www.wikidata.id-id.nina.az
Hak hak reproduktif adalah hak dan kebebasan terkait dengan aspek reproduksi dan kesehatan reproduksi yang bervariasi di berbagai belahan dunia 1 Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan hak hak reproduktif sebagai berikut Hak hak reproduktif ditopang oleh pengakuan hak dasar semua pasangan dan individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah jarak dan pemilihan waktu untuk anak mereka dan untuk dapat memperoleh informasi dan cara untuk melakukannya dan hak untuk mencapai standar kesehatan seksual dan reproduktif tertinggi Hak hak ini juga termasuk hak semua orang untuk membuat keputusan mengenai reproduksi tanpa diskriminasi paksaan dan kekerasan 2 Hak hak reproduktif perempuan dapat mencakup beberapa atau semua hak berikut hak untuk melakukan aborsi secara aman dan sesuai dengan jalur hukum hak untuk melakukan pengaturan kelahiran kebebasan dari sterilisasi paksa hak untuk mendapat kesehatan reproduktif yang berkualitas baik dan hak pendidikan dan akses agar dapat membuat pilihan reproduktif yang bebas dan berpengetahuan 3 Hak hak reproduktif juga dapat mencakup hak untuk memperoleh pendidikan mengenai penyakit menular seksual dan aspek aspek seksualitas lainnya serta perlindungan dari praktik yang berbahaya seperti khitan pada perempuan 1 3 4 5 Hak hak reproduktif mulai berkembang sebagai hak asasi manusia di Konferensi Internasional mengenai Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa pada tahun 1968 4 Proklamasi Tehran yang dihasilkan dari konferensi tersebut merupakan dokumen internasional pertama yang mengakui salah satu dari hak hak tersebut dengan menyatakan bahwa orang tua memiliki hak asasi manusia untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab atas jumlah dan jarak antara anak anak mereka 4 6 Namun proses perumusan hak hak tersebut di dalam perjanjian internasional yang mengikat secara hukum berlangsung lamban Maka dari itu beberapa hak sudah diakui sebagai bagian dari hukum internasional yang mengikat tetapi hak hak lain hanya terbatas di rekomendasi rekomendasi yang tidak mengikat sehingga hanya berstatus sebagai soft law dalam hukum internasional Bahkan masih ada hak yang belum diterima oleh seluruh komunitas internasional dan hanya terbatas pada aktivis aktivis HAM 7 Maka isu mengenai hak hak reproduktif adalah salah satu isu HAM yang paling diperdebatkan di dunia akibat perbedaan agama dan budaya 8 Daftar isi 1 Sejarah 1 1 Proklamasi Tehran 1 2 Program Aksi Kairo 2 Catatan kaki 3 Pranala luarSejarah suntingProklamasi Tehran sunting Pada tahun 1945 Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa memuat kewajiban untuk mempromosikan penghormatan universal terhadap dan pemenuhan hak asasi manusia dan kebebasan dasar bagi semua orang tanpa diskriminasi terkait ras jenis kelamin bahasa atau agama Namun Piagam tersebut tidak mendefinisikan hak hak tersebut Tiga tahun kemudian PBB mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia DUHAM dokumen hukum internasional pertama yang menjelaskan hak asasi manusia DUHAM tidak menyebutkan hak reproduksi Hak reproduksi mulai muncul sebagai subset hak asasi manusia dalam Proklamasi Tehran tahun 1968 yang menyatakan Orang tua memiliki hak asasi manusia dasar untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah dan jarak antara kelahiran anak anak mereka 9 Hak ini dikonfirmasi oleh Majelis Umum PBB dalam Deklarasi Kemajuan dan Pembangunan Sosial 1969 yang menyatakan Keluarga sebagai unit dasar masyarakat dan lingkungan alami bagi pertumbuhan dan kesejahteraan semua anggotanya terutama anak anak dan pemuda harus dibantu dan dilindungi sehingga dapat sepenuhnya memenuhi tanggung jawabnya dalam komunitas Orang tua memiliki hak eksklusif untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah dan jarak antara kelahiran anak anak mereka 10 Konferensi Tahun Wanita Internasional PBB pada tahun 1975 mengulangi Proklamasi Tehran 11 Program Aksi Kairo suntingProgram Aksi Kairo yang berdurasi dua puluh tahun diadopsi pada tahun 1994 dalam Konferensi Internasional tentang Penduduk dan