www.wikidata.id-id.nina.az
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu waktu Cari sumber Tjio Wie Tay berita surat kabar buku cendekiawan JSTORTjio Wie Tay atau kemudian lebih dikenal dengan Masagung adalah pendiri dari Toko Gunung Agung 8 September 1927 24 September 1990 merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan Tjio Koan An dan Tjoa Poppi Nio Ayahnya seorang ahli listrik tamatan Belanda sedangkan kakeknya seorang pedagang ternama di kawasan Pasar Baru Bogor Daftar isi 1 Masa kecil 2 Awal bisnis 3 Membangun Toko Gunung Agung 4 Nama Gunung Agung 5 Perkembangan usaha 6 Peran Bung KarnoMasa kecil suntingTjio Wie Tay menjadi anak yatim ketika dia masih berusia empat tahun sejak saat itu kehidupan ekonomi keluarga mereka menjadi sangat sulit Wie Tay tumbuh sebagai anak nakal yang suka berkelahi Ia juga punya kebiasaan suka mencuri buku buku pelajaran kakak kakaknya untuk dijual di pasar Senen guna mendapatkan uang saku Karena kenakalan ini ia tidak bisa menyelesaikan sekolah meski sudah dikirim sampai ke Bogor dan sempat masuk di dua sekolah berbeda Namun justru karena kenakalannya Wie Tay tumbuh sebagai anak pemberani Ia tidak takut berkenalan dengan siapa saja termasuk dengan tentara Jepang yang kala itu mulai masuk ke Banten Bahkan dari tentara Jepang ia mendapatkan satu sepeda Modal keberanian inilah yang kemudian dia bawa masuk ke dalam dunia bisnis dan tidak bisa dimungkiri menjadi salah satu senjata andalannya dalam menggerakkan roda bisnisnya Setelah diusir pamannya dari Bogor dan harus kembali ke Jakarta saat berusia 13 tahun Wie Tay menemukan kenyataan bahwa keadaan ekonomi ibunya belum membaik juga Tak ada jalan lain baginya kecuali harus mencari uang sendiri Awalnya ia kembali ke kebiasaan lama mencuri buku pelajaran kakaknya untuk dijual guna mendapatkan 50 sen Setelah stok buku pelajaran habis ia mencoba menjadi manusia karet di panggung pertunjukkan senam dan aerobatik walaupun penghasilannya ternyata tidak seberapa banyak Awal bisnis suntingWie Tay kemudian banting setir menjadi pedagang rokok keliling Di sinilah sifat beraninya kembali terlihat Ia nekat menemui Lie Tay San seorang saudagar rokok besar kala itu Dengan modal 50 sen ia memulai usaha menjual rokok keliling di daerah Senen dan Glodok Di sini ia mulai rajin menabung karena sudah merasakan betapa susah mencari uang Hasil tabungannya kemudian dibelikan sebuah meja sebagai tempat berjualan di daerah Glodok Karena belum memiliki kios sendiri meja tersebut dititipkan pada sebuah toko onderdil di Glodok sampai akhirnya ia mampu membuka kios di Senen Menjadi pedagang rokok keliling membuka mata Wie Tay remaja bahwa ada tempat partai rokok besar selain Lie Tay San yaitu di Pasar Pagi Maka setelah membuka kios dia mulai membeli rokok di Pasar Pagi Selanjutnya Wie Tay juga berkenalan dengan The Kie Hoat yang bekerja di perusahaan rokok Perola salah satu merek rokok laris kala itu The Kie Hoat kemudian akrab dengan Wie Tay dan Lie Tay San Suatu hari The Kie Hoat ditawari relasinya untuk mencarikan pemasaran Kie Hoat lalu merundingkan dengan kedua sahabatnya tadi Saat Lie Tay San masih ragu Wie Tay yang masih sangat belia dalam bisnis itu malah langsung setuju