www.wikidata.id-id.nina.az
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia Tidak ada alasan yang diberikan Silakan kembangkan artikel ini semampu Anda Merapikan artikel dapat dilakukan dengan wikifikasi atau membagi artikel ke paragraf paragraf Jika sudah dirapikan silakan hapus templat ini Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus Cari sumber Sejarah Kota Medan berita surat kabar buku cendekiawan JSTOR Januari 2023 Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa rawa kurang lebih seluas 4000 Ha Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka Sungai sungai itu adalah Sei Deli Sei Babura Sei Sikambing Sei Denai Sei Putih Sei Badra Sei Belawan dan Sei Sulang Saling Sei Kera 1 Pemandangan kota di Jalan Gereja Medan Sumatera Utara tahun 1900 an Daftar isi 1 Sejarah awal Kota Medan 2 Masa Belanda 2 1 Perkebunan Tembakau 3 Masa Penjajahan Jepang 4 Masa Kemerdekaan Indonesia 4 1 1990 an dan 2000 an 5 Lihat pula 6 ReferensiSejarah awal Kota Medan suntingDalam buku sejarah kota Medan dituliskan bahwa Medan sebagai pelabuhan telah ada pada tahun 1590 Dalam Riwayat Hamparan Perak yang dokumen aslinya ditulis dalam huruf Karo pada rangkaian bilah bambu tercatat Guru Patimpus tokoh masyarakat Karo sebagai orang yang pertama kali membuka desa yang diberi nama Medan Namun naskah asli Riwayat Hamparan Perak yang tersimpan di rumah Datuk Hamparan Perak terakhir telah hangus terbakar ketika terjadi kerusuhan sosial tepatnya tanggal 4 Maret 1946 Patimpus adalah anak Tuan Si Raja Hita pemimpin Karo yang tinggal di Kampung Pekan Pakan Ia menolak menggantikan ayahnya dan lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan mistik sehingga akhirnya dikenal sebagai Guru Patimpus Antara tahun 1614 1630 Masehi ia belajar agama Islam dan diislamkan oleh Datuk Kota Bangun setelah kalah dalam adu kesaktian Selanjutnya Guru Patimpus menikah dengan adik Tarigan pemimpin daerah yang sekarang bernama Pulau Brayan dan membuka Desa Medan yang terletak di antara Sungai Babura dan Sungai Deli Dia pun lalu memimpin desa tersebut 2 Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590 kemudian dipandang sebagai pembuka sebuah kampung yang bernama Medan Puteri walaupun sangat minim data tentang Guru Patimpus sebagai pendiri Kota Medan Lokasinya terletak di Tanah Deli maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli Medan Deli Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular Deli Serdang sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah di antara kedua sungai tersebut Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat tanah pasir tanah campuran tanah hitam tanah coklat dan tanah merah Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa di samping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu sekarang Medan Tenggara atau Menteng orang membakar batu bata yang berkualitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni Maksima Utama dan Maksima Tambahan Maksima Utama terjadi pada bulan bulan Oktober s d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s d September Secara rinci curah hujan di Medan rata rata 2000 pertahun dengan intensitas rata rata 4 4 mm jam Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di sana sini terutama dimuara muara sungai diselingi pemukiman pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya Pada tahun 1863 orang orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama Medan Putri Perkembangan Kampung Medan Putri tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai sehingga dengan demikian Kampung Medan Putri yang merupakan cikal bakal Kota Medan cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki laki dan dinamai si Kolok Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki laki dinamai si Kecik Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli In Woord en Beeld ditulis oleh N ten Cate Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura Rumah Administrateur terletak di seberang sungai dari kampung Medan Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini Sekitar tahun 1612 setelah dua dasawarsa berdiri Kampung Medan Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Kesultanan Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang Percut Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang Dia juga mendirikan kampung kampung Gunung Klarus Sampali Kota Bangun Pulau Brayan Kota Jawa Kota Rengas Percut dan Sigara gara Dengan tampilnya Gocah Pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan Nangaluan Beru Surbakti yang merupakan putri Datuk