Pembangunan ICPD di Kairo Program Aksi yang tidak mengikat ini menegaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan reproduksi individu bukan target demografi Program ini merekomendasikan agar layanan perencanaan keluarga disediakan dalam konteks layanan kesehatan reproduksi lainnya termasuk layanan untuk persalinan yang sehat dan aman perawatan infeksi menular seksual dan perawatan pasca aborsi ICPD juga mengatasi isu isu seperti kekerasan terhadap perempuan perdagangan seks dan kesehatan remaja 12 Program Kairo merupakan dokumen kebijakan internasional pertama yang mendefinisikan kesehatan reproduksi 12 menyatakan bahwa 1 Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik mental dan sosial yang lengkap dan bukan sekedar ketiadaan penyakit atau ketidakmampuan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsinya Oleh karena itu kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa seseorang dapat memiliki kehidupan seks yang memuaskan dan aman serta memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk memutuskan kapan dan seberapa sering melakukannya Terkandung dalam kondisi terakhir ini adalah hak bagi laki laki dan perempuan untuk diberi informasi dan akses ke metode perencanaan keluarga yang aman efektif terjangkau dan dapat diterima yang sesuai dengan pilihan mereka serta metode lain untuk mengatur kesuburan yang tidak melanggar hukum dan hak akses ke layanan kesehatan yang tepat yang akan memungkinkan wanita melalui kehamilan dan persalinan dengan aman dan memberikan pasangan kesempatan terbaik untuk memiliki bayi yang sehat paragraf 72 Berbeda dengan konferensi konferensi penduduk sebelumnya berbagai kepentingan dari tingkat bawah hingga pemerintah diwakili dalam pertemuan di Kairo Sebanyak 179 negara menghadiri Konferensi Internasional tentang Penduduk dan Pembangunan ICPD dan secara keseluruhan sebanyak sebelas ribu perwakilan dari pemerintah LSM lembaga internasional dan aktivis masyarakat berpartisipasi 12 ICPD tidak membahas implikasi jangka panjang epidemi HIV AIDS Pada tahun 1999 rekomendasi pada ICPD 5 diperluas untuk mencakup komitmen pada edukasi AIDS penelitian dan pencegahan transmisi ibu anak serta pengembangan vaksin dan mikrobisida 12 Program Aksi Kairo diadopsi oleh 184 negara anggota PBB Namun demikian banyak negara Amerika Latin dan Islam mengajukan keberatan resmi terhadap program ini terutama terkait dengan konsep hak reproduksi dan kebebasan seksual perlakuan aborsi dan potensi ketidakcocokan dengan hukum Islam 13 Implementasi Program Aksi Kairo bervariasi dari negara ke negara Di banyak negara ketegangan muncul setelah ICPD menerapkan pendekatan berbasis hak asasi manusia Sejak ICPD banyak negara telah memperluas program kesehatan reproduksi mereka dan mencoba mengintegrasikan layanan kesehatan ibu dan anak dengan perencanaan keluarga Lebih banyak perhatian diberikan pada kesehatan remaja dan konsekuensi dari aborsi yang tidak aman Lara Knudsen mengamati bahwa ICPD berhasil memasukkan bahasa feminis ke dalam literatur pemerintah dan lembaga penduduk namun di banyak negara konsep konsep yang mendasar tidak banyak diterapkan Dalam dua pertemuan persiapan untuk ICPD 10 di Asia dan Amerika Latin Amerika Serikat di bawah Administrasi George W Bush adalah satu satunya negara yang menentang Program Aksi ICPD 12 Catatan kaki sunting a b c Cook Rebecca J Fathalla Mahmoud F 1996 Advancing Reproductive Rights Beyond Cairo and Beijing International Family Planning Perspectives 22 3 115 21 doi 10 2307 2950752 JSTOR 2950752 Archived copy Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009 07 26 Diakses tanggal 2010 08 29 a b Amnesty International USA 2007 Stop Violence Against Women Reproductive rights SVAW Amnesty International USA Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008 01 20 Diakses tanggal 2007 12 08 a b c Freedman Lynn P Isaacs Stephen L 1993 Human Rights and Reproductive Choice Studies in Family Planning 24 1 18 30 doi 10 2307 2939211 JSTOR 2939211 PMID 8475521 Template Nocirc org Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011 06 06 Diakses