www.wikidata.id-id.nina.az
Topik artikel ini mungkin tidak memenuhi kriteria kelayakan umum Harap penuhi kelayakan artikel dengan menyertakan sumber sumber tepercaya yang independen terhadap subjek dan sebaiknya hindari sumber sumber trivial Jika tidak dipenuhi artikel ini harus digabungkan dialihkan ke cakupan yang lebih luas atau dihapus oleh Pengurus Cari sumber Ki Gede Sebayu berita surat kabar buku cendekiawan JSTOR Maret 2016 Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu waktu Cari sumber Ki Gede Sebayu berita surat kabar buku cendekiawan JSTORKi Gede Sebayu Pendiri Pemerintahan Tegal Tahun 1585 1625 Tegal Citra Bahari Animal Tegal 2007 Parameter first1 tanpa last1 di Authors list bantuan Menurut silsilah Ki Gede Sebayu keturunan darah bangsawan dari Batara Katong atau Syech Sekar Delima Adipati Wengker Ponorogo Ayahnya bernama Pangeran Onje Adipati Purbalingga Sejak kecil Ki Gede Sebayu diasuh oleh eyangnya yaitu Ki Ageng Wunut yang selama hidupnya menekuni Agama Islam Hal ini membawa dampak bagi perkembangan Ki Gede Sebayu yang tumbuh menjadi anak yang berperilaku ramah dan santun Setelah menginjak dewasa Ki Gede Sebayu oleh ayahnya disuwitakan di Keraton Pajang yaitu Sultan Hadiwijaya sebagai prajurit tamtama sehingga Ki Gede Sebayu memperoleh pendidikan keprajuritan dan ilmu kanuragan Ketika Arya Pangiri berkuasa di Kesultanan Pajang Ki Gede Sebayu pergi meninggalkan Pajang menuju Desa Sedayu Daftar isi 1 Keturunan 2 Kisah Hidup 3 Ide dan pemikiran Ki Gede Sebayu memberikan banyak kemajuan bagi masyarakat 4 Perjalanan Karier 5 ReferensiKeturunan SuntingKi Gede Sebayu mempunyai 2 orang anak yaitu Raden Mas Hanggawana dan Raden Ayu Roro Gianti Subalaksana yang akhirnya menikah dengan Ki Jadug Pangeran Purbaya putra dari Danang Sutawijaya Panembahan Senapati Raja pertama Mataram Islam Kota Gede Yogyakarta Salah satu keturunan Ki Gede Sebayu dari jalur Raden Mas Hanggawana yang terkenal di wilayah Kabupaten Tegal adalah KH Mufti Salim atau biasa disebut dengan Mbah Mufti Seorang ulama yang mendirikan Pondok Pesantren di wilayah Babakan Lebaksiu Pondok Pesantren Babakan tercatat berdiri tahun 1916 dan sampai saat ini masih eksis dengan santri yang berjumlah ribuan baik bertempat di pesantren utama bernama Pondok Pesantren Mahadut Tholabah atau di pesantren cabang milik keturunan Mbah Mufti seperti Pondok Pesantren Al Rizqi dan lainnya Kisah Hidup SuntingKetokohan Ki Gede Sebayu mulai tampak ketika terjadi perang antara Kesultanan Pajang dengan Kadipaten Mataram Ki Gede Sebayu bergabung dengan prajurit Mataram bersama Pangeran Benawa untuk menyingkirkan Aryo Pangiri Ketika itu Ki Gede Sebayu dengan tombak pendeknya menyerang prajurit Pajang sehingga banyak yang tewas dan akhirnya Aryo Pangiri menyerah dan diusir dari Keraton Pajang Kemudian Keraton pajang diserahkan kepada Pangeran Benawa Setelah selesai pertempuran 1587 Ki Gede Sebayu dan pengikutnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke arah barat dan sampai di Desa Taji wilayah Bagelan disambut oleh Demung Ki Gede Karang Lo Kemudian melanjutkan perjalanan ke Banyumas Kadipaten Purbalingga untuk ziarah ke makam ayah Ki Gede Sebayu dan akhirnya sampai di Desa Pelawangan kemudian menyusuri pantai utara ke arah barat dan sampailah di Kali Gung Padepokan Ki Gede Wonokusumo Kedatangan Ki Gede Sebayu bersama rombongan yang bermaksud mbabat alas membangun masyarakat tlatah Tegal disambut gembira oleh Ki Gede Wonokusumo Ki Gede Sebayu mulai menyusun rencana dan strategi untuk melakukan pembangunan yaitu Mengatur penempatan para pengikutnya sesuai dengan ketrampilan dan keahlian ahli kerajinan dan pertukangan ditempatkan di pusat perniagaan dan perdagangan ahli pertanian ditempatkan di daerah pertanian yaitu dataran rendah dan tinggi ahli kemasan ahli tenun termasuk keluarga Ki Gede Sebayu Mencoba membudidayakan pertanian basah persawahan irigasi dengan membuat bendungan Kali Gung untuk mengairi persawahan penduduk dengan nama Bendungan Wangan Jimat selain itu membuat Kali