www.wikidata.id-id.nina.az
Ke Lesap adalah putera Madura keturunan dari Pangeran Sosro Diningrat Pangeran Tjokro Diningrat III Pangeran Cakraningrat III 1707 1718 dengan isteri selir Tokoh ini sering muncul dari cerita rakyat Madura Daftar isi 1 Kehidupan awal 2 Pemberontakan 3 Bengkah La An 4 Pranala luar 5 Bacaan lanjutKehidupan awal suntingPada suatu waktu Ke Lesap diberitahu oleh ibunya tentang siapa sebenarnya ayahnya Sebagai seorang pemuda ia merasa kesal dan berusaha untuk tampil ke depan dengan berbagai macam keahliannya Kek Lesap muda memiliki kebiasaan suka sekali bertapa di Gunung gunung dan di kuburan kuburan yang keramat Pada suatu waktu ia bertapa di gunung Geger di Bangkalan dengan waktu yang cukup lama hingga setelah bertapa ia mempunyai beberapa macam keahlian dan terutama keahliannya sebagai dukun untuk menyembuhkan bermacam macam penyakit yang diderita oleh orang orang Hal itu terdengar oleh Raja Bangkalan yang bernama Suro Diningrat Pangeran Tjokro Diningrat IV Pangeran Cakraningrat IV 1718 1736 Lalu ia dipanggil dan diperkenankan untuk tinggal di Bangkalan dan diberi hadiah berupa rumah di Desa Pejagan selain itu Raja juga mengizinkan ia untuk menjalankan praktiknya sebagai dukun Sebagai dukun ia tak segan untuk memberi berbagai macam obat obatan kepada siapapun yang menderita sakit Meskipun sudah mendapat penghormatan semacam itu Ke Lesap masih merasa belum puas karena ia merasa sering diawasi oleh Raja Sementara Ke Lesap sendiri mempunyai maksud tersembunyi yaitu dia berambisi untuk memegang pemerintahan di seluruh Madura karena itu Ke Lesap meninggalkan kota Bangkalan dengan menuju ke arah timur dan akhirnya ia sampai di gua Gunung Pajuddan di daerah Guluk Guluk dan di gua itulah ia bertapa untuk beberapa tahun lamanya Diceritakan bahwa Ke Lesap mempunyai sebuah calok atau golok yang dinamai dengan Kodhi Crancang yang dapat disuruh untuk mengamuk sendiri tanpa ada seorang pun yang memegangnya karena kesaktian kesaktian yang dimilikinya maka ia makin dikenal sampai ke seluruh pelosok Madura Pemberontakan suntingAkhirnya Ke Lesap merasa yakin pada dirinya sendiri bahwa ia sudah cukup mampu untuk mengobarkan api pemberontakan keahlian dan kemasyhurannya banyak membawa simpati pada rakyat sehingga ketika ia turun dari pertapaannya di gunung Pajuddan dan ia mulai dapat menaklukan desa desa yang ia datangi Dengan bantuan pengikutnya Ke Lesap yang dikomandoi oleh panglima perangnya yang bernama oleh Raden Buka mulai menyerang kerajaan Sumenep pada tahun 1749 1750 M Pertempuran terjadi di mana mana dan tak lama kemudian Sumenep dapat didudukinya Kanjeng Pangeran Ario Cokronegoro IV atau Raden Alza atau Raja Sumenep XXVIII 1744 1749 sebagai Raja Sumenep merasa sangat ketakutan dan ia melarikan diri bersama sama keluarganya ke Surabaya dan melaporkan adanya pemberontakan itu kepada Kompeni Belanda VOC 1749 M yang berada di Surabaya Setelah keraton Sumenep dapat diduduki Ke Lesap menempatkan Raden Buka sebagai Raja Sumenep 1749 1750 Selanjutnya Kek Lesap menuju ke Pamekasan melalui jalan sebelah selatan ialah Bluto Prenduan Kaduaradan seterusnya Di manapun tempat yang ia lalui dia selalu disambut oleh rakyat dengan penuh simpati dan terus rakyat menggabungkan diri sebagai pasukan pemberontak Pamekasan dengan mudah pula dapat dikalahkan karena pada waktu itu Raja Pamekasan Tumenggung Ario Adikoro IV R Ismail tidak ada di tempat karena ia sedang bepergian ke Semarang Raden Adikoro IV tak lain adalah menantu Cakraningrat V yang bertahta di Bangkalan sewaktu Adikoro IV kembali dari Semarang dan singgah di Bangkalan ia lalu mendengar dari mertuanya bahwa Ke Lesap melakukan pemberontakan setelah mendengar berita itu Adikoro IV meminta diri kepada ayahnya untuk berangkat berperang melawan Ke Lesap Ia sangat marah karena memikirkan nasib rakyat pamekasan yang tentunya kocar kacir karena ditinggal pemimpinnya Dengan diiringi pengikutnya yang masih setia Adikoro IV terus menuju ke Sampang Di kota ini ia berhenti untuk beristirahat sebentar pada saat makan