www.wikidata.id-id.nina.az
Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua Selatan Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek cara hidup struktur sosial dan ritual Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara Sungai Sinesty dan suku Simai di Sungai Nin 1 Suku AsmatSeorang dari suku Asmat tengah membuat ukiran kayuJumlah populasi 70 000Daerah dengan populasi signifikan Indonesia Papua Selatan Papua Pegunungan BahasaBahasa Asmat Bahasa IndonesiaAgama Kekristenan Protestan Katolik Animisme Daftar isi 1 Etimologi 2 Kondisi Alam 3 Persebaran 4 Kampung Asmat 5 Ciri Fisik 6 Mata Pencaharian 6 1 Makanan Pokok 7 Pola Hidup 8 Cara Merias Diri 9 Adat Istiadat 10 Unik 11 Rumah Adat 12 Agama 12 1 Kepercayaan Dasar 12 2 Roh roh dan Kekuatan Magis 13 Sumber Alam dan Potensi Alam 14 Wanita Dalam Pandangan Suku Asmat 15 Mitologi 16 Upacara Adat 16 1 Ritual hari Kematian 16 2 Ritual Pembuatan dan Pengukuhan Perahu Lesung 16 3 Upacara Bis 16 4 Upacara pengukuhan dan pembuatan rumah bujang yentpokmbu 17 Kepustakaan 18 Bibliografi 19 Referensi 20 Lihat juga 21 Pranala luarEtimologi SuntingSuku Asmat adalah nama dari sebuah suku yang ada di Papua Selatan Indonesia Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayu tradisional yang sangat khas Beberapa ornamen motif yang sering kali digunakan dan menjadi tema utama dalam proses pemahatan patung yang dilakukan oleh penduduk suku asmat adalah mengambil tema nenek moyang dari suku mereka yang biasa disebut mbis Namun tak berhenti sampai disitu sering kali juga ditemui ornamen motif lain yang menyerupai perahu atau wuramon yang mereka percayai sebagai simbol perahu arwah yang membawa nenek moyang mereka di alam kematian Bagi penduduk asli suku asmat seni ukir kayu lebih merupakan sebuah perwujudan dari cara mereka dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah para leluhurnya Kondisi Alam SuntingWilayah yang ditempati Suku Asmat adalah dataran coklat lembek yang tertutup oleh jaring laba laba sungai Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini telah menjadi Kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten Asmat dengan 7 Kecamatan atau Distrik Hampir setiap hari hujan turun dengan curah 3000 4000 mm tahun Setiap hari juga pasang surut laut masuk kewilayah ini sehingga tidak mengherankan kalau permukaan tanah sangat lembek dan berlumpur Jalan hanya dibuat dari papan kayu yang ditumpuk di atas tanah yang lembek Praktis tidak semua kendaraan bermotor bisa lewat jalan ini Orang yang berjalan harus berhati hati agar tidak terpeleset terutama saat hujan Persebaran Sunting Perahu Lesung alat transportasi suku Asmat Suku Asmat tersebar dan mendiami wilayah disekitar pantai Laut Arafuru dan Pegunungan Jayawijaya dengan medan yang lumayan berat mengingat daerah yang ditempati adalah hutan belantara dalam kehidupan suku Asmat batu yang biasa kita lihat dijalanan ternyata sangat berharga bagi mereka Bahkan batu batu itu bisa dijadikan sebagai maskawin Semua itu disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membetuk rawa rawa sehingga sangat sulit menemukan batu batu jalanan yang sangat berguna bagi mereka untuk membuat kapak palu dan sebagainya Kampung Asmat SuntingSaat ini kira kira 100 sampai 1000 orang hidup di satu kampung Setiap kampung memiliki satu rumah Bujang dan banyak rumah keluarga Rumah Bujang dipakai untuk upacara adat dan upacara keagamaan Rumah keluarga dihuni oleh dua sampai tiga keluarga yang mempunyai kamar mandi dan dapur sendiri Hari ini ada kira kira 70 000 orang Asmat hidup di Indonesia Mayoritas anak anak Asmat sedang bersekolah Ciri Fisik SuntingPenduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas berkulit hitam dan berambut keriting Tubuhnya cukup tinggi Rata rata tinggi badan orang Asmat wanita sekitar 162 cm dan tinggi badan laki laki mencapai 172 cm Mata Pencaharian SuntingKebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya di wilayah Distrik Citak Mitak ternyata hampir sama Suku Asmat Darat suku Citak dan suku Mitak mempunyai kebiasaan sehari hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan seperti ular kasuari burung babi hutan dll Mereka juga selalu meramu menokok sagu sebagai makanan pokok Adapun nelayan mencari ikan dan udang untuk dimakan Kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah Sehari hari orang Asmat bekerja di lingkungan sekitarnya terutama untuk mencari makan dengan cara berburu maupun berkebun dengan menggunakan metode yang cukup tradisional dan masih sederhana Masakan suku Asmat tidak seperti masakan kita Masakan istimewa bagi mereka adalah ulat sagu Namun kehidupan sehari sehari mereka hanya memanggang ikan atau daging binatang hasil buruan Dalam kehidupan suku Asmat batu yang biasa kita lihat di jalanan ternyata sangat berharga Bahkan batu batu itu bisa dijadikan sebagai maskawin Semua itu disebabkan karena tempat tinggal suku Asmat yang membentuk rawa rawa sehingga sangat sulit menemukan batu batu jalanan yang berguna bagi mereka untuk membuat kapak palu dan sebagainya Makanan Pokok Sunting Makanan pokok orang Asmat adalah sagu Hampir setiap hari mereka makan sagu yang dibuat jadi bulatan bulatan yang dibakar dalam bara api Kegemaran lain adalah makan ulat sagu yang hidup di batang pohon sagu biasanya ulat sagu dibungkus dengan daun nipah ditaburi sagu dan dibakar dalam bara api Selain itu sayuran dan ikan bakar dijadikan pelengkap Namun yang memprihatinkan adalah masalah sumber air bersih Air tanah sulit didapat karena wilayah mereka merupakan tanah berawa Mereka terpaksa harus menggunakan air hujan dan air rawa sebagai air bersih untuk kebutuhan sehari hari Pola Hidup SuntingSatu hal yang patut ditiru dari pola hidup penduduk asli suku Asmat adalah mereka merasa dirinya sebagai bagian dari alam Oleh karena itu mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitar Bahkan pohon di sekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya Batang pohon menggambarkan tangan buah menggambarkan kepala dan akar menggambarkan kaki mereka Cara Merias Diri SuntingSuku Asmat memiliki cara yang sangat sederhana untuk merias diri Mereka hanya membutuhkan tanah merah untuk menghasilkan warna merah Untuk menghasilkan warna putih mereka membuatnya dari kulit kerang yang sudah dihaluskan Sedangkan warna hitam berasal dari arang kayu yang dihaluskan Cara menggunakannya cukup simpel hanya dengan mencampur bahan tersebut dengan sedikit air pewarna itu sudah bisa digunakan untuk mewarnai tubuh Adat Istiadat SuntingSeperti masyarakat pada umumnya dalam menjalankan proses kehidupannya masyarakat suku Asmat pun melalui berbagai proses yaitu Kehamilan selama proses ini berlangsung bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir secara selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua Kelahiran tidak lama setelah jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan sembilu alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan Selanjutnya diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun Pernikahan proses ini berlaku bagi pria maupun wanita yang telah berusia 17 tahun dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan maskawinnya berupa piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson apabila ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap Kematian