Jembangan Kali Bliruk dan Kali Wadas yang terletak di Dukuh Kemanglen dengan sebutan Grujugan Curug Mas Untuk memenuhi kebutuhan rohani Ki Gede Sebayu membangun masjid dan pondok pesantren di Dukuh Pesantren sebagai tempat kegiatan agama Di sinilah diajarkan cara membaca Al Qur an pengajian yang mengajarkan kewajiban muslim dalam menjalankan agamanya Memberikan penamaan terhadap wilayah sesuai dengan kondisi daerah seperti Danawarih yang berarti memberi air Slawi berarti tempat berkumpulnya para satria yang berjumlah selawe atau dua puluh lima yang dalam perkembangannya menjadi pusat kekuasaan pangreh praja di Kabupaten Tegal Ide dan pemikiran Ki Gede Sebayu memberikan banyak kemajuan bagi masyarakat SuntingPara petani dapat memanfaatkan alat alat pertanian dengan adanya hasil kerajinan pandai besi Pasar perdagangan semakin ramai karena banyak masyarakat yang memiliki ketrampilan pertukangan kayu menjahit pembuatan alat dapur dari tembaga pertukangan emas dan sebagainya Taraf hidup masyarakat meningkat dengan didukung pembuatan jalan desa pembangunan rumah penduduk yang dilakukan secara gotong royong mengatur keamanan secara bersama sama Atas keberhasilannya dalam membangun Tegal maka pada tahun 1601 M atau 1523 Caka Ingkang Sinuwun Kanjeng Panembahan Senopati Mataram mengangkat Ki Gede Sebayu sebagai Juru Demung Penguasa Lokal di Tlatah Tegal dengan pangkat Tumenggung setingkat Bupati Perjalanan Karier SuntingIdentitas Kabupaten Tegal dijiwai oleh semangat kejayaan Ki Gede Sebayu dalam membangun tlatah tegal Sebagaimana tertera dalam buku silsilah raja raja se Tanah Jawa Ki Gede Sebayu adalah keturunan bangsawan yang bernama Bathara Katong Adipati Ponorogo dan dia adalah putra ke 22 dari 90 bersaudara kemudian Ki Gede Sebayu mempunyai 2 orang anak yaitu Raden Ayu Giyanti Subalaksana itri dari Pangeran Selarong Pangeran Purboyo dan Ki Gede Honggowono ayah dari Ki Gede Hanggowono Seco Menggolo Jumeneng Tumenggung Reksonegoro Ke I yang dimakamkan di Desa Kalisoka Kecamatan Dukuhwaru Ki Gede Sebayu banyak pengabdiannya pada Pemerintah Kanjeng Sultan Adiwijaya penguasa Pajang Setelah Sultan Pajang meninggal keadaan pemerintahan menjadi sangat kisruh dan banyak yang menjadi korban Melihat kondisi negeri seperti itu Ki Gede Sebayu beserta keluarganya meninggalkan negeri Pajang ke negeri Mataram bermaksud sowan kepada Kanjeng Panembahan Senopati untuk menyampaikan rencana urbanisasi ke tlatah pesisir utara yaitu di tlatah Teggal Dengan restu dari Panembahan Senopati Ki Gede Sebayu pergi ke tlatah Tegal yang diikuti oleh 40 pasangan keluarga terpilih yaitu mereka yang memiliki keahlian di berbagai bidang keterampilan Setelah menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan akhirnya rombongan Ki Gede Sebayu sampai di tepian Kali Gung dan disambut oleh Ki Gede Wonokusumo yaitu sesepuh dan penanggung jawab makam Pangeran Drajat Mbah Panggung Mengetahui tujuan mulia dari kedatangan Ki Gede Sebayu ke tlatah Tegal yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat maka Ki Gede Wonokusumo dengan tulus ikhlas membantu menata rombongan Ki Gede Sebayu dengan menitipkan keluarga keluarga dari rombongan itu ke daerah daerah sepanjang Kali Gung sesuai bidang bidang keahlian masing masing dan berakhir di Dukuh Karangmangu Desa Kalisoka Kecamatan Dukuhwaru sekarang sesuai bidang keahlian yang dimilikinya Kedatangan keluarga dari rombongan Ki Gede Sebayu di masing masing daerah itu dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan diri dan daerahnya Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dari rombongan Ki Gede Sebayu adalah meningkatkan kemampuan dan keahlian masyarakat antara lain pembudidayaan tanaman pangan kerajinan emas dan tenun kain selendang Di bidang kerohanian didirikan pondok pesantren yang sampai sekarang masih terkenal Menyikapi perkembangan peningkatan kesejahteraan rakyatnya yang belum tampak nyata sedangkan sebagian besar bermata pencaharian tani ladang tanah kering yang hasilnya kurang menguntungkan Ki Gede Sebayu beserta