www.wikidata.id-id.nina.az
Gereja Trinitas adalah sebuah gereja paroki Katolik yang terletak di Jakarta Barat Indonesia Gereja Trinitas menaungi umat katolik yang tinggal dalam wilayah paroki Cengkareng Gereja ini terdiri dari 14 wilayah 63 lingkungan 3000 KK Gereja TrinitasGereja Katolik Paroki Trinitas CengkarengLokasiJalan Utama III No 23 Cengkareng Barat Jakarta Barat JakartaNegaraIndonesiaDenominasiGereja Katolik RomaJumlah anggota umat9 200 Februari 2018 Situs webtrinitas wbr or wbr idArsitekturStatusGereja parokiStatus fungsionalAktifAdministrasiParokiCengkarengDekenatBarat IIKeuskupan AgungJakartaProvinsiJakartaKlerusJumlah Imam2Imam yang bertugasR P F X Rudi Rahkito Jati O M I Imam Paroki suntingParoki Trinitas dilayani oleh imam imam dari Kongregasi Oblat Maria Imakulata OMI Selain itu terdapat juga para suster dari Kongregasi Amalkasih Darah Mulia ADM dan Jesus Maria Joseph JMJ Dua orang imam OMI yang saat ini bertugas di Paroki Trinitas adalah R P F X Rudi Rahkito Jati O M I dan R P Gregorius Basir Karimanto O M I Sejarah sunting1 Umat dalam Diaspora Pengasingan Di awal tahun 1971 Mgr Leo Soekoto SJ Uskup Agung Jakarta menyerahkan Stasi Cengkareng dan Stasi Kapuk kepada Paroki Tangerang Saat itu Paroki Tangerang memang mempunyai banyak Stasi mengingat rentang wilayah pelayanannya yang meliputi Ciledug Tigaraksa Serpong Tanjung Pasir Tanjung Kait Sebelum Romo Anton Mulder SJ yang mengepalai Paroki Tangerang diserahi tugas tersebut kegiatan penggembalaan umat di areal kedua Stasi itu masih dilaksanakan oleh Romo H Kemper MSC dari Paroki Grogol untuk Stasi Cengkareng dan Romo S Sutopanitro PR untuk Stasi Kapuk Dengan surat No 352 B Tjk 1972 dan No 353 B Tjk 1972 bertanggal 10 Juli 1972 Mgr Leo Soekoto SJ menugasi Bapak R Y Prabowo yang saat itu masih bertugas sebagai seorang perwira TNI AD dan membantu di Sekretariat Paroki Tangerang dan Bapak V A Adiwahyanto yang saat itu menjadi guru di SD Aloysius Tangerang untuk mengunjungi dan mendata umat di Stasi Cengkareng dan Kapuk guna mendapatkan data yang lebih rinci akan keberadaan mereka disamping juga untuk mengetahui jumlah umat di daerah ini serta kebutuhan akan sarana tempat beribadat Hampir setiap petang malam hari atau hari Minggu kedua utusan ini dengan antusias menjelajahi wilayah Cengkareng Saat itu jalan jalan di Cengkareng masih belum beraspal kecuali Jalan Utama Raya yang penuh lubang Jalan Sumur Bor dan Jalan Kamal beraspal hanya hingga depan Puskesmas Jalan Cendrawasih belum berbentuk masih merupakan tanah berumput Cengkareng masih dibelah rawa dari barat ke timur Tanah gereja yang sekarang ini termasuk pinggiran rawa bagian selatan Kedua sukarelawan mengunjungi alamat demi alamat always by feet selalu dengan berjalan kaki dan mereka sering singgah di rumah Bapak Robertus A Tjuk yang dikenal baik oleh Romo Anton Mulder SJ untuk menanyakan daerah atau wilayah tertentu Maka jadilah rumah Pak Tjuk itu sebagai pusat semua kegiatan pendataan umat Romo Anton sendiri yang menjelaskan kepada Bapak Tjuk tugas yang diemban oleh kedua utusan Gereja ini dan meminta kesediaan keluarga Bapak Tjuk untuk membantu