Jepang memiliki sebuah sistem perbudakan resmi dari periode Yamato (abad ke-3 Masehi) sampai akhir periode Sengoku.
Perbudakan awal sunting
Ekspor seorang budak dari Jepang tercatat dalam catatan sejarah Tiongkok abad ke-3, tetapi tidak jelas apa sistem yang dilibatkan, dan apakah hal tersebut merupakan sebuah praktik umum pada waktu itu. Budak-budak tersebut disebut Seikō (生口) (artinya "mulut yang hidup").
Perdagangan Portugis dalam budak-budak Jepang sunting
Setelah Portugis pertama kali membuat kontak dengan Jepang pada 1543, sebuah perdagangan budak berskala besar dimana Portugis menjadikan orang-orang Jepang sebagai budak di Jepang dan menjual mereka ke berbagai tempat di luar negeri, termasuk Portugal itu sendiri, sepanjang abad keenam belas dan ketujuh belas. Beberapa dokumen berkata bahwa perdagangan budak yang besar bersamaan dengan pertentangan melawan perbudakan Jepang.
Referensi sunting
- HOFFMAN, MICHAEL (26 Mei 2013). "The rarely, if ever, told story of Japanese sold as slaves by Portuguese traders". The Japan Times. Diakses tanggal 2014-03-02.
- . Japan Probe. May 10, 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2014-03-02.
Bacaan lanjutan sunting
- Dias, Maria Suzette Fernandes (2007), Legacies of slavery: comparative perspectives, Cambridge Scholars Publishing, hlm. 238, ISBN 1-84718-111-2
- Nelson, Thomas. "Slavery in Medieval Japan," Monumenta Nipponica 2004 59(4): 463-492
Pranala luar sunting
- Perbudakan di Jepang (Jepang)