Dullah (17 September 1919 – 1 Januari 1996) adalah salah satu pelukis aliran realisme ternama Indonesia. Ia adalah salah satu pelukis dan kurator seni rupa istana, semasa kepemimpinan Presiden Soekarno.
Dullah | |
---|---|
Dullah (k. tahun 1954) | |
Lahir | Surakarta, Jawa Tengah, Hindia Belanda | 17 September 1919
Meninggal | 1 Januari 1996 Yogyakarta, Indonesia | (umur 76)
Kebangsaan | Indonesia |
Pekerjaan | Seniman rupa |
Dikenal atas | Pelukis dan kurator seni rupa Istana Kepresidenan Indonesia |
Dullah lahir di Surakarta, dari keluarga dari keluarga pembatik. Ia belajar melukis dari S. Sudjojono dan Affandi, sewaktu menjadi anggota kelompok Seniman Indonesia Moeda (SIM). Semasa pendudukan Belanda di Yogyakarta, Dullah dan pelukis-pelukis muda lainnya banyak mengabadikan berbagai peristiwa perjuangan dan peperangan yang terjadi, sehingga ia juga dikenal sebagai "pelukis revolusioner". Atas rekomendasi S. Soedjono, pada masa pendudukan Jepang, Dullah pernah bergabung dengan Poetera (Poesat Tenaga Rakjat). Salah satu poster perjuangan terawal, Boeng, Ajo Boeng, menggambarkan laki-laki memutus belenggu dengan latar bendera merah putih, dilukis oleh Affandi dengan menggunakan Dullah sebagai modelnya.
Pada tahun 1950, Dullah sempat mendirikan Himpunan Budaya Surakarta (HBS). Pada tahun yang sama, ia kemudian ditunjuk sebagai seniman dan kurator seni rupa istana, yang dijabatnya kira-kira selama 10 tahun. Dullah pernah menjadi penyusun buku Lukisan-lukisan dan Patung-Patung Koleksi Presiden Sukarno, yaitu jilid pertama dan kedua (dari keseluruhan empat jilid) yang diselesaikannya pada tahun 1956. Sebagai pelukis istana, Dullah juga berpartisipasi memperbaiki rancangan Garuda Pancasila yang dibuat oleh Sultan Hamid II, berdasarkan arahan dari Presiden Soekarno, sehingga menjadi bentuknya sekarang.
Pada tahun 1974, Dullah mendirikan sanggar lukis di Pejeng, Bali, dan memberikan bimbingan pada seniman muda setempat. Pada tahun 1984, menerbitkan buku Karya dalam Peperangan dan Revolusi, yang memuat karya-karya di masa perjuangan.
Dullah menikah dengan Jan Jaerabby Fatima, yang berketurunan India, serta mengangkat anak angkat bernama Sawarno. Dullah meninggal dunia di RS Panti Rapih, Yogyakarta, pada tanggal 1 Januari 1996. Ia dimakamkan di pemakaman umum Purwoloyo, Surakarta, berdampingan dengan makam istrinya.
Ratusan karya Dullah ditampilkan secara khusus dalam sebuah museum, yaitu Museum Dullah di Surakarta, yang mencakup karya-karyanya antara tahun 1939 sampai dengan tahun 1993. Pada tahun 2016, museum tersebut resmi dibuka untuk kunjungan rombongan, dengan syarat dan tujuan tertentu.
Lihat pula Sunting
- Daftar seniman Indonesia
- Museum Dullah di Surakarta
Referensi Sunting
- Yudiawan, Deni (1 Mei 2017). "Benarkah Sukarno tak Terlalu Suka Lukisan Affandi?". © 1996 - 2018 Pikiran Rakyat. Pikiran Rakyat.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Dullah". Indonesian Visual Art Archive is licensed under a Creative Commons BY-NC Unported License. Indonesia Visual Art Archive. Diakses tanggal 19 Maret 2018.
- S. Sudjojono (2017). Cerita Tentang Saya dan Orang-orang Sekitar Saya. Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 167. ISBN 9786024243074.
- Agus Dermawan T. (2004). Bukit-bukit perhatian: dari seniman politik, lukisan palsu sampai kosmologi seni Bung Karno. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 73. ISBN 9789792207958.
- Moh. Mahfud MD, Taufiq Ismail, Sri Sultan Hamengkubuwana X, Hamdan Zoelva, Ahmad Syafii Maarif, Muhammad Jazir ASP, Harjono, Arief Hidayat, A.R. Wetik, Achmad Sodiki, Sri-Edi Swasono, Siswono Yudo Husodo, Harjiyanto Y. Thohari, Heri Santoso, Daud Aris Tanudirjo (2012). Prosiding Kongres Pancasila IV: Srategi Pelembagaan Nilai-nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusionalitas Indonesia. Pusat Studi Pancasila UGM. hlm. 170. ISBN 9786021818084.
- Kartaredjasa, Butet (1990). 33 profil budayawan Indonesia. Direktorat Televisi, c/q Televisi RI Stasiun Yogyakarta. hlm. 101.
- "Indonesian art world mourns realist painter Dullah". Diarsipkan oleh jawawa.id. Jakarta Post. 3 Januari 1996. Diakses tanggal 15 Maret 2016.
- ^ "Maestro Seni Lukis Indonesia Meninggal Dunia". Media Caraka. Bagian Penerangan Kedutaan Besar R.I.: 198 1996.
- ^ Agustien, Ayesha Ayu (19 September 2016). "Museum Dullah - Resmi Dibuka, Hanya Orang Khusus yang Boleh Masuk, Begini Alasannya". TRIBUNnews.com © 2018. travel.tribunnews.com.
Pranala luar Sunting
- Indonesian art world mourns realist painter Dullah, Jakarta Post, Wed, 03 Jan 1996. Diarsipkan oleh jawawa.id. Diakses 15 Maret 2016.