www.wikidata.id-id.nina.az
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu waktu Cari sumber Suku Moronene berita surat kabar buku cendekiawan JSTORSuku Moronene adalah salah satu dari empat suku besar suku Tolaki Buton Muna di Sulawesi Tenggara Suku MoroneneDaerah dengan populasi signifikanSulawesi Tenggara 250 000BahasaMoronene dan Indonesia AgamaIslamKelompok etnik terkaitTolaki ButonMenurut antropolog Universitas Haluoleo Kendari Sarlan Adi Jaya Moronene adalah suku asli pertama yang mendiami wilayah itu Namun pamornya kalah dibanding suku Tolaki karena pada abad ke 18 kerajaan suku Moronene luas wilayahnya hampir 3 400 kilometer persegi kalah dari kerajaan suku Tolaki EtimologiSecara etimologi istilah Moronene berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Moronene yakni moro dan nene yang memiliki arti serupa kaitannya dengan Morotai dan resam sejenis tumbuhan paku yang biasanya hidup mengelompok Gleichenia linearis hal ini merujuk kepada wilayah kawasan kediaman dimana kelompok masyarakat suku Moronene berasal yang mana banyak ditumbuhi resam Resam biasanya hidup subur di daerah lembah atau pinggiran sungai yang mengandung banyak air Sebagai petani peramu dan pemburu masyarakat suku Moronene memang sejatinya hidup di kawasan sumber air Kulit batang resam bisa dijadikan tali sedangkan daunnya dapat digunakan untuk membungkus makanan contohnya yakni dapat dijadikan sebagai pembungkus kue lemper SejarahSuku Moronene tergolong suku bangsa dari rumpun Melayu Tua yang datang dari Hindia Belakang pada zaman prasejarah atau zaman batu muda kira kira 2 000 tahun sebelum Masehi sejarah tua moronene kemudian terbentuk pemerintah Bombana yang kemudian memecah menjadi tiga protektorat pemerintah Kabaena Poleang Rumbia Tidak diketahui kapan tepatnya suku Moronene mulai menghuni kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Tetapi sebuah peta yang dibuat pemerintah Belanda pada tahun 1820 sudah mencantumkan nama Kampung Hukaea yakni kampung terbesar orang Moronene yang sekarang masuk dalam areal taman nasional itu Permukiman mereka tersebar di tujuh kecamatan enam di Kabupaten Buton dan satu di Kabupaten Kolaka Di luar komunitas itu orang Moronene menyebar pula di beberapa tempat seperti Kabupaten Kendari karena terjadinya migrasi akibat gangguan keamanan dari Darul Islam sekitar tahun 1952 1953 Kampung Hukaea Laea dan Lampopala biasa disebut orang Moronene sebagai Tobu Waworaha atau perkampungan tua bekas tempat tinggal para leluhur Orang orang Moronene masih sering mengunjungi tobu untuk membersihkan kuburan leluhur mereka ketika hari raya Idul Adha tiba sebagian warga Moronene beragama Islam Belakangan setelah beberapa kuburan digali dan dipindahkan oleh orang tak dikenal orang orang Moronene bermukim kembali di Hukaea Laea Di zaman administrasi pemerintah Belanda Hukaea termasuk distrik Rumbia yang dipimpin seorang mokole kepala distrik Rumbia membawahkan 11 tobu tujuh di antaranya masuk dalam wilayah taman nasional Menurut Abdi dari LSM Suluh Indonesia jumlah orang Moronene di Sulawesi Tenggara saat ini diperkirakan sekitar 50 000an 0 5 persen di antaranya tinggal dalam kawasan taman nasional Seperti kebanyakan masyarakat adat lainnya orang Moronene juga melakukan perladangan berpindah dengan sistem rotasi Tapi sistem itu sudah lama ditinggalkan dan mereka memilih menetap Suku Moronene juga dikenal pandai memelihara ekosistem mereka Jonga atau sejenis rusa misalnya masih sering ditemui di sekitar permukiman mereka di Hukaea termasuk burung kakatua jambul kuning satwa endemik Sulawesi yang dilindungi Namun sifat asli suku ini yang memegang adat mosombu lebih merasa tenang menyendiri namun kehidupan tenang itu perlahan lahan terusik ketika pemerintah pada tahun 1990 menetapkan kawasan itu sebagai taman nasional Dengan alasan itulah aparat Pemda Sulawesi Tenggara mengerahkan polisi dan tentara menggelar Operasi Sapu Jagat untuk mengusir keluar orang orang Moronene Alasannya biar hutan tak rusak sehingga bisa dijual sebagai objek ekoturisme dan sumber pendapatan da erah lainnya Padahal hak masyarakat adat atas tanah ulayat mereka diakui oleh Undang Undang Kehutanan tahun 1999 1 Referensi Tempo Interaktif Di sana Leluhur Mereka Dimakamkan 13 Mei 2002 pranala nonaktif permanen Diakses 3 Agustus 2010 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Suku Moronene amp oldid 22539726