dua orang pengikut setianya Ki Sura Lawayan dan Ki Jaga Sura berjalan sepanjang tepi Kali Gung ke selatan sampai di suatu igir gunung selapi Dan muncullah niat membangun bendungan untuk mengalirkan air dari Kali Gung ke persawahan Perkembangan selanjutnya dengan keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh Ki Gede Sebayu beserta pengikut dan masyarakat sekitarnya dalam membendung Kali Gung hingga menjadi sumber pengairan bagi pertanian di daerah sekitarnya yang kemudian disebut Bendungan Danawarih daerah Tegal yang maju pesat ini gaungnya sampai ke negeri Mataram Kemudian atas jasa jasa Ki Gede Sebayu dalam membangun tlatah Tegal oleh Ingkang Sinuhun Kanjeng Panembahan Senopati Sayyidin Penata Gama Ratu Bimantoro di negeri Mataram diangkat menjadi Juru Demang setarap dengan Tumenggung di Kadipaten Tegal pada Rabu Kliwon tanggal 18 Mei 1601 Masehi atau tanggal 12 Robiul Awal 1010 Hijriyah atau 1524 Caka Dengan berpedoman inilah disepakati sebagai HARI JADI KABUPATEN TEGAL dan sekaligus KI GEDE SEBAYU dijadikan tokoh pendiri atau anutan masyarakat Kabupaten Tegal karena 1 Taat dan taqwa kepada Allah SWT 2 Sebagai tokoh pembangunan pertama di tlatah Tegal 3 Ki Gede Sebayu adalah pemimpin kharismatik 4 Merupakan cikal bakal pemimpin di tlatah Tegal yang banyak menurunkan Bupati di Kabupaten Tegal dan Brebes 5 Makam Ki Gede Sebayu di wilayah Kabupaten Tegal yaitu Desa Danawarih Ki Gede Sebayu merupakan keturunan trah Majapahit Pada saat terjadi pergolakan perebutan kekuasaan dia lebih memilih diam Bahkan pada saat suasana makin kacau Ki Ageng Ngunut kakek Sebayu mendesak Ki Gede Sebayu agar menyelamatkan Kerajaan Pajang Namun Ki Gede Sebayu menolak Melihat penderitaan manusia akibat perebutan kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda Ki Gede Sebayu malah pilih pamit untuk menyingkir ke barat Dia melepas atribut kebangsawanannya dan mengembara mencari hakikat hidup Sampailah dia di sebuah daerah penuh ilalang padang rumput luas dengan sungai besar yang dialiri air bening sampai muara laut utara Dia terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang nyaris tak berpenghuni itu Di sana hanya ada beberapa bangunan semipermanen yang dihuni sejumlah santri dan sebuah makam keramat Makam tersebut adalah tempat jenazah Sunan Panggung atau Mbah Panggung dikebumikan Terbersitlah di dalam benak Ki Gede Sebayu untuk mengajari warga pesisir itu bercocok tanam Dia merasa menemukan persinggahan yang menjanjikan sehingga menghentikan pengembaraannya Diajaknya warga setempat membabat alang alang agar jadi tegalan Selain itu dia juga membuat bendungan di hulu sungai daerah Danawarih untuk dijadikan sumber air irigasi Sementara itu Pangeran Benowo diangkat menjadi raja Pajang Dia membutuhkan sepupunya yang tak lain adalah Ki Gede Sebayu untuk menjadi patih Pangeran Benowopun mengutus sejumlah prajurit untuk mencari Ki Gede Sebayu Di Desa Tegal tempat Sebayu bermukim sepupu Pangeran Benowo itu ditemukan Namun karena Ki Gede Sebayu tidak mungkin meninggalkan rakyat Tegal maka Pangeran Benowo melantik dia menjadi juru demang atau sesepuh Desa Tegal Anugerah sebagai sesepuh desa diberikan pada malam Jumat Kliwon 15 Sapar Tahun 988 Hijriah atau tahun 588 EHE Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi Ki Gede Sebayu dalam Narasi yang Datar dan Sepi 1 Romantisme Kebanggaan dan Jatidiri Sejak ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Tegal 16 tahun yang lalu melalaui Perda Kab Tegal no 13 95 dan dikukuhkan dengan SK Gubernur Jawa Tengah no 188 3 101 1996 masyarakat kabupaten Tegal sudah 17 kali menyelenggarakan acara dan upacara yang jatuh pada setiap tanggal 18 Mei Peringatan serupa juga dilakukan oleh semua wilayah kabupaten kota bahkan provinsi diseluruh In donesia Melalui peringatan semacam itu diharapkan momentum hari jadi dapat dijadikan sarana sebagai upaya upaya pembentukan jati diri dan kebanggaan daerah pada masyarakatnya Kesepakatan yang bersifat politis melalui aspek sejarah dan budaya ini biasanya menampilkan