Yumi Ishikawa adalah pemimpin dan pendiri gerakan #KuToo asal Jepang yang juga merupakan seorang aktris, model, dan penulis. Ia menjadi salah satu tokoh perempuan yang masuk ke dalam daftar 100 Tokoh Perempuan BBC pada Oktober 2019. Ia memulai gerakan #KuToo untuk menentang praktik kerja yang diskriminatif terhadap perempuan, terutama kewajiban menggunakan sepatu berhak tinggi. Istilah #KuToo terinspirasi dari gerakan #MeToo. Kata 'kutsu' berarti sepatu, sedangkan 'kutsuu' berarti rasa sakit. Ia memulai gerakan ini setelah lelah bekerja paruh waktu dengan sepatu berhak tinggi di sebuah jasa pemakaman. Kewajiban bersepatu dengan hak tinggi berlaku untuk perempuan di semua industri. Sebagai akibatnya, mereka mengeluhkan rasa sakit pada jempol kaki (bunions), kaki melepuh, dan pendarahan.
Yumi mempopulerkan tagar #KuToo pada 2019 di Twitter dan menimbulkan pro kontra di negaranya. Ia menerima kecaman dan ancaman baik dari kaum laki-laki maupun perempuan. Namun, ia juga mendapatkan dukungan berupa petisi yang ditandatangi oleh sekitar 32.000 orang. Para penanda tangan petisi tersebut ingin menentang kultur masyarakat Jepang yang konformis terhadap ekspektasi masyarakat dan diskriminasi gender yang mengakar kuat di dalamnya. Yumi mengirimkan hasil petisi tersebut ke Kementerian Kesehatan, Buruh, dan Kesejahteraan. Namun, ia tidak menerima respon apapun. Meski gerakan ini belum mencapai momentumnya di negaranya sendiri, setiap bulan ribuan perempuan terlibat dalam 'Demonstrasi Bunga' untuk menentang kekerasan seksual sejak April 2019. Gerakan ini memang belum mampu mengubah budaya kerja yang diskriminatif terhadap pekerja perempuan Jepang, tetapi setidaknya mereka kini lebih memiliki suara. Gerakan #Kutoo memicu banyak dialog mengenai hak-hak karyawan perempuan di tempat kerja.
Daftar referensi sunting
- Inagaki, Kana (2019-12-05). "'I was unashamed': Yumi Ishikawa on fighting sexism in Japan". www.ft.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-03-11.
- ^ Yee, Chen May; Ishikawa, Yoko. "Yumi Ishikawa, founder, #KuToo". Wunderman Thompson (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-08-05.
- ^ Denyer, Simon; Kashiwagi, Akiko. "In Japan, a campaign against high heels targets conformity and discrimination". Washington Post (dalam bahasa Inggris). ISSN 0190-8286. Diakses tanggal 2021-03-11.