Sunggal bergelar Sri Indra Baiduzzaman Surbakti dimana setelah terjadi perkawinan ini raja raja urung di kuta Medan menyerah pada Gocah Pahlawan dimana urung urung ini tetap merdeka dengan kata lain tidak membayar upeti kepada raja Deli Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669 dengan ibu kotanya di Labuhan kira kira 20 km dari Medan Masa Belanda suntingBelanda yang menjajah Nusantara kurang lebih tiga setengah abad namun untuk menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan yang tidak sedikit Mereka mengalami perang di Jawa dengan Pangeran Diponegoro sekitar tahun 1825 1830 Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai dari tahun 1864 sampai 1942 Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal Belanda Johannes van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatra dan dia memperkirakan untuk menguasai Sumatra secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun Penaklukan Belanda atas Sumatra ini terhenti di tengah jalan karena Menteri Jajahan Belanda waktu itu Jean Chretien Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatra walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama Perang Paderi 1821 1837 Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba tiba diserang oleh gerombolan Inggris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson Berhubung pada waktu itu kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta perlindungan pada Belanda Sejak saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai Kesultanan Siak Sri Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda mendesak Sultan Ismail untuk menandatangani perjanjian agar daerah taklukan kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli Langkat dan Serdang di Sumatra Timur masuk kekuasaan Belanda Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda tapi kehadiran Belanda belum secara fisik menguasai Tanah Deli Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan Kesultanan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung Medan Putri Perkebunan Tembakau sunting Medan tidak mengalami perkembangan pesat hingga tahun 1860 an ketika penguasa penguasa Belanda mulai membebaskan tanah untuk perkebunan tembakau Jacob Nienhuys Van der Falk dan Elliot pedagang tembakau asal Belanda memelopori pembukaan kebun tembakau di Tanah Deli Nienhuys yang sebelumnya berbisnis tembakau di Jawa pindah ke Deli diajak seorang Arab Surabaya bernama Said Abdullah Bilsagih Saudara Ipar Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam Deli Nienhuys pertama kali berkebun tembakau di tanah milik Sultan Deli seluas 4 000 Bahu di Tanjung Spassi dekat Labuhan Maret 1864 Nienhuys mengirim contoh tembakau hasil kebunnya ke Rotterdam Belanda untuk diuji kualitasnya Ternyata daun tembakau itu dianggap berkualitas tinggi untuk bahan cerutu Melambunglah nama Deli di Eropa sebagai penghasil bungkus cerutu terbaik Seperti yang dituliskan oleh Tengku Luckman Sinar dalam bukunya dijelaskan bahwa kuli kuli perkebunan itu umumnya orang orang Tionghoa yang didatangkan dari Jawa Tiongkok Singapura atau Malaysia dimana disebutkan dalam catatan berbahasa Belanda bahwa Belanda menganggap orang orang Karo dan Melayu malas serta melawan sehingga tidak dapat dijadikan kuli Pesatnya perkembangan Kampung Medan Putri juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu Pada tahun 1863 Sultan Deli memberikan kepada Jacob Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz amp Co tanah seluas 4 000 bahu 1 bahu 0 74 ha secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi dekat Labuhan Contoh tembakau deli Maret 1864 contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda untuk diuji kualitasnya Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu Perjanjian tembakau ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun 1865 Selang dua tahun Nienhuys bersama Jannsen P W Clemen dan Cremer mendirikan perusahaan De Deli Maatschappij yang disingkat Deli Mij di Labuhan Pada tahun 1869 Nienhuys memindahkan kantor pusat Deli Mij dari Labuhan ke Kampung Medan Kantor baru itu dibangun di pinggir sungai Deli tepatnya di kantor PTPN II eks PTPN IX sekarang Dengan perpindahan kantor tersebut Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat Pesatnya perkembangan perekonomian mengubah Deli menjadi pusat perdagangan yang mahsyur dengan julukan het dollar land alias tanah uang Mereka kemudian membuka perkebunan baru di daerah Martubung Sunggal pada tahun 1869 serta Sungai Beras dan Klumpang pada tahun 1875 Kemudian pada tahun 1866 Jannsen