romantisme masa lalu melalui tokoh lokal yang berjasa dan dihormati Tidak jarang dibumbui dengan menampilkan legenda dan cerita cerita magis tokoh yang digdaya penuh kesaktian dalam epos epos peperangan maupun perjuangan melawan musuh dan menegakkan keadilan Dalam sebuah diskusi tentang hari jadi sebuah kota beberapa tahun yang lalu terungkap adanya anggapan bahwa semakin tua sebuah wilayah semakin menambah wibawa dan kebesaran sang tokoh Hal tersebut diharapkan akan berdampak semakin besarnya kebanggaan warga terhadap wilayahnya Kota Palembang terkesan sangat tua dan memiliki sejarah kebesaran masa silam karena berdiri sejak tanggal 20 Juni 683 dan tahun ini merayakan ulang tahunnya yang ke 1328 Kota Jakarta menetapkan hari jadinya pada tanggal 22 Juni 1527 dan tahun ini genap berusia 484 tahun Tanggal tersebut ditetapkan sebagai pertanda kemenangan Fatahillah setelah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa dan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta Bagaimana kedahsyatan tokoh super hero ini bertempur melawan Portugis hampir 5 abad yang lalu sampai hari ini masih dapat disaksikan melalui tayangan film tv Kebesaran nama Fatahillah diabadikan pada beberapa bangunan dan kawasan di Jakarta bahkan nama kapal perang Angkatan Laut RI Kota Cirebon tahun ini berulang tahun yang ke 642 Hari jadi kota Cirebon tidak menggunakan penanggalan Masehi tetapi mengikuti penanggalan Hijriah yakni setiap tanggal 1 Muharam 1 Syura Pada tanggal 1 Muharam 791 H Syekh Datul Kahfi memerintahkan kepada muridnya Pangeran Cakrabuana pendiri Kerajaan Pakungwati untuk membuka hutan di kawasan pesisir Cirebon untuk dijadikan permukiman penduduk yang kemudian menjadi Kasultanan Cirebon Syekh Datul Kahfi adalah kakak dari ibu Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati salah satu dari Sembilan Wali penyebar agama Islam di tanah Jawa Yang masih dikenang dan kemudian dianut warga masyarakat Cirebon sampai saat ini adalah Wasiat Sunan Gunung Jati dalam bahasa Cirebon Ingsun titip tajug lan fakir miskin yang artinya Aku menitipkan surau dan fakir miskin Sebuah artikulasi yang sangat dalam maknanya dan masih relevan untuk dilaksanakan sampai saat ini 2 Ki Gede Sebayu dalam narasi yang datar dan sepi Sebagai produk sejarah nama Ki Gede Sebayu tidak se populer Fatahillah atau Faletehan dan Sunan Gunung Jati Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa Ki Gede Sebayu adalah putra Adipati Purbalingga Pangeran Onje Ia dikirim oleh ayahnya untuk mengabdi kepada Sultan Pajang Hadiwidjoyo 1549 1582 dan menjadi prajurit Kerajaan Pajang Akibat frustasi menyaksikan kekacauan di Pajang yang disebabkan perebutan kekuasaan antar keluarga yang tidak kunjung reda Ki Gede Sebayu melepas atribut kebangsawanan dan mengembara mencari hakikat hidup Dengan diikuti oleh 40 pasangan keluarga yaitu mereka yang terpilih memiliki berbagai ilmu dan ketrampilan Ki Gede Sebayu melakukan misi perjalanan ke arah barat Menurut kisah sampailah rombongan ini di tlatah Tegal yang konon masih berupa lapangan luas tegalan Tujuan misi ini sangat mulia yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengembangkan agama Islam Masing masing anggauta rombongan sesuai dengan keahliannya dititipkan pada keluarga keluarga sepanjang Kaligung dan berakhir di Kalisoka Kec Dukuhwaru sekarang Mereka kemudian menularkan keahliannya dibidang pertanian pengairan pertukangan penenun kain pandai besi kemasan dan guru guru pengajar agama Islam Bahkan Ki Gede Sebayu berhasil membangun sebuah masjid dan bendungan irigasi yang sangat bermanfaat bagi para petani Atas keberhasilan misi tersebut maka pada pada hari Rabu Kliwon 12 Robiul Awal 1010 H atau 18 Mei 1601 M oleh Panembahan Senopati raja Mataram dia dianugerahi gelar Juru Demung Demang Titi mangsa itulah yang kemudian dipakai untuk menandai Hari Jadi Kabupaten Tegal Kisah yang sama juga digunakan oleh Pemerintah Kota Tegal untuk menandai Hari Jadinya namun jatuh pada tanggal 12 April 1580 atau 21 tahun lebih tua Narasi tokoh Ki Gede