tanggal 19 August 2017 Proclamation of Teheran International Conference on Human Rights 1968 Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007 10 17 Diakses tanggal 2007 11 08 Center for Reproductive Rights International Legal Program Establishing International Reproductive Rights Norms Theory for Change Diarsipkan 2006 01 30 di Wayback Machine US CONG REC 108th CONG 1 Sess E2534 E2547 Rep Smith Dec 8 2003 We have been leaders in bringing arguments for a woman s right to choose abortion within the rubric of international human rights However there is no binding hard norm that recognizes women s right to terminate a pregnancy While there are hard norms prohibiting sex discrimination that apply to girl adolescents these are problematic since they must be applied to a substantive right i e the right to health and the substantive reproductive rights of adolescents are not hard yet There are no hard norms on age discrimination that would protect adolescents ability to exercise their rights to reproductive health sexual education or reproductive decisionmaking In addition there are no hard norms prohibiting discrimination based on marital status which is often an issue with respect to unmarried adolescents access to reproductive health services and information The soft norms support the idea that the hard norms apply to adolescents under 18 They also fill in the substantive gaps in the hard norms with respect to reproductive health services and information as well as adolescents reproductive autonomy There are no hard norms in international human rights law that directly address HIV AIDS directly At the same time a number of human rights bodies have developed soft norms to secure rights that are rendered vulnerable by the HIV AIDS epidemic Practices with implications for women s reproductive rights in relation to HIV AIDS are still not fully covered under existing international law although soft norms have addressed them to some extent There is a lack of explicit prohibition of mandatory testing of HIV positive pregnant women under international law None of the global human rights treaties explicitly prohibit child marriage and no treaty prescribes an appropriate minimum age for marriage The onus of specifying a minimum age at marriage rests with the states parties to these treaties We have to rely extensively on soft norms that have evolved from the TMBs and that are contained in conference documents to assert that child marriage is a violation of fundamental human rights Knudsen Lara 2006 Reproductive Rights in a Global Context Vanderbilt University Press hlm 1 ISBN 0 8265 1528 2 Proclamation of Teheran web archive org 2007 10 17 Archived from the original on 2007 10 17 Diakses tanggal 2023 03 25 Pemeliharaan CS1 Url tak layak link unhchr ch ww12 unhchr ch dalam bahasa Inggris Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023 04 17 Diakses tanggal 2023 03 25 World Conference of the International Women s Year United Nation Women Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022 09 01 Diakses tanggal 2023 03 25 a b c d e Knudsen Lara 2006 Reproductive rights in a global context South Africa Uganda Peru Denmark United States Vietnam Jordan Nashville Tenn Vanderbilt University Press ISBN 978 0 8265 1528 5 Parameter url status yang tidak diketahui akan diabaikan bantuan Report of ICPD United Nation Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019 05 06 Diakses tanggal 2023 03 25 Pranala luar suntingThe League of Women Voters on Reproductive Choice Diarsipkan 2011 10 18 di Wayback Machine UNFPA Population Issues Reproductive Rights Diarsipkan 2014 07 09 di Wayback Machine American Civil Liberties Union Diarsipkan 2009 10 23 di Wayback Machine Women s Global Network for Reproductive Rights Diarsipkan 2023 08 04 di Wayback Machine Network that links grassroots organizations that are active within this topic nbsp Artikel bertopik hukum ini adalah sebuah rintisan Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya lbs Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Hak hak reproduktif amp oldid 25445276