Ia yakin bisa cepat dijual dan mendatangkan keuntungan besar Ternyata benar namun sayangnya The Kie Hoat akhirnya dipecat dari Perola karena dinilai melanggar aturan perusahaan menjual rokok ke pihak luar yang bukan distributor Ketiga sahabat ini kemudian bergabung dan mendirikan usaha bersama pada tahun 1945 bernama Tay San Kongsie Di sinilah awal pergulatan serius Wie Tay dalam dunia bisnis Mereka memang masih menjual rokok tetapi melebar ke agen bir cap Burung Kenari Pada saat bersamaan mereka juga mulai serius berbisnis buku Atas bantuan seorang kerabat mereka bisa menjual buku buku berbahasa Belanda yang diimpor dari luar Buku buku yang dijual mereka ternyata laku keras Mereka berjualan di lapangan Kramat Bunder tidak jauh dari rumah Lie Tay San Setelah itu mereka membuka toko 3x3 meter persegi kemudian diperluas menjadi 6x9 meter persegi Lantaran keuntungan dari penjualan buku sangat besar mereka lalu memutuskan berhenti berjualan rokok dan berkonsentrasi hanya menjual buku dan alat tulis menulis Tahun 1948 mereka sepakat mengukuhkan bisnis mereka dalam bentuk firma menjadi Firma Tay San Kongsie Saham terbesar dimiliki Lie Tay San 40 The Kie Hoat 27 dan Wie Tay 33 Wie Tay ditunjuk memimpin perusahaan ini Mereka kemudian membuka toko di kawasan Kwitang Ketika orang orang Belanda hendak meninggalkan Indonesia Wie Tay mendatangi rumah orang orang Belanda tersebut dan meminta buku buku bekas mereka untuk dijual dengan harga murah Membangun Toko Gunung Agung suntingPada 13 Mei 1951 Wie Tay menikahi Hian Nio Setelah menikah Wie Tay berpikir untuk mengembangkan usaha menjadi besar Dia mengusulkan kepada kedua rekannya untuk menambah modal Namun Lie Tay San keberatan dia memutuskan mundur dan tetap dengan toko bukunya di lapangan Kramat Bunder kini Toko Buku Kramat Bundar Sementara Tjio Wie Tay bersama The Kie Hoat membangun toko sendiri di Jln Kwitang No 13 sekarang menjadi Gedung Idayu dan Toko Walisongo Saat itu Kwitang masih sepi Jangankan kios buku toko lainnya pun belum ada Baru ketika Wie Tay membuka toko di sana keramaian mulai tercipta Sejumlah gerobak buku mulai kelihatan Sejak saat itu Kwitang menjadi ramai Nama Gunung Agung suntingCukup lama Tjio Wie Tay mencari nama untuk toko barunya Kemudian baru muncul ide untuk menerjemahkan namanya sendiri ke dalam bahasa Indonesia Tjio Wie Tay dalam bahasa Indonesia berarti Gunung Besar atau Gunung Gede tetapi Wie Tay mengubahnya menjadi Gunung Agung Perkembangan usaha suntingToko buku mereka berkembang pesat Pesanan dari luar Jakarta berdatangan tidak hanya buku tetapi juga kertas stensil kertas tik dan tinta Melihat perkembangan ini tercetuslah ide untuk membina usaha dengan kalangan yang dekat dengan buku antara lain kalangan wartawan dan pengarang Sejumlah wartawan senior kala itu ikut bergabung termasuk sejumlah saudagar tingkat atas Tidak heran kalau buku buku yang diterbitkan pada awal berdirinya adalah buku buku sastra tulisan tangan para orang dalam tersebut Bentuk usaha firma lalu diubah menjadi NV Saat peresmian NV Gunung Agung Wie Tay membuat gebrakan dengan menggelar pameran buku pada 8 September 1953 Dengan modal Rp 500 ribu mereka berhasil memamerkan sekitar 10 ribu buku Tanggal ini yang