Sebayu dalam pengembaraan panjang dan melelahkan memang terasa datar dan sepi Kita bisa membayangkan bagaimana iring iringan puluhan orang yang terdiri dari para prajurit petani tukang kayu tukang besi ulama termasuk wanita dan ibu ibu berjalan melintasi lembah dan pegunungan menyeberang sungai dan menyusuri pantai selama berhari hari Dari kacamata literasi ini adalah sebuah epos yang sangat spektakuler Namun misi suci Ki Gede Sebayu yang sangat luar biasa tersebut seolah hanya peristiwa biasa Padahal peristiwa tersebut dari aspek politik dan sosial budaya memiliki nilai yang sangat besar yakni 1 Menguatnya legitimasi kekuasaan Mataram di wilayah barat terbukti kemudian dengan diangkatnya keturunan Ki Gede Sebayu menjadi Adipati di Tegal dan Brebes 2 Terbangunnya pranata sosial dan kemakmuran melalui budaya bercocok tanam sebagai modal dasar ketahanan dan pertahanan suatu wilayah Hal ini perlu dilakukan karena waktu itu adalah awal masuknya kolonialisme Belanda 1601 yang diyakini akan menguasai dan menghancurkan kerajaan kerajaan di tanah Jawa 2 Sayangnya gagasan futuristik tersebut tidak sempat diartikulasikan dalam sebuah narasi besar yang akan dicacat oleh sejarah dan dikenang oleh generasi yang bakal datang Ki Gede Sebayu tidak pernah mewariskan kredo seperti halnya Sunan Gunung Jati Ingsun titip tajug lan fakir miskin Atau Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa 3 Membangun karakter sambil membangkitkan imajinasi Dengan peringatan Hari Jadi Kabupaten Tegal yang diselenggarakan setiap tahun diharapkan akan terbangun karakter warga yang memiliki ciri dan perilaku sebagaimana yang ingin diteladankan Ki Gede Sebayu Untuk mengaktualisasikan dan mengomunikasikan teladan luhur tersebut kehadapan khalayak bukan hal yang mudah mengingat panjangnya rentang waktu masa silam Imajinasi khalayak tentang Ki Gede Sebayu yang tidak ditopang oleh referensi dan korelasi profil yang stereotip khas dengan his story yang unik dramatik apalagi heroik kiranya sangat sulit untuk dimunculkan Acara dan upacara setahun sekali yang lebih bersifat formal dan artifisial pidato pidato dan kirab pusaka serta tampilan para pejabat yang feodalistik aristokratif semakin menjauhkan dengan misi budaya pertanian dan pedesaan yang masih tetap relevan dengan problem mayoritas masyarakat Kabupaten Tegal Diperlukan gagasan yang cerdas untuk bisa sekadar menyentuhkan misi Ki Gede Sebayu 4 abad yang lalu Sehingga nama Ki Gede Sebayu akan bisa terpateri dalam sanubari setiap warga Kabupaten Tegal Pohon Jati Ki Gedhe Sebayu Membedah Makna Sayembara Ki Gede Sebayu Sapa sapa satriya sing bisa negor wit jati nganti bisa rubuh bakal dak tampa dadi jodhone anakku Raden Ayu Siti Giyanti Subalaksana Demikian sabda Ki Gedhe Sebayu ketika mengumumkan sayembara kepada seluruh kesatriya tanah Jawa Artinya siapa saja kesatriya Jawa yang bisa menebang pohon jati sehingga roboh akan diterima menjadi jodoh putrinda Raden Ayu Siti Giyanti Subalaksana Disamping itu wit jati atau pohon jati tersebut nantinya akan menjadi sakaguru bagi Masjid Agung Kalisoka Namun dalam sayembara itu tak seorangpun mampu menebang wit jati tersebut hingga roboh Sudah dua puluh empat kesatriya gagal melaksanakan sayembara Ki Gedhe Sebayu Pada saat semua orang hampir putus asa datanglah seorang pemuda Ia bernama Ki Jadhug yang mengaku dari dukuh Sigeblag desa Slarang Kidul kecamatan Lebaksiu Konon Ki Jadhug adalah Jaka Umbaran atau Panembahan Purubaya ketika muda Putra sulung Panembahan Senapati ing Alaga Mataram ini sedang melaksanakan kewajiban kesatriya Jawa untuk lelana Yakni berkelana demi menajamkan hati dan pikiran Ki Jadhug mengikuti sayembara akbar tersebut Dengan susah payah dia berhasil juga melaksanakan amanat Ki Gedhe Dia mencerabut wit jati tersebut hingga akar akarnya ke permukaan tanah Dan ketika sang wit jati tercerabut semua khalayak menyaksikan angin kencang yang membantu Ki Jadhug Akhirnya pekik tahmid dan takbir dari Ki Gedhe Sebayu mengiringi robohnya sang wit jati Demikian babad serat dan legenda