P W Clemen Cremer dan Nienhuys mendirikan Deli Maatschappij di Labuhan Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung Sunggal 1869 Sungai Beras dan Klumpang 1875 sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874 Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung Medan Putri Dengan demikian Kampung Medan Putri menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai Kota Medan Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan Tahun 1879 Ibu kota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan 1 Maret 1887 ibu kota Residen Sumatra Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari Labuhan juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891 dan dengan demikian Ibu kota Deli telah resmi pindah ke Medan Pada tahun 1915 Residensi Sumatra Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente Kota Praja dengan Wali kota Baron Daniel Mackay Berdasarkan Acte van Schenking Akta Hibah Nomor 97 Notaris J M de Hondt Junior tanggal 30 Nopember 1918 Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan sehingga resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda Pada masa awal Kotapraja ini Medan masih terdiri dari 4 kampung yaitu Kampung Kesawan Kampung Sungai Rengas Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43 826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang Indonesia 35 009 orang Cina 8 269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat Berbagai fasilitas dibangun Beberapa di antaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru 1919 sekarang RISPA hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan Besitang 1919 Konsulat Amerika 1919 Sekolah Guru Indonesia di Jl H M Yamin sekarang 1923 Mingguan Soematra 1924 Perkumpulan Renang Medan 1924 Pusat Pasar R S Elizabeth Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga 1929 Secara historis perkembangan Kota Medan sejak awal telah memposisikan menjadi pusat perdagangan ekspor impor sejak masa lalu sedang dijadikannya medan sebagai ibu kota deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintah sampai saat ini di samping merupakan salah satu daerah kota juga sekaligus sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara Masa Penjajahan Jepang suntingTahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatra yang ketika itu Jepang mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa Kalimantan Sulawesi dan khusus di Sumatra Jepang mendarat di Sumatra Timur Tentara Jepang yang mendarat di Sumatra adalah tentara XXV yang berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Singapura tepatnya mereka mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942 Pasukan ini terdiri dari Divisi Garda Kemaharajaan ke 2 ditambah dengan Divisi ke 18 dipimpin langsung oleh Letjend Nishimura Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah yang masuk ke Kota Medan mereka menaiki sepeda yang mereka beli dari rakyat di sekitarnya secara barter Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena mereka adalah saudara Tua orang orang Asia sehingga mereka dieluelukan menyambut kedatangannya Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau balau orang pribumi mempergunakan kesempatan ini membalas dendam terhadap orang Belanda Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan pasukannya yang bernama Kempetai Polisi Militer Jepang Dengan masuknya Jepang di Kota Medan keadaan segera berubah terutama pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda disebut gemeentebestuur oleh Jepang diubah menjadi Medan Sico Pemerintahan Kotapraja Yang menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi Untuk tingkat keresidenan di Sumatra Timur karena masyarakatnya heterogen disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T Nakashima pembantu Residen disebut dengan Gunseibu Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat masyarakat semakin papa karena dengan kondisi demikianlah menurut mereka semakin mudah menguasai seluruh Nusantara semboyan saudara Tua hanyalah semboyan saja Di sebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif Di kawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang Masa Kemerdekaan Indonesia suntingDimana mana di seluruh Indonesia menjelang tahun 1945 bergema persiapan Proklamasi demikian juga di Kota Medan tidak ketinggalan para tokoh pemudanya melakukan berbagai macam persiapan Mereka mendengar bahwa bom atom telah jatuh melanda Kota Hiroshima berarti kekuatan Jepang sudah lumpuh Sedangkan tentara sekutu berhasrat kembali untuk menduduki Indonesia Khususnya