siang datanglah seorang utusan Ke Lesap dengan membawa sepucuk surat yang isinya menantang untuk berperang Adikoro IV sangat marah dan serta merta nasinya tidak dimakannya bahkan ia terus berdiri dan menanyakan kepada orang orang banyak siapa yang sanggup mengikuti dirinya untuk berperang dengan Ke Lesap Penghulu Bagandan tidak menyetujui untuk berangkat segera karena hari itu adalah hari naas dan menasihatkan untuk berangkat keesokan harinya saja Tetapi Adikoro tidak sabar untuk menunggu semalam saja ia menanyakan lagi siapa yang sanggup mati bersama bersama dengan dirinya Penghulu Bagandan menyahut bahwa ia yang pertama bersedia untuk mati bersama pemimpinnya karena itu tanpa ditunda tunda lagi Adikoro berangkat dengan diikuti penghulu Bagandan dan pengiring pengiring menuju ke Pamekasan Adikoro IV dan pasukannya mengamuk sedemikian rupa sehingga musuhnya dapat dipukul mundur sampai ke Pangantenan di daerah Pamekasan namun karena jumlah pasukan Adikoro sangat sedikit dan ia sendiri sudah amat lelah maka tidak lama kemudian perutnya terkena senjata sampai ususnya keluar Tetapi semangatnya tidak padam dengan melilitkan tangkai ususnya pada tangkai kerisnya ia terus mengamuk dengan tombaknya rupanya ia kehabisan tenaga juga dan terus jatuh dan meninggal dunia Demikian pula Penghulu Bagandan gugur di Medan pertempuran bersama Adikoro IV Setelah Adikoro IV dapat dikalahkan maka Ke Lesap beserta pasukannya terus menuju ke Bangkalan Saat itu Bangkalan dipimpin oleh Raden Adipati Sejo Adi Ningrat I Panembahan Tjokro Diningrat V Pangeran Cakraningrat V 1736 1769 di Bangkalan pertempuran hebat pun dimulai sebab pasukan Cakraningrat V mengadakan perlawanan perlawanan yang cukup berkobar tetapi lama kelamaan pasukan Bangkalan dapat dipukul mundur dan saat bantuan Kumpeni Belanda telah didatangkan dari Surabaya pertempuran terus berkobar kembali Bantuan dari Kumpeni belanda tidak dapat bertahan dan terpaksa mundur pula Merasa hampir kalah Cakraningrat V akhirnya mengungsi ke daerah Malajah sedangkan Benteng masih dipertahankan oleh Pasukan Kompeni Belanda VOC dan waktu itu Ke Lesap membuat Pesanggrahan di desa Tonjung Bengkah La An suntingPada suatu malam Cakraningrat V bermimpi supaya Ke Lesap dikirimi seorang perempuan dengan disuruh memegang bendera putih yang maksudnya Bangkalan akan menyerah tipu muslihat itu keesokan harinya dijalankan seorang perempuan diberinya pakaian Keraton serta disuruh memegang bendera putih dan terus dikirimkan kepada Ke Lesap Ke Lesap menerima pemberian itu dan wanita si pemberi hadiah itupun dibawa ke Pesanggrahannya dengan keyakinan bahwa Bangkalan sudah menyerah Pada waktu Cakraningrat V menunggu reaksi Ke Lesap dengan dikirimkannya seorang wanita yang memegang bendera putih tiba tiba terlihatlah tombak pusaka Bangkalan yang bernama Ki Nenggolo gemetar dan bersinar sinar seolah mengeluarkan api Cakraningrat V bangkit dari tempat duduknya dan langsung mengambil tombak itu ia lalu mengajak pasukannya untuk berangkat berperang guna menumpas pemberontakan Ke Lesap Sesampainya di Desa Tonjung Ke Lesap sangat terkejut karena Cakraningrat V datang menyerang dengan tiba tiba dengan tidak menunggu lama Cakraningrat V mendatangi pempinan pemberontak itu dan menancapkan tombaknya pada seketika itu Ke Lesap meninggal Rakyat Bangkalan yang mengikuti Rajanya berseru Bengkah la an yang artinya sudah matilah Karena itu sebagian orang Madura mengatakan bahwa nama Bangkalan itu berasal dari kalimat itu Pranala luar suntingCerita Ke Lesap Hasan Sasra Pangpang se Kamantan dongeng rakyat Madura Diarsipkan 2016 03 06 di Wayback Machine di arsip Universitas Iowa http madurese lib uiowa edu pdftranscripts mvp003lesaptxtindo pdf pranala nonaktif permanen Bacaan lanjut suntingBouvier Helene 1994 La matiere des emotions Les arts du temps et du spectacle dans la societe madouraise Indonesie Publications de l Ecole Francaise d Extreme Orient vol 172 Paris EFEO ISBN 2 85539 772 3 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Kek Lesap amp oldid 23740304