masyarakat Jawa mencatat peristiwa agung itu Namun kita harus mencermati secara saksama peristiwa tersebut agar mencapai kedalaman makna Bahkan makna yang dimaksud oleh para leluhur itu sendiri Untuk mencapai makna itu para leluhur memberikan beberapa catatatan sebagaimana yang termaktub dalam kitab Betal Jemur Atassadhur Adammakna Teks itu berbunyi demikian di bawah ini Pertama tiyang ngudi kawruh punika kedah telatos panyuraosipun murih mangertos ing lair batos Sebab yen boten mekaten kawruh ingkang sejatosipun langkung miraos tumrap raosing manah boten siwah kadidene raosing madu pinasthika temah lajeng malik garembyang dados raos pait asengak kadidene tuwak sajeng ingkang angendemi Ing wusana lajeng andadosaken wisaning jiwa raga Artinya orang yang sedang menyelami pengetahuan hidup harus telaten perasaannya agar mampu mengerti maknanya secara lahir dan bathin Sebab jika tidak demikian telaten pengetahuan hidup yang seharusnya lebih bermakna dalam pengertian rasa dan hati nurani tidak tergelincir maknanya bagaikan rasa madu yang paling unggul malah rasa yang dijumpai menjadi terbalik pahit sengak seperti tuak yang memabukkan Akhirnya rasa pengetahuan yang diperoleh terbalik itu malah menjadi racun pemahaman bagi jiwa dan raga Dalam menggali makna kisah sayembara wit jati Ki Gedhe Sebayu di atas kita tidak mungkin hanya berhenti pada pemahaman jasadiyah saja Jika demikian pendalaman makna akan berhenti pada kehebatan kehebatan yang sifatnya kejadhugan kadigdayan kesaktian yang arahnya cenderung pada terbentuknya wisaning jiwa raga Atau terbentuknya semacam racun berbisa yang merusak jiwa dan raga yaitu watak yang semata mata mengarah kepada adigang adigung dan adiguna Jika demikian maka makna yang dicapai malah mendekatkan kepada nafsu angkara atau wisaning jiwa raga Sehingga capaian makna belum mengenai sasaran makna yang dimaksud atau raosing madu pinasthika Yakni keluhuran dan kemuliaan budi pekerti Kedua sedaya serat serat piwulang punika prasasat boten wonten tembung ingkang ukaranipun kadamel prasaja Nanging wonten tembung paribasan pasemon pralambang tuwin pralampita Daos prasasat kita sami kinen ambatang adeging cacangkriman Artinya semua serat ajaran luhur itu tidak mungkin ditulis secara apa adanya Melainkan dalam bentuk bentuk kalimat peribahasa metaphor perlambangan dan pralampita Jadi ketika menghadapinya kita seperti membaca sebuah teka teki Demikian pula ketika membaca kisah wit jati dalam sayembara Ki Gedhe Sebayu diperlukan kecermatan dan kelengkapan pemahaman agar dapat memahami bentuk bentuk peribahasa metafor perlambangan dan pralampita yang terdapat di dalamnya Ketiga dene minggah pikajenganipun sapisan perlu kangge ngadegaken tuwin ngluhuraken Artinya bahwa maksud semua itu tidak lain adalah untuk menegaskan bahwa teks yang sedang dihadapi makna sejatinya adalah mengacu kepada keluhuran dan kamuliaan akhlak dan budi pekerti Demikian pula dengan kisah sayembara Ki Gedhe Sebayu jika kita hendak mencapai makna keluhuran dan kemuliaan hati nurani kita hendaknya memperlakukannya sebagai sekumpulan sandi lambang simbol metaphor dan sebagainya Dengan kata lain sayembara wit jati Ki Gedhe Sebayu harus digali maknanya secara simbolik Tidak boleh berhenti pada makna makna jasadiyahnya saja Keempat kaping kalihipun perlu kangge dhadhasaring pamarsudi tumrap para siswa Supados sami anandangaken kalimpadan alusing pambudi Artinya penting sebagai landasan bagi pendidikan Supaya siswa selalu melatih kecerdasan yang tumbuh dari halusnya budi pekerti Dalam membaca sayembara wit jati kita harus memperoleh kedalaman kedalaman yang membawa kita kepada kehalusan rasa dan budi pekerti Kehalusan dan ketajaman rasa dan kemuliaan akhlak budi pekerti inilah yang menjadi dasar bagi kecerdasan hati nurani atau kalimpadan alusing pambudi Jadi membaca simbol simbol ataupun metafor metafor dalam khasanah Jawa bukan dengan analitik rasional dari nalar dan pikiran kognitif belaka Nalar demikian ini akan membawa kita kepada makna akal akalan atau uthak