Impian Kemarau adalah film drama Indonesia yang dirilis pada 2004 yang disutradarai oleh Ravi Bharwani serta dibintangi oleh Levie Hardigan dan Clara Sinta. Pengambilan gambar film pertama Ravi Bharwani ini dilakukan dalam video digital betacam, lalu ditransfer ke film 35 mm. Film ini mendapat dukungan dana dari Hubert Bals Fund of the International Film Festival, Rotterdam. Pemutaran perdana di Indonesia dalam acara Jiffest 2004.
| Impian Kemarau | |
|---|---|
| Sutradara | Ravi Bharwani |
| Produser | Novialita M. Abduh Aziz Shanty Harmayn Ravi Bharwani |
| Ditulis oleh | Ravi Bharwani M. Abduh Aziz Armantono |
| Pemeran | Levie Hardigan Clara Sinta Ria Irawan |
| Penata musik | Thoersi Argeswara |
| Sinematografer | Yudi Datau |
| Penyunting | Sastha Sunu |
Tanggal rilis | 2004 |
| Durasi | 83 menit |
| Negara | Indonesia |
| Bahasa | Indonesia |
Sinopsis sunting
Di sebuah desa yang kering di tepi pantai (air pun hanya bisa diperoleh setetes demi setetes), Johan (Levie Hardigan), dengan peralatannya mengirimkan data-data cuaca, agar desa tersebut bisa dicurahi hujan buatan. Sinden Asih (Clara Sinta) yang cantik menghibur desa dengan suara maupun tubuhnya. Ini nasib yang harus dijalaninya, kata dalang. Pembantunya (Ria Irawan) mengabdi sepenuh hati. Asih dan Johan saling jatuh cinta. Ini merupakan malapetaka desa, hingga ada orang bunuh diri. Asih yang dianggap milik desa dan bukan perorangan, disuruh berendam di sebuah sungai di barat desa. Johan harus kecewa karena hujan buatan yang jadi obsesinya, dibatalkan. Pesawat-pesawat terbang digunakan untuk kampanye pemilu. Kisah disampaikan dalam bentuk puisi, hingga yang tampil adalah kesan-kesan, bukan cerita utuh. Sangat sedikit dialog yang terucap. Tembang-tembang Jawa yang dinyanyikan di banyak tempat menjadi salah satu kunci pemahaman, terutama tentang nasib dan kehidupan. Kritik sosial yang disampaikan di bagian akhir menjadi sangat menyengat, meski tampil seolah sambil lalu. Desa miskin dan kerontang yang terpencil itu tidak masuk hitungan dalam poltik nasional. Modernitas dan takhayul dihadirkan berbarengan tanpa saling mengganggu dalam film ini, tanpa adanya pemihakan atau penghakiman yang tegas. Realitas masyarakat hadir tanpa realisme.
Penghargaan dan Nominasi sunting
| Tahun | Penghargaan | Kategori | Penerima | Hasil |
|---|---|---|---|---|
| 2004 | Busan International Film Festival | Asian New Current Competition Section | Impian Kemarau | Nominasi |
| 2005 | Bangkok International Film Festival | Best ASEAN Film | Nominasi | |
| Shanghai International Film Festival | Asian New Talent Award | Menang |
Referensi sunting
- Laman Impian Kemarau[pranala nonaktif permanen], diakses pada 5 Juli 2011