apabila kepala suku atau kepala adat yang meninggal maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini sedangkan masyarakat umum jasadnya dikuburkan Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan Unik SuntingDalam memenuhi kebutuhan biologis baik kaum pria maupun wanita melakukan hubungan intim di ladang atau kebun saat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang berkerja di ladang Selanjutnya ada peristiwa yang unik lainnya yakni anak babi disusui oleh wanita suku ini hingga berumur 5 tahun Rumah Adat SuntingRumah tradisional suku Asmat adalah Jeu dengan panjang sampai 25 meter Sampai sekarang masih dijumpai rumah tradisional ini jika kita berkunjung ke Asmat pedalaman Bahkan masih ada juga di antara mereka yang membangun rumah di atas pohon Agama SuntingMasyarakat suku Asmat beragama Katolik Protestan dan Animisme yakni suatu ajaran dan praktik keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau patung Bagi suku Asmat ulat sagu merupakan bagian penting dari ritual mereka Setiap ritual ini diadakan dapat dipastikan banyak sekali ulat yang dipergunakan Kal Muller Mengenal Papua 2008 hal 31 Kepercayaan Dasar Sunting Adat istiadat suku Asmat mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari Mereka yakin bila nenek moyangnya pada zaman dulu melakukan pendaratan di bumi di daerah pegunungan Selain itu orang suku Asmat juga percaya bila di wilayahnya terdapat tiga macam roh yang masing masing mempunyai sifat baik jahat dan yang jahat namun mati Berdasarkan mitologi masyarakat Asmat berdiam di Teluk Flamingo dewa itu bernama Fumuripitis Orang Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga diam berbagai macam roh yang mereka bagi dalam 3 golongan Yi ow atau roh nenek moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya Osbopan atau roh jahat dianggap penghuni beberapa jenis tertentu Dambin Ow atau roh jahat yang mati konyol Kehidupan orang Asmat banyak diisi oleh upacara upacara Upacara besar menyangkut seluruh komuniti desa yang selalu berkaitan dengan penghormatan roh nenek moyang seperti berikut ini Mbismbu pembuat tiang Yentpokmbu pembuatan dan pengukuhan rumah yew Tsyimbu pembuatan dan pengukuhan perahu lesung Yamasy pokumbu upacara perisai Mbipokumbu Upacara Topeng Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga arwah orang yang sudah meninggal akan mengganggu manusia Gangguan bisa berupa penyakit bencana bahkan peperangan Maka demi menyelamatkan manusia serta menebus arwah mereka yang masih hidup membuat patung dan menggelar pesta seperti pesta patung bis Bioskokombi pesta topeng pesta perahu dan pesta ulat ulat sagu Roh roh dan Kekuatan Magis Sunting Roh setanKehidupan orang orang Asmat sangat terkait erat dengan alam sekitarnya Mereka memiliki kepercayaan bahawa alam ini didiami oleh roh roh jin jin makhluk makhluk halus yang semuanya disebut dengan setan Setan ini digolongkan ke dalam 2 kategori 1 Setan yang membahayakan hidup Setan yang membahayakan hidup ini dipercaya oleh orang Asmat sebagai setan yang dapat mengancam nyawa dan jiwa seseorang Seperti setan perempuan hamil yang telah meninggal atau setan yang hidup di pohon beringin roh yang membawa penyakit dan bencana Osbopan 2 Setan yang tidak membahayakan hidup Setan dalam kategori ini dianggap oleh masyarakat Asmat sebagai setan yang tidak membahayakan nyawa dan jiwa seseorang hanya saja suka menakut nakuti dan mengganggu saja Selain itu orang Asmat juga mengenal roh yang sifatnya baik terutama bagi keturunannya yaitu berasal dari roh nenek moyang yang disebut sebagai yi ow Kekuatan magis dan Ilmu sihirOrang Asmat juga percaya akan adanya kekuatan kekuatan magis