athik waton gathuk Dalam khasanah Jawa makna atau jarwa harus disandarkan pada kehalusan budi pekerti kemuliaan ruhani serta keluhuran langit atau keluhuran Ilahi atau yang dipahami sebagai dhosok Inilah salah satu operasi dasar bagi penggalian penggalian makna yang disebut sebagai jarwadhosok Dengan uraian di atas maka kita telah memperoleh sedikit gambaran mengenai metode penggalian makna makna dalam upaya memperoleh pengertian mulia dan luhur dari teks budaya Demikian pula halnya dengan kisah sayembara pohon jati Ki Gedhe Sebayu Demi memperoleh kedalaman makna keluhuran dan kemuliaan ia harus kita perlakukan sebagai sebuah teks budaya Yakni teks sanepan atau metafor yang berisi wejangan dari para leluhur tanah Jawa Pertama kata sayembara adalah garba atau leburan dari dua kata sae umbara Sae baik mulia luhur Sedangkan kata umbara itu sendiri sudah menunjuk kepada nama Jaka Umbaran atau Ki Jadhug atau Panembahan Purbaya ketika muda Jadi kata ini menunjuk kepada keutamaan atau keluhuran atau kebaikan atau karomah dari Ki Jadhug Dengan demikian keajaiban Ki Jadhug dalam kisah ini bukan berasal dari kesaktian jasadiyahnya Melainkan berasal dari karomah yang berasal dari kemurahan dan kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa Fenomena ini merupakan perwujudan langsung dari kedekatan Ki Jadhug kepada Tuhan Yang Maha Esa Dengan demikian kejadhugan dia bukan sebagaimana dimaknai saat ini Yakni semata mata ilmu yang melandaskan diri pada olah kanuragan dan kamandragunan Kedua dalam kisah tersebut Ki Jadhug adalah kesatriya pungkasan atau terakhir dari dua puluh lima atau selawe kesatriya tanah Jawa Hal ini menunjuk kepada penguasaan dia terhadap ilmu pamungkas Yakni menunjuk kepada pepatah Jawa sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti Artinya sehebat hebatnya ilmu kesaktian yang mandraguna sekalipun lebur atau runtuh dengan sebuah doa yang tulus ikhlas ke hadirat Tuhan Tak satupun kehebatan makhluk mampu melawan keagungan perkenan Ilahi demikian ini Disamping itu posisi pamungkas Ki Jadhug menunjuk kepada keutamaan dia sebagai ngulama di zaman itu Hal ini bisa dibandingkan dengan Kangjeng Sunan Kalijaga sebagai pamungkasing para waliyullah di zaman dia Atau posisi Kangjeng Nabi Muhammad SAW di antara para Nabi dan Rasul Pamungkas dalam pengertian ini tidak mengacu kepada pengertian sebagai penutup atau sebagai yang terakhir melainkan sebagai yang paling utama Ketiga nama selawe dalam kisah tersebut menunjuk kepada jumlah kesatriya tanah Jawi Namun dalam penelusuran makna kata selawe ini berkaitan dengan nama kampung palaweyan di Majapahit kampung laweyan di kesultanan Pajang kemudian menjadi Surakarta Hadiningrat dan kampung kebolawen di kesultanan Mataram Kotagedhe Bahkan toponimi yang terkait dengan kata laweyan ini terdapat hampir di seluruh Nuswantara Kata palaweyan adalah berasal dari kata pa alawiy an Di mana kata alawiy lisan Jawa menjadi lawe menunjuk kepada kaum alawiyyin yakni trah keturunan Kangjeng Nabi Muhammad SAW 571 632M dari Baginda Ngali atau Sayyidina Ngali 600 661M Maka toponimi selawi sebagai makna dari metafor selawe dua puluh lima berkaitan dengan trah tokoh tokoh terkait dalam kisah ini Yakni Ki Gedhe Sebayu dan kerabatnya serta Ki Jadhug dan kesatriya kesatriya tanah Jawa lainnya Keempat dalam kisah tersebut Ki Jadhug berhasil mencerabut wit jati hingga ke ara akarnya dengan sarana angin kencang Angin adalah bayu Kata bayu ini berkaitan bahkan dengan nama Ki Gedhe Se bayu sendiri Dalam khasanah Jawa kata bayu juga menunjuk kepada Bathara Bayu dalam sistem simbol pewayangan di Nuswantara Sifat Bathara Bayu disebutkan sebagai angintip pakaryaning rat budining rat den awruhi Tanpa wangen tanpa tengran nggonira mrih met budining sabumi sasolahe wadya keksi ing tyasa datan kena molah sasolahe kabeh wus den kawruhi Artinya Bathara Bayu selalu berada di segala tempat tanpamembedakan tinggi rendah daerah kota atau pedesaan tanpa membedakan daerajat dan martabat sehingga secara langsung dapat mengetahui keadaan