karya pastoral ini Dalam pencarian umat per umat kedua relawan ini sering menjumpai pengalaman unik misalnya pada suatu sore dalam kelelahan mengayuh kaki kedua utusan Gereja ini duduk di pembatas serambi rumah di Jalan Kincir Raya Mereka menanti kedua pemilik rumah yang dipastikan sebagai Katolik Tiba tiba mereka didatangi Ketua RW dan beberapa orang lainnya Mereka dituduh hendak berbuat jahat diusir bahkan diancam Seorang dari mereka langsung pergi dengan perasaan tersinggung sedang yang lainnya masih duduk dan berusaha menjelaskan duduk perkaranya Mendengar bentakan bentakan be Romo H Kemper MSC 14 Buku Kenangan 25 th Gereja Katolik Trinitas Perjalanan Sejarah ngis dan kasar akhirnya keduanya pergi Kelak diketahui kedua pemilik rumah itu memang umat Katolik yang seorang kini telah tiada sedangkan yang seorang lagi sampai sekarang masih aktif berkarya di Cengkareng Begitulah pendataan terus dijalani oleh kedua sukarelawan ini hingga akhir Oktober 1972 saat pendataan umat dianggap selesai dan hasilnya dilaporkan ke Keuskupan Agung Jakarta lewat Romo Anton Mulder SJ Masa masa itu memang umat Cengkareng benar benar hidup dalam diaspora terasingkan bahkan mungkin sendirian Umat bujangan tinggal di tengah anggota keluarga kontrakan pemondokan atau asrama non Katolik Keluarga keluarga Katolik memang belum membentuk komunitas basis di tengah masyarakat yang seluruhnya non Katolik Memang dalam suasana diaspora seolah tidak ada komunitas Pertemuan 2 3 umat dalam jarak yang berjauhan akan dialami dirasakan dinikmati sebagai kesempatan karunia dan rahmat yang tak ternilai Relasi iman akan erat terjalin pertemuan sering diadakan sebagai salah satu wujud saling merindukan saling menguatkan saling peduli saling mengasihi 2 Kehidupan Beriman Umat Stasi Cengkareng dan Kapuk di Bawah Paroki Tangeranga Perayaan Ekaristi BulananSejak tahun 1868 umat di Kapuk Cengkareng Utara setiap bulan mengadakan sekali Perayaan Ekaristi yang dipimpim oleh Romo Letkol Tit S Sutopanitro PR di Sekolah Taniwan Sejak Tahun 1969 Cengkareng Selatan menjadi Stasi Paroki St Kristoforus Grogol yang waktu itu digembalakan oleh Romo H Kemper MSC Di Cengkareng Selatan ini juga diadakan kegiatan Perayaan Ekaristi sebulan sekali di rumah Bapak Thomas Soenarya Winata Jl Beringin Raya atau di rumah Bapak R Sukamto di Kompleks Imigrasi Sejak tahun 1972 umat yang tinggal di Kompleks Kodam Jaya dan sekitarnya pun telah merayakan Ekaristi sekali dalam sebulan yang dipimpin oleh Romo Sutopanitro PR dan sejak akhir 1973 umat di Kompleks ini dapat merayakan Misa dua kali dalam sebulan Sejak dibukanya Kompleks Permata Cengkareng Timur pada tahun 1973 tercatat ada 15 keluarga Katolik yang dipimpin oleh Bapak Thomas Martubongs di Kompleks ini umat juga berhimpun untuk beribadat Walau hanya sedikit umat yang menghadiri Perayaan Ekaristi namun benih benih persekutuan telah lahir di komunitas komunitas kecil ini Inilah unsur cikal bakal Paroki Cengkareng b Misa Arwah yang BersejarahTiga peristiwa duka yang terjadi di Cengkareng dalam tahun 1973 dan 1974 mempunyai arti penting dalam kelahiran komunitas Cenkareng Pertama Awal