yang kebanyakan adalah dalam bentuk tabu Banyak hal hal yang pantang dilakukan dalam menjalankan kegiatan sehari hari seperti dalam hal pengumpulan bahan makanan seperti sagu penangkapan ikan dan pemburuan binatang Kekuatan magis ini juga dapat digunakan untuk menemukan barang yang hilang barang curian ataupun menunjukkan si pencuri barang tersebut Ada juga yang mempergunakan kekuatan magis ini untuk menguasai alam dan mendatangkan angin halilintar hujan dan topan Sumber Alam dan Potensi Alam SuntingSelain ikan cucut kepiting udang teripang ikan penyu cumi cumi dan hewan lainnya yang melimpah ruah Daerah Asmat juga memiliki sumber daya alam yang amat luar biasa nseperti rotan kayu gahar kemiri kulit masohi kulit lawang damar dan kemenyan Wanita Dalam Pandangan Suku Asmat SuntingSimbolisasi perempuan dengan Flora amp Fauna yang berharga bagi masyarakat Asmat pohon kayu kuskus anjing burung kakatua dan nuri serta bakung seperti kata Asmat di atas menunjukkan bagaimana sesungguhnya masyarakat Asmat menempatkan perempuan yang sangat berharga bagi mereka Hal ini tersirat juga dalam berbagai seni ukiran dan pahatan mereka Namun dalam gegap gempitanya serta kemasyuran pahatan dan ukiran Asmat Tersembunyi suatu realita derita para Ibu dan gadis Asmat yang tak terdengar dari dunia luar Derita perempuan Asmat menjadi pelakon tunggal dalam menghidupi suku tersebut Setiap harinya mereka harus menyediakan makanan untuk suami dan anak anaknya mulai dari mencari ikan udang kepiting dan tembelo sampai kepada mencari pohon sagu yang tua menebang pohon sagu menokok membawa sagu dari hutan memasak dan menyajikan Setelah itu mencuci tempat makanan atau tempat masak termaksud mengambil air dari telaga atau sungai yang jernih untuk keperluan minum keluarga Sementara itu kegiatan laki laki Asmat sehari harinya adalah menikmati makanan yang disediakan istrinya mengisap tembakau dan berjudi Kadang suami membuat rumah atau perahu namun dengan batuan istri Ada pula suami yang mau menemani istrinya mencari kayu bakar Sayangnya mereka hanya benar benar menemani Mendayung perahu menebang kayu dan membawanya pulang adalah tugas istri Suami yang cukup berbaik hati akan membantu membawakan kapak istrinya Jika istri tidak menyiapkan permintaan suaminya seperti sagu atau ikan maka istri akan menjadi korban luapan kemarahan Jika mereka kalah judi maka istri pula yang akan dijadikan objek kekesalan Mereka yang tinggal di Agats kini terbiasa pula untuk mabuk mereka lebih rentan untuk mengamuk sehingga istripun yang akan lebih banyak menerima tindak kekerasan Kadang kala laki laki Asmat mengukir jika mereka ingin tau atau jika hendak menyelenggarakan pesta Ketika laki laki mengukir maka tugas perempuan akan semakin bertambah Perempuan harus terus menyediakan sagu bakar dan makanan lain yang diinginkan suami mereka agar dapat terus bertenaga untuk mengukir Semakin lama laki laki mengukir semakin banyak pula makanan yang harus mereka sediakan Hal itu berarti akan semakin lelah perempuan Asmat karena harus memangur meramah dan mengolah sagu dan bahkan menjaring ikan lebih tragisnya lagi jika ukiran itu dijual maka uangnya hanya untuk suami yang membuatnya perempuan Asmat tidak menerima imbalan apapun untuk jerih payahnya menyediakan makanan Padahal tanpa makanan itu satu ukiranpun tidak akan selesai dibuat Dewi Linggasari 2004 Yang Perkasa Yang Tertindas Potret Hidup Perempuan Asmat Yogyakarta Bigraf Publishing bekerjasama dengan Yayasan Adhikarya IKAPI dan The Fourt Foundation Hal 22 Mitologi SuntingDalam hal kepercayaan orang Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan dewa yang turun dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk tempat matahari terbenam tiap hari Menurut keyakinan orang Asmat dewa nenek moyang itu dulu mendarat di bumi di suatu tempat yang jauh di pegunungan Dalam perjalanannya turun ke hilir sampai ia tiba di tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir ia mengalami banyak petualangan Dalam mitologi orang Asmat yang berdiam di Teluk Flaminggo misalnya dewa itu namanya Fumeripitsy Ketika ia berjalan dari hulu sungau ke arah laut ia diserang oleh seekor buaya raksasa Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam Dalam perkelahian sengit yang terjadi ia dapat membunuh si buaya tetapi ia sendiri luka parah Ia terbawa arus yang mendamparkannya di tepi sungai Asewetsy Desa Syuru sekarang Untung ada seekor burung Flamingo yang merawatnya sampai ia sembuh kembali kemudian ia membangun rumah yew dan mengukir dua patung yang sangat indah serta membuat sebuah genderang Em yang sangat kuat bunyinya Setelah ia selesai ia mulai menari terus menerus tanpa henti dan kekuatan sakti yang keluar dari gerakannya itu memberi hidup pada kedua patung yang diukirnya Tak lama kemudian mulailah patung patung itu bergerak dan menari dan mereka kemudian menjadi pasangan manusia yang pertama yaitu nenek moyang orang Asmat Upacara Adat Sunting Tengkorak nenek moyang Asmat Ritual hari Kematian Sunting Orang Asmat tidak mengenal dalam hal mengubur mayat orang yang telah meninggal Bagi mereka kematian bukan hal yang alamiah Bila seseorang tidak mati dibunuh maka mereka percaya bahwa orang tersebut mati karena suatu sihir hitam yang kena padanya Bayi yang baru lahir yang kemudian mati pun dianggap hal yang biasa dan mereka tidak terlalu sedih karena mereka percaya bahwa roh bayi itu ingin segera ke alam roh roh Sebaliknya kematian orang dewasa mendatangkan dukacita yang amat mendalam bagi masyarakat Asmat Suku Asmat percaya bahwa kematian yang datang kecuali pada usia yang terlalu tua atau terlalu muda adalah disebabkan oleh tindakan jahat baik dari kekuatan magis atau tindakan kekerasan Kepercayaan mereka mengharuskan pembalasan dendam untuk korban yang sudah meninggal Roh leluhur kepada siapa mereka membaktikan diri direpresentasikan dalam ukiran kayu spektakuler di kano tameng atau tiang kayu yang berukir figur manusia Sampai pada akhir abad 20an para pemuda Asmat memenuhi kewajiban dan pengabdian mereka terhadap sesama anggota kepada leluhur dan sekaligus membuktikan kejantanan dengan membawa kepala musuh mereka sementara bagian badannya di tawarkan untuk dimakan anggota keluarga yang lain di desa tersebut Apabila ada orang tua yang sakit maka keluarga terdekat berkumpul mendekati si sakit sambil menangis sebab mereka percaya ajal akan menjemputnya Tidak ada usaha usaha untuk mengobati atau memberi makan kepada si sakit Keluarga terdekat si sakit tidak berani mendekatinya karena mereka percaya si sakit akan membawa salah seorang dari yang dicintainya untuk menemani Di sisi rumah dimana si sakit dibaringkan dibuatkan semacam pagar dari dahan pohon nipah Ketika diketahui bahwa si sakit meninggal maka ratapan dan tangisan menjadi jadi Keluarga yang ditinggalkan segera berebut memeluk si sakit dan keluar rumah mengguling gulingkan tubuhnya di lumpur Sementara itu orang orang di sekitar rumah kematian telah menutup semua lubang dan jalan masuk kecuali jalan masuk utama dengan maksud menghalang halangi masuknya roh roh jahat yang berkeliaran pada saat menjelang kematian Orang orang Asmat menunjukkan kesedihan dengan cara menangis setiap hari sampai berbulan bulan melumuri tubuhnya dengan lumpur dan mencukur habis rambutnya Yang sudah menikah berjanji tidak akan menikah