri dipersembahkan untuk Raja Majapahit sebagai tanda takluk Kerajaan Sunda di bawah kekuasaan Majapahit butuh rujukan Raja Sunda amat murka dan memilih melawan Majapahit demi menjaga kehormatan Gugur SuntingAkibat ketegangan ini terjadi pertempuran antar rombongan kerajaan Sunda melawan tentara Majapahit Rombongan kerajaan Sunda berniat untuk bela pati melakukan puputan demi membela kehormatan mereka di Lapangan Bubat Meskipun memberikan perlawanan dengan gagah berani rombongan kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya gugur dalam kepungan tentara Majapahit Hampir seluruh rombongan kerajaan Sunda tewas dalam tragedi ini 4 Tradisi dan kisah kisah lokal menyebutkan bahwa dalam kesedihan dan hati yang remuk redam Sang Putri melakukan bunuh diri untuk membela kehormatan dan harga diri negaranya 5 Menurut tradisi kematian Dyah Pitaloka diratapi oleh Hayam Wuruk serta segenap rakyat Kerajaan Sunda yang kehilangan sebagian besar keluarga kerajaannya Oleh masyarakat Sunda kematian Sang Putri dan Raja Sunda dihormati dan dipandang sebagai suatu keberanian dan tindakan mulia untuk membela kehormatan bangsa dan negaranya Ayah Sang Putri Prabu Maharaja Lingga Buana disanjung dan dihormati oleh masyarakat Sunda dengan gelar Prabu Wangi Bahasa Sunda Raja yang memiliki nama yang harum karena tindakan heroiknya membela kehormatan negaranya melawan Majapahit Keturunannya raja raja Sunda yang kemudian diberi gelar Siliwangi dari kata Silih Wangi dalam bahasa Sunda berarti Penerus Prabu Wangi Tragedi ini sangat merusak hubungan antara kedua kerajaan ini yang berakibat permusuhan hingga bertahun tahun kemudian Hubungan kedua negara ini tidak pernah pulih kembali seperti sediakala 1 Sementara itu di kraton Majapahit Gajah Mada menghadapi permusuhan dan ketidakpercayaan karena tindakannya atas dasar fakta kedekatan kekerabatan Dyah Pitaloka dan menjalankan keinginan Ayahanda Hayam Wuruk Krtawarddhana tersebut namun berakibat kurang baik kepada terlukainya perasaan Raja Hayam Wuruk Kisah Putri Dyah Pitaloka dan Perang Bubat menjadi tema utama dalam Kidung Sunda Catatan sejarah mengenai peristiwa Pasunda Bubat disebutkan dalam Pararaton akan tetapi sama sekali tidak disinggung dalam naskah Nagarakretagama yang merupakan sumber primer UNESCO The Memory of the World Register for Asia Pasific dan memiliki informasi lebih kuat karena Nagarakretagama ini ditulis tahun 1365 periode kekuasaan Hayam Wuruk Menurut beberapa sejarawan termasuk Aminuddin Kusdi menyebut bahwa Kidung Sunda digunakan sebagai sumber sejarah sekunder ataupun tersier karena berbagai fakta sejarah didalamnya tidak sesuai dengan sumber sumber lain yang lebih kredibel seperti Prasasti Disamping melihat periode penulisan Kidung Sunda pada abad ke 19 yang merupakan masa munculnya beberapa karya sastra kontroversial 2 Lihat juga Sunting nbsp Portal Indonesia Kidung Sunda Pararaton Kerajaan SundaReferensi Sunting a b c Munoz Paul Michel 2006 Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula Singapore Editions Didier Millet hlm 213 ISBN 9814155675 a b Perang Bubat dalam Memori Orang Sunda Historia Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia 2015 05 22 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 12 19 Diakses tanggal 2021 12 19 Drama Bubat dan Panas Dingin Hubungan Majapahit Sunda Historia Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia 2015 05 22 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021 12 19 Diakses tanggal 2021 12 19 Drs R Soekmono 1973 Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2 2nd ed Yogyakarta Penerbit Kanisius hlm 72 Y Achadiati S Soeroso M P 1988 Sejarah Peradaban Manusia Zaman Majapahit Jakarta PT Gita Karya hlm 13 Pemeliharaan CS1 Banyak nama authors list link Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Dyah Pitaloka Citraresmi amp oldid 23663371