www.wikidata.id-id.nina.az
Peristiwa Cimareme adalah sebuah perlawanan yang dipimpin oleh KH Hasan Arif seorang Juragan tembakau atau bako asal daerah Kabupaten Garut tahun 1919 Daftar isi 1 Latar Belakang 2 Jalannya Peristiwa 3 Akhir Perlawanan 4 RefferensiLatar Belakang suntingPenyebab Peristiwa Cimareme adalah penolakan KH Hasan dan santri santrinya atas kebijakan system penjualan padi setelah kejadian gagal panen pada tahun 1919 Penyebab adalah dampak kebijakan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan protes H Hasan dari Kampung Cimareme Desa Cikendal Kecamatan Leles Kabupaten Garut yang mempertahankan tanahnya dari tangan kolonial Belanda Peristiwa ini menjadi penting karena membawa pengaruh besar dalam permulaan abad ke 20 Haji Hasan merupakan tokoh utama dalam Peristiwa Cimareme tahun 1919 Dia merupakan keturunan Kesultanan Banten dari ayahnya Kiyai Tubagus Alpani Ibunya Djamilah merupakan putri R Kartaningrat pendiri Pondok Pesantren Cimareme Sejak muda H Hasan sudah sangat disegani oleh warga sekitar Dia mengajar ilmu agama membekali para santrinya dengan ilmu silat dan sangat peduli dengan olahraga Dia mendirikan perkumpulan pencak silat dan sepak bola Dia juga melek dengan politik dan bergabung dengan perkumpulan Goena Perlaja yang dipimpin oleh Kiayi Abdullah dari Tegalgubuk Cirebon Goena Perlaja adalah pusat gerakan revolusioner yang memiliki tujuan yang sama dengan Serikat Islam SI Afdeling B Perkumpulan ini diperkirakan mempunyai hubungan dengan beberapa tokoh seperti Surjopranoto Ketua Adhi Dharma Serikat Buruh Gula Semaun dari ISDV Alimin dan Abdul Muis dari SI Batavia serta Sanusi dari Bandung Saat Peraturan Pembelian Padi diberlakukan pada 17 Maret 1919 H Hasan sudah melakukan penolakan Dasar penolakannya bukan semata mata faktor ekonomi tetapi karena kebenciannya terhadap orang Belanda Sikap bermusuhan itu sudah tertanam sejak dia masih kecil Bapaknya selalu mengajarinya untuk menjaga jarak dengan orang Belanda dan kaki tangannya Bahkan pernah suatu kali H Hasan ditawari jabatan resmi oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sebagai tokoh agama tetapi ditolaknya Penolakan ini membekas dalam hati para pejabat pemerintah kolonial setempat Jalannya Peristiwa suntingKH Hasan dan pengikutnya terus menolak tunduk kepada aturan Belanda untuk menjual padi pada pemerintah sehingga beliau dinyatakan sebagai pemberontak dan rumahnya dikepung pasukan KNIL supaya menyerah Protes pertama H Hasan dilakukan saat Wedana Leles datang ke rumah H Hasan bersama Lurah Cikendal Saat itu kedua pejabat pemerintah kolonial ini ingin membayar uang muka pembelian padi milik H Hasan sebanyak 40 pikul Tetapi uang itu ditolak karena H Hasan hanya bersedia menjual padinya kepada pemerintah sebanyak 10 pikul Keberanian H Hasan menolak uang dari pejabat Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dibalas dengan sikap arogan Wedana Leles yang emosi mengancam akan mendatangkan pejabat pemerintah dan pasukan bersenjata lengkap untuk menyita sawah H Hasan Setelah kedua orang itu pulang keesokan harinya H Hasan mengirimkan surat kepada Wedana Leles dan menanyakan kebijakan pemerintah membeli 40 pikul padi miliknya dan rencana mendatangkan pejabat pemerintah dan serdadu bersenjata untuk menyita seluruh tanah miliknya Namun surat itu tidak pernah dibalas Bahkan setelah dia mengirim utusan ke Wedana Leles Klimak kedua perlawanan H Hasan adalah saat juru tulis pemerintah kolonial mengabarkan bahkan H Hasan tidak menjual padinya di tempat tempat yang telah ditentukan serta adanya orang orang berpakaian putih bersenjata tajam Sebagai balasan atas sikap H Hasan pada 4 Juli 1919 asisten wedana memerintahkan pejabat sekitar dengan membawa tentara Belanda bersenjata lengkap untuk menangkap H Hasan Di waktu yang sama H Hasan kembali mengirimkan surat dengan pertanyaan yang sama kepada asisten residen Isi surat sama dengan yang pertama terkait rencana penyitaan tanah miliknya nbsp Soerya Karta Legawa Bupati Garoet 1915 1923 BKabar akan ditangkapnya H Hasan membuat gempar Garut Banyak pendukung SI Afdeling B yang merencanakan pemberontakan dan warga yang bersimpati dengan protes H Hasan ikut datang ke rumah H Hasan Jumlah mereka mencapai ribuan Banyaknya para pendukung H Hasan ini membuat penangkapan tanggal 4 Juli 1949 itu ditunda Akhirnya untuk pertama kalinya H Hasan mengetahui setelah berunding dengan asisten wedana bahwa semua permintaannya dalam surat pertama dan kedua tidak dikabulkan Dari situ H Hasan terus menggalang dukungan di lingkungan keluarganya untuk perang sabil Pada hari Sabtu 6 Juli 1919 sekitar jam 12 30 WIB sebanyak 40 orang infantri di bawah pimpinan Mayor Van Der Bie dan Letnan Hillen berangkat ke Garut Mereka hendak melakukan penangkapan terhadap H Hasan Pasukan bersenjata dari Tasikmalaya yang berjumlah 30 orang di bawah pimpinan Komandan Raes juga ikut diterjunkan Sehari kemudian Senin 7 Juli 1919 rombongan bersenjata ini berangkat ke Cimareme Di antara rombongan itu ikut hadir Patih Garut Wedana Bangbulang Wedana Tarogong Kepala Penghulu Garut Wakil Kepala Penghulu Garut penasihat agama Garut Camat Kadungkora dan Camat Nangkaruka Para pejabat kolonial ini membawa serta agen polisi bersenjata Setelah sampai di rumah H Hasan Patih memerintahkan agar dia segera keluar Tidak lama kemudian H Hasan keluar dengan diikuti H Gadjali dan 13 orang pengikutnya Jumlah mereka mencapai 40 orang semuanya laki laki dan berpakaian serba putih dengan senjata dipinggang seperti kapak keris dan kelewang Kemudian mereka duduk di tanah dan Patih berbicara dengan ramah meminta agar H Hasan ikut ke Garut agar masalahnya dapat diurus dengan baik Akan tetapi H Hasan menolak ajakan itu dengan tenang Dia sudah tahu akal bulus Belanda Kepada Patih dia mengatakan dengan pelan bahwa dia dan pengikutnya tidak akan tunduk pada perintah Belanda karena Wedana Leles sebelumnya pernah mengatakan akan mengepung rumahnya dengan serdadu bersenjata lengkap dan akan menyita tanah pertanian keluarganya kemudian menangkapnya Keterangan H Hasan ini didengar banyak warga yang hadir saat itu Kerumunan warga yang berkumpul di sekitar rumah H Hasan semakin banyak Suasana menjadi sangat tegang Saat negosiasi antara pejabat kolonial dengan H Hasan tidak menemukan kesepakatan H Hasan dan pengikutnya masuk ke dalam rumah Namun saat H Hasan masuk pengikutnya yang bernama H Gadjali ditarik seorang opas Serentak H Hasan dan pengikutnya yang berada di dalam langsung meutup pintu dan jendela rapat rapat Mereka kemudian menggelar zikir Suaranya zikirnya semakin keras bahkan saat bupati meminta H Hasan segera keluar Setelah berkali kali meminta tidak didengar serdadu bergerak Setelah satu jam menunggu tiba tiba H Hasan keluar namun bukan untuk menyerahkan diri tetapi memaki para pejabat pemerintah kolonial lalu masuk kembali ke dalam rumah Sekali lagi H Gadjali diperintahkan oleh Bupati untuk masuk kedalam rumah namun malah tidak keluar lagi Bahkan semua pintu dan jendela dikunci dari dalam Di dalam rumah mereka terus berzikir Karena diplomasi berjalan buntu akhirnya tentara Belanda menembakkan salvonya ke atas rumah Tetapi suara zikir semakin kencang Kemudian salvo diarahkan ke genting Lalu terakhir ke pintu dan jendela Akhir Perlawanan suntingH Hasan ditembak mati di dalam rumahnya bersama beberapa pengikutnya dan kepalanya dipenggal oleh tentara KNIL Setelah tembakan ketiga orang orang yang berada di dalam rumah berhenti berzikir Suasana tiba tiba menjadi hening Kemudian terdengar ratap tangis wanita dan anak anak Pintu rumah lalu dibuka paksa dan H Hasan ditemukan tewas bersimbah darah Kepalanya yang diikat dengan jimat tertembus peluru Begitu juga dengan beberapa pengikutnya tewas Untuk menunjukkan kepada seluruh warga yang menyaksikan kejadian itu maka semua korban yang tewas dipenggal kepalanya Hal ini seiabagi peringatan bagi yang melawan pemerintah kolonial Seorang Pimpinan Pusat Pusat Lekra yang Sugiarti Siswadi dalam Kumpulan Cerpen dan Puisi Gelora Api 26 menggambarkan dengan sangat dramatis peristiwa pembunuhan H Hasan dan anggota keluarganya dalam bentuk puisi Berikut puisi Sugiarti Darah siapakah yang menggenang merahMembasahi bumi Priangan Ah itulah darah H HasanDipotong seanak bininyaKonon apakah H Hasan seorang perampok Ah H Hasan hanya mempertahankan sejengkal tanahBeberapa pikul padi dan bakul beras mempertahankan anak bininyaTetapi lehernya dipenggal sekeluarga menemui ajal Dan darah menggenang merah Dan si perampok berkulit putih mengamangkan goloknya Ditengah perjalanan sejarahIa haus darah haus darah Refferensi sunting1 http pensa sb info peristiwa cimareme 1918 Diarsipkan 2017 01 16 di Wayback Machine 2 http etd repository ugm ac id index php mod penelitian detail amp sub PenelitianDetail amp act view amp typ html amp buku id 144823 http daerah sindonews com read 887208 29 peristiwa cimareme mengenang perjuangan h hasan 1406723196 4 https naratasgaroet wordpress com 2014 10 12 ngadu kuda dulu baru urusan politik kisah bupati soeria karta legawa 1919 nbsp Artikel bertopik perang ini adalah sebuah rintisan Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya lbs Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Peristiwa Cimareme amp oldid 24044795