lagi meski nantinya juga akan menikah lagi dan menutupi kepala dan wajahnya dengan topi agar tidak menarik bagi orang lain Mayat orang yang telah meninggal biasa diletakkan di atas para anyaman bambu yang telah disediakan di luar kampung dan dibiarkan sampai busuk Kelak tulang belulangnya dikumpulkan dan disipan di atas pokok pokok kayu Tengkorak kepala diambil dan dipergunakan sebagai bantal petanda cinta kasih pada yang meninggal Orang Asmat percaya bahwa roh roh orang yang telah meninggal tersebut bi masih tetap berada di dalam kampung terutama kalau orang itu diwujudkan dalam bentuk patung mbis yaitu patung kayu yang tingginya 5 8 meter Cara lain yaitu dengan meletakkan jenazah di perahu lesung panjang dengan perbekalan seperti sagu dan ulat sagu untuk kemudian dilepas di sungai dan seterusnya terbawa arus ke laut menuju peristirahatan terakhir roh roh Saat ini dengan masuknya pengaruh dari luar orang Asmat telah mengubur jenazah dan beberapa barang milik pribadi yang meninggal Umumnya jenazah laki laki dikubur tanpa menggunakan pakaian sedangkan jenazah wanita dikubur dengan menggunakan pakaian Orang Asmat juga tidak memiliki pemakaman umum maka jenazah biasanya dikubur di hutan di pinngir sungai atau semak semak tanpa nisan Dimana pun jenazah itu dikubur keluarga tetap dapat menemukan kuburannya Ritual Pembuatan dan Pengukuhan Perahu Lesung Sunting Setiap 5 tahun sekali masyarakat Asmat membuat perahu perahu baru Dalam proses pembuatan prahu hingga selesai ada berapa hal yang perlu diperhatikan Setelah pohon dipilih ditebang dikupas kulitnya dan diruncingkan kedua ujungnya batang itu telah siap untuk diangkut ke pembuatan perahu Sementara itu tempat pegangan untuk menahan tali penarik dan tali kendali sudah dipersiapkan Pantangan yang harus diperhatikan saat mengerjakan itu semua adalah tidak boleh membuat banyak bunyi bunyian di sekitar tempa itu Masyarakat Asmat percaya bahwa jika batang kayu itu diinjak sebelum ditarik ke air maka batang itu akan bertambah berat sehingga tidak dapat dipindahkan Untuk menarik batang kayu si pemilik perahu meminta bantuan kepada kerabatnya Sebagian kecil akan mengemudi kayu di belakang dan selebihnya menarik kayu itu Sebelumnya diadakan suatu upacara khusus yang dipimpin oleh seorang tua yang berpengaruh dalam masyarakat Maksudnya adalah agar perahu itu nantinya akan berjalan seimbang dan lancar Perahu pun dicat dengan warna putih di bagian dalam dan di bagian luar berwarna merah berseling putih Perahu juga diberi ukiran yang berbentuk keluarga yang telah meninggal atau berbentuk burung dan binatang lainnya Setelah dicat perahu dihias dengan daun sagu Sebelum dipergunakan semua perahu diresmikan terlebih dahulu Para pemilik perahu baru bersama dengan perahu masing masing berkumpul di rumah orang yang paling berpengaruh di kampung tempat diadakannya pesta sambil mendengarkan nyanyi nyanyian dan penabuhan tifa Kemudian kembali ke rumah masing masing untuk mempersiapkan diri dalam perlombaan perahu Para pendayung menghias diri dengan cat berwarna putih dan merah disertai bulu bulu burung Kaum anak anak dan wanita bersorak sorai memberikan semangat dan memeriahkan suasana Namun ada juga yang menangis mengenang saudaranya yang telah meninggal Dulu pembuatan perahu dilaksanakan dalam rangka persiapan suatu penyerangan dan pengayauan kepala Bila telah selesai perahu perahu ini dicoba menuju tempat musuh dengan maksud memanas manasi mereka dan memancing suasana musuh agar siap berperang Sekarang penggunaan perahu lebih terarahkan untuk pengangkutan bahan makanan Upacara Bis Sunting Upacara Bis merupakan salah satu kejadian penting di dalam kehidupan