di kawasan kota Medan dan sekitarnya ketika penguasa Jepang menyadari kekalahannya segera menghentikan segala kegiatannya terutama yang berhubungan dengan pembinaan dan pengerahan pemuda Apa yang selama ini mereka lakukan untuk merekrut massa pemuda seperti Heiho Romusa Gyu Gun dan Talapeta mereka bubarkan atau kembali kepada masyarakat Secara resmi kegiatan ini dibubarkan pada tanggal 20 Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang di Sumatra Timur yang disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan Jepang Ia juga menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka di daerah bekas pendudukan untuk menjaga status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu Sebagian besar anggota pasukan bekas Heiho Romusa Talapeta dan latihan Gyu Gun merasa bingung karena kehidupan mereka terhimpit dimana mereka hanya diberikan uang saku yang terbatas sehingga mereka kelihatan berlalu lalang dengan seragam coklat di tengah kota Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian mengambil inisiatif untuk menanggulanginya Terutama bekas perwira Gyu Gun di antaranya Letnan Achmad Tahir mendirikan suatu kepanitiaan untuk menanggulangi para bekas Heiho Romusa yang famili saudaranya tidak ada di kota Medan Panitia ini dinamai dengan Panitia Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun yang berkantor di Jl Istana No 17 Gedung Pemuda sekarang Tanggal 17 Agustus 1945 gema kemerdekaan telah sampai ke kota Medan walupun dengan agak tersendat sendat karena keadaan komunikasi pada waktu itu sangat sederhana Kantor Berita Jepang Domei sudah ada perwakilannya di Medan namun mereka tidak mau menyiarkan berita kemerdekaan tersebut akibatnya masyarakat tambah bingung Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di kota Medan dan berkantor di Hotel De Boer sekarang Hotel Dharma Deli Tugasnya adalah mempersiapkan pengambilalihan kekuasaan dari Jepang Pada ketika itu pula tentara Belanda yang dipimpin oleh Westerling didampingi perwira penghubung sekutu bernama Mayor Yacobs dan Letnan Brondgeest berhasil membentuk kepolisian Belanda untuk kawasan Sumatra Timur yang anggotanya diambil dari eks KNIL dan Polisi Jepang yang pro Belanda Akhirnya dengan perjalanan yang berliku liku para pemuda mengadakan berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia demikian juga di kota Medan yang menjadi bagiannya Mereka itu adalah Achmad Tahir Amir Bachrum Nasution Edisaputra Rustam Efendy Gazali Ibrahim Roos Lila A malik Munir Bahrum Djamil Marzuki Lubis dan Muhammad Kasim Jusni 1990 an dan 2000 an sunting Pada tahun 1998 dari 1 hingga 12 Mei Medan dilanda kerusuhan besar yang menjadi titik awal kerusuhan kerusuhan besar yang kemudian terjadi di sepanjang Indonesia termasuk Peristiwa Mei 1998 di Jakarta seminggu kemudian Dalam kerusuhan yang terkait dengan gerakan Reformasi ini terjadi pembakaran perusakan maupun penjarahan yang tidak dapat dihentikan aparat keamanan Pada durasi Tragedi Trisakti hingga Kerusuhan Mei 1998 selama pada tanggl 12 Mei hingga sekarang karena tidak dapat bekerja kantor dan pendidikan lagi waktunya menjelang libur umum semasa pada tidak terbit dari media massa Sementara Bandar Udara Internasional Polonia dari seluruh dibuka selama 24 jam setiap hari Pada tanggal 21 Mei tepat pada pukul 02 00 WIB sebagai libur umum besar sudah upacara penutup telah berhenti bandar udara dari semuanya berkumpul pindah ke Kuala Lumpur adalah ibu kota negara Malaysia yang tidak kembali tempat tinggal lagi dan bandar udara ke dari pesawat terbang milik penerbangan Malaysia Airlines Penerbangan Airbus A330 tiba ke Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur dulu Bandar Udara Sultan Abdul Aziz Shah dari kawasan Subang Jaya Kota Petaling Negara Bagan Selangor Daerah Semenanjung Malaysia Negara Malaysia Saat ini kota Medan telah kembali berseri Pembangunan sarana dan prasarana umum gencar dilakukan Meski jumlah jalan jalan yang rusak berlobang masih ada namun jika dibandingkan dahulu sudah sangat menurun butuh rujukan Kendala klasik yang dihadapi kota modern seperti Medan adalah kemacetan akibat jumlah kendaraan yang meningkat pesat dalam hitungan bulan tidak mampu diimbangi dengan peningkatan sarana jalan yang memadai Lihat pula suntingKota MedanReferensi sunting Sejarah Kota Medan Pemerintah Kota Medan 7 November 2013 Diakses tanggal 18 Oktober 2022 Sejarah Kota Medan Sejarah Multi Kebudayaan detikcom Diakses tanggal 25 Agustus 2018 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Sejarah Kota Medan amp oldid 24371158