dan keinginan rakyat Inilah sifat Ki Gedhe Sebayu dan juga inilah sifat Ki Jadhug Ki Jadhug dapat mencerabut wit jati hingga ke akarnya Inilah ke jumbuh an antara keduanya Manunggalnya antara se bayu dengan angin kencang Artinya Ki Gedhe Sebayu memperoleh menantu dengan pemahaman yang sama dalam hal kepemimpinan sebagai pemomong rakyat jelata Bayu juga berarti yang paling utama atau yang terbaik akhlak budi pekertinya Misalnya dalam khasanah Jawa dikenal banyak pemeo atau unen unen mengenai hal ini Bayuning kethek iku Anoman Artinya sebaik baik kera adalah Anoman Bayuning warih iku prawitasari Artinya sebaik baik air adalah tirta prawitasari Bayuning ula iku panolah Artinya sebaik baik bangsa ular adalah Kyahi Panolah Bayuning atau bebayuning angga iku Siti Aminah Artinya sebaik baik kepribadian adalah ibunda Kangjeng Nabi SAW yakni Siti Aminah dan seterusnya Maka bayuning Adipati Tegalarum iku Se bayu Artinya sebaik baik adipati Tegalarum adalah Ki Gedhe Sebayu Bayuning sayembara iku Ki Jadhug Artinya sebaik baik pemuda pengelana adalah Ki Jadhug Karena dia berdua telah mencapai pemahaman mengenai bocah angon yakni pemimpin sebagai pamomong rakyat jelata Pemimpin yang bisa menjadi ibu bagi bhumi atau ummi bagi ummat Pemimpin yang meneladani pungkasaning waliyullah atau Kangjeng Sunan Kalijaga dan yang meneladani pungkasaning nabi rusul atau Kangjeng Nabi SAW Lebih jauh lagi sifat Bathara Bayu bisa dikenali juga dari murid muridnya yakni Anoman dan Wrekudara Seperti Bayu mereka mengenakan kain poleng bang bintulu aji berkuku pancanaka dan bergelung sukra mangkara Kain poleng bang bintulu aji adalah kain bercorak hitam putih seperti papan catur Poleng corak Bang papan tempat di mana saja Bintulu biru birru bir berbakti Aji utama terbaik Artinya adalah tokoh yang di mana pun dia berada corak hidupnya selalu menjadi sebaik baik orang yang berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa Kuku pancanaka Panca lima kenaka kuku kukuh eka tunggal Artinya orang yang kukuh memegang lima unsur rukun Islam syahadat salat puasa zakat dan haji Gelung sukra mangkara Sukra roja berpengharapan hanya kepada Tuhan Mangkara nafsu keinginan untuk mulia Artinya murid murid Bayu sangat berpengharapan kepada karunia Tuhan Hanya Tuhan Yang Maha Esa tempat mereka menggantungkan harapan dan seluruh hidupnya Inilah sikap bathin Ki Jadhug dan Ki Gedhe Sebayu sehingga akhirnya mendapatkan karomah dari Allah SWT Kelima dalam kisah disebutkan bahwa wit jati tercerabut hingga akarnya Wit pohon kayon kayun hidup Jati sejati sesungguhnya hakikat Ki Jadhug dengan demikian adalah orang yang mampu menjelaskan kehidupan seorang kesatriya sejati hingga ke akar akarnya Pengetahuan hakikat itu juga yang dimiliki Ki Gedhe Sebayu sehingga akhirnya kedua tokoh tersebut nunggal jati Artinya manunggal dan jumbuh dalam hal pengetahuan kesejatian hidup sebagai kesatriya pemimpin tanah Jawi Maka di akhir sayembara itu Ki Gedhe Sebayu bersyukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tahmid dan takbir Inilah saka penyangga masjid agung Kalisoka yang sebenarnya Refferensi Kelompok Studi IdeA Disajikan pada Malam Renungan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Tegal Ke 410 Senin 30 Mei 2011 di Gedung Kesenian Slawi Komunitas Budaya Banyu Bening Yogyakarta Ngayogyakarta Hadiningrat 5 Maret 2012 Didedikasikan Untuk Menyambut Hari Jadi Kabupaten Tegal Soetjiptoni Ki Gede Sebayu Pendiri Pemerintahan Tegal tahun 1585 1625 Penerbit Citra Bahari Animal Tegal Tahun 2007 Referensi SuntingKelompok Studi IdeA Disajikan pada Malam Renungan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Tegal Ke 410 Senin 30 Mei 2011 di Gedung Kesenian Slawi Komunitas Budaya Banyu Bening Yogyakarta Ngayogyakarta Hadiningrat 5 Maret 2012 Didedikasikan Untuk Menyambut Hari Jadi Kabupaten Tegal Soetjiptoni Ki Gede Sebayu Pendiri Pemerintahan Tegal tahun 1585 1625 Penerbit Citra Bahari Animal Tegal Tahun 2007 Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Ki Gede Sebayu amp oldid 22865351