suku Asmat sebab berhubungan dengan pengukiran patung leluhur Bis apabila ada permintaan dalam suatu keluarga Dulu upacara Bis ini diadakan untuk memperingati anggota keluarga yang telah mati terbunuh dan kematian itu harus segera dibalas dengan membunuh anggota keluarga dari pihak yang membunuh Untuk membuat patung leluhur atau saudara yang telah meninggal diperlukan kurang lebih 6 8 minggu Pengukiran patung dikerjakan di dalam rumah panjang bujang dan selama pembuatan patung berlangsung kaum wanita tidak diperbolehkan memasuki rumah tersebut Dalam masa masa pembuatan patung bis biasanya terjadi tukar menukar istri yang disebut dengan papis Tindakan ini bermaksud untuk mempererat hubungan persahabatan yang sangat diperlukan pada saat tertentu seperti peperangan Pemilihan pasangan terjadi pada waktu upacara perang perangan antara wanita dan pria yang diadakan tiap sore Upacara perang perangan ini bermaksud untuk mengusir roh roh jahat dan pada waktu ini wanita berkesempatan untuk memukul pria yang dibencinya atau pernah menyakiti hatinya Sekarang ini karena peperangan antar clan sudah tidak ada lagi maka upacara bis ini baru dilakukan bila terjadi mala petaka di kampung atau apabila hasil pengumpulan bahan makanan tidak mencukupi Menurut kepercayaan hal ini disebabkan roh roh keluarga yang telah meninggal yang belum diantar ketempat perisitirahatan terakhir yaitu sebuah pulau di muara sungai Sirets Patung bis menggambarkna rupa dari anggota keluarga yang telah meninggal Yang satu berdiri di atas bahu yang lain bersusun dan paling utama berada di puncak bis Setelah itu diberikan warna dan diberikan hiasan hiasan Usai didandani patung bis ini diletakkan di atas suatu panggung yang dibangun dirumah panjang Pada saat itu keluarga yang ditinggalkan akan mengatakan bahwa pembalasan dendam telah dilaksanakan dan mereka mengharapkan agar roh roh yang telah meninggal itu berangkat ke pulau Sirets dengan tenang Mereka juga memohon agar keluarga yang ditinggalkan tidak diganggu dan diberikan kesuburan Biasanya patung bis ini kemudian ditaruh dan ditegakkan di daerah sagu hingga rusak Upacara pengukuhan dan pembuatan rumah bujang yentpokmbu Sunting Orang orang Asmat mempunyai 2 tipe rumah yaitu rumah keluarga dan rumah bujang je Rumah bujang inilah yang amat penting bagi orang orang Asmat Rumah bujang ini dinamakan sesuai nama marga keluarga pemiliknya Rumah bujang merupakan pusat kegiatan baik yang bersifat religius maupun yang bersifat nonreligius Suatu keluarga dapat tinggal di sana tetapi apabila ada suatu penyerangan yang akan direncanakan atau upacara upacara tertentu wanita dan anak anak dilarang masuk Orang orang Asmat melakukan upacara khusus untuk rumah bujang yang baru yang dihadiri oleh keluarga dan kerabat Pembuatan rumah bujang juga diikuti oleh beberapa orang dan upacara dilakukan dengan tari tarian dan penabuhan tifa Kepustakaan SuntingKoentjaraningrat 1998 Pokok pokok Etnografi Jakarta Rineka Cipta Koentjaraningrat 1980 Sejarah Teori Antropologi Jakarta UI Press Sudarman Dea 1993 Menyingkap Budaya Suku Pedalaman Irian Jaya Jakarta DelataBibliografi Suntinghttp www scribd com Suku Asmat 5 11 2011 http www ksupointer com Suku Asmat Sosok Budaya Indonesia diPapua 5 11 2011 http www lestariweb com Indonesia Papua People Asmat 5 11 2011Referensi Sunting Suku Asmat Suku Asli Papua www kompas com Diakses tanggal 9 Juli 2023 Lihat juga SuntingKesenian Suku AsmatPranala luar Sunting Indonesia Kisah Suku Asmat Indonesia Suku Di Papua Inggris Asmat Tribe Irian Jaya Diarsipkan 2011 09 02 di Wayback Machine Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Suku Asmat amp oldid 23825314