Opera Jakarta adalah film Indonesia yang dirilis pada tahun 1985 yang disutradarai oleh Sjuman Djaya.
Opera Jakarta | |
---|---|
Berkas:Opera Jakarta.JPG | |
Sutradara | |
Produser |
|
Ditulis oleh |
|
Pemeran | Ray Sahetapy Zoraya Perucha Dina Mariana Deddy Mizwar Soekarno M. Noor Ida Kusumah Nani Widjaja Rano Karno Minati Atmanegara Pitrajaya Burnama Joice Erna Anwar Fuady Ratna Riantiarno Dewi Yull Deddy Sutomo Mathias Muchus Cok Simbara A. Nugraha Adi Kurdi Tino Karno |
Distributor | Gramedia Film |
Tanggal rilis | 3 Juni 1985 |
Durasi | 181 menit |
Negara | |
Bahasa |
Penghargaan |
---|
Festival Film Indonesia 1986 |
|
Sinopsis sunting
Klinem (Dewi Yull) pulang ke Bekonang, Solo untuk menyerahkan bayinya pada neneknya untuk diasuh. Oleh sang nenek bayi itu diberi nama Joko, dan dibesarkan tanpa tahu siapa ibunya. Setelah besar Joko sudah menunjukkan kegemarannya bertinju dan sering jadi pemimpin di antara kawan sebayanya. Beberapa tahun kemudian, di keluarga Yonosiswoyo yang otoriter, sedang kebingungan karena Rum (Zoraya Perucha), yang akan menikah sore harinya, pergi dari rumah tanpa ada yang tahu. Ayahnya, Widi Yonosiswoyo (Soekarno M. Noor) seorang insinyur beranak tujuh tinggal ditemani dua istri tuanya. Pamannya, Soni Yonosiswoyo (Deddy Mizwar) seorang jendral dan kelas kakap beristri dua pergi mencari ditemani istri tuanya dan adik Rum. Rum yang punya banyak pacar lebih memilih Yoko (Ray Sahetapy) alias Joko, petinju populer tetapi liar sikap hidupnya. Rum tertarik karena keliarannya itu, apalagi setelah tahu latar belakang Yoko yang gelap waktu kecil, yang menderita sampai akhirnya tertolong karena kepandaiannya bertinju. Ketika hidupnya mulai sukses, Yoko pulang kampung tetapi menjumpai neneknya sudah meninggal karena terseret arus sungai Bengawan Solo yang sedang banjir. Yoko pergi ke Jakarta, jadi tokoh populer dan lambang pembangkang dan antikemapanan bagi anak-anak muda. Karena posisinya ini maka aparat keamanan melibatkan diri. Sebagai anggota aparat keamanan, Soni tidak bisa memahami jiwa Yoko ini, meski istri tuanya telah mengingatkan bahwa Yoko persis seperti dirinya di waktu muda. Berbagai usaha telah dilakukan oleh banyak pihak untuk menjatuhkan Yoko. Yoko dituduh sebagai dalang kerusuhan sosial, dan terakhir dituduh sebagai pemerkosa. Ia berhasil membuktikan bahwa dirinya bersih.
Rum akhirnya pulang dan bersiap menghadapi upacara pernikahannya dengan Santoso (Mathias Muchus) yang dijodohkan orangtuanya, tetapi tidak dicintainya. Di tengah upacara, segerombolan pemuda datang mengacaukan upacara. Penganten disandera. Mereka minta Yoko didatangkan yang bertujuan untuk menghindarkan Yoko dari pertandingan malam harinya yang akan dijadikan ladang pembantaian untuk menghancurkan reputasi Yoko. Teror berhasil digagalkan oleh Soni, para teroris terbunuh. Pemimpinnya ternyata Himan (Rano Karno), adik kandung Rum. Peristiwa ini membuat Yoko nekat menghadapi petinju Korea yang dihadapinya secara habis-habisan. Yoko menang. Keesokan harinya Rum menemuinya dan menyatakan akan kawin dengan Demas (Anwar Fuady), rekan sekantornya yang diam-diam mencintainya.
Penghargaan dan nominasi sunting
Tahun | Penghargaan | Kategori | Penerima | Hasil |
---|---|---|---|---|
1986 | Festival Film Indonesia | Film Terbaik | Opera Jakarta | Nominasi |
Sutradara Terbaik | Sjuman Djaya | Nominasi | ||
Pemeran Utama Pria Terbaik | Ray Sahetapy | Nominasi | ||
Pemeran Pendukung Pria Terbaik | Deddy Mizwar | Menang | ||
Soekarno M. Noer | Nominasi | |||
Penulis Skenario Terbaik | Sjuman Djaya | Nominasi | ||
Pengarah Sinematografi Terbaik | Soetomo Gandasoebrata | Nominasi | ||
Penyunting Gambar Terbaik | Norman Benny | Menang | ||
Penata Suara Terbaik | Nominasi | |||
Penata Artistik Terbaik | Djufri Tannisan | Nominasi | ||
Penata Musik Terbaik | Marusya Nainggolan | Nominasi |
Referensi sunting
- Opera Jakarta[pranala nonaktif permanen]
Pranala luar sunting
- Resensi@Jibis.pnri[pranala nonaktif permanen]