kemudian dianggap sebagai hari lahirnya Toko Gunung Agung yang juga menjadi hari kelahiran Wie Tay sendiri Menggelar pameran buku seolah menjadi trade mark bentuk promosi yang dilakukan Gunung Agung Tahun 1954 Wie Tay mengadakan lagi pameran buku tingkat nasional bertajuk Pekan Buku Indonesia 1954 Pada acara inilah Wie Tay bertemu dan berkenalan dengan dua tokoh nasional yang sangat dikaguminya yakni Bung Karno dan Bung Hatta Bagi dia pertemuan dengan Bung Karno adalah hal yang menakjubkan Selain sebagai presiden Bung Karno adalah tokoh yang sangat dikaguminya sejak dia masih kecil Peran Bung Karno suntingSukses menyelenggarakan Pekan Buku Nasional dan kedekatannya dengan Bung Karno membuat Gunung Agung dipercaya membantu pemerintah menyelenggarakan Pameran Buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa Indonesia pada tahun yang sama Dari sana dilanjutkan dengan pembukaan Cabang Gunung Agung di Yogyakarta 1955 Tahun 1956 kembali Gunung Agung diminta pemerintah menyelenggarakan pameran buku di Malaka dan Singapura Tahun 1963 Toko Gunung Agung sudah memiliki sebuah gedung megah berlantai tiga di Jln Kwitang 6 Acara ulang tahun ke 10 tersebut yang diikuti dengan peresmian gedung tersebut dihadiri langsung Bung Karno Pada tahun itu juga tepatnya 26 Agustus 1963 Wie Tay berganti nama menjadi Masagung Kalau padanya ditanyakan tokoh siapa yang paling berpengaruh dalam bisnis penerbitan dan toko buku maka Masagung pasti akan menyebut nama Bung Karno Ia pun selalu teringat akan pesan Bung Karno padanya Masagung saya ingin saudara meneruskan kegiatan penerbitan Ini sangat bermanfaat untuk mencerdaskan bangsa jadi jangan ditinggalkan ujar Bung Karno Seraya memeluk Masagung Bung Karno menyerahkan kepercayaan kepada Masagung untuk menerbitkan dan memasarkan buku bukunya semacam Di Bawah Bendera Revolusi 2 jilid Biografi Bung Karno tulisan wartawan AS Cindy Adams buku koleksi lukisan Bung Karno 5 jilid serta sejumlah buku tentang Bung Karno lainnya Penerbitan buku buku Bung Karno inilah yang membawa Gunung Agung menanjak Bantuan Bung Karno tidak berhenti di situ Bung Karno juga meminta Gunung Agung mengisi kebutuhan buku bagi masyarakat Irian Barat saat Trikora Masagung lalu kemudian mengadakan pesta buku di Biak Marauke Serui Fak Fak Sorong dan Manokwari Tugas yang sama kembali diemban untuk masyarakat Riau dalam rangka Dwikora Bukan cuma di Indonesia Masagung juga agresif membangun jaringan di luar negeri Tahun 1965 dia membuka cabang Gunung Agung di Tokyo Jepang Lalu mengadakan pameran buku Indonesia di Malaysia awal 1970 an Ternyata kepak sayap bisnis Masagung tidak sebatas toko buku dan penerbitan Ia juga merambah bisnis lain Ia tercatat mengelola bisnis ritel bekerjasama dengan Departement Store Sarinah di Jln MH Thamrin lalu masuk ke Duty Free Shop money changer dan perhotelan Kini juga mengageni pena Parker rokok Dunhill dan Rothmans majalah Time sampai komputer Honeywell Ia juga mendirikan PT Jaya Bali Agung sebuah perusahaan pariwisata Ia juga pernah menjadi Direktur PT Jaya Mandarin Agung pengelola Hotel Mandarin Jakarta sebuah usaha patungan dengan Hong Kong Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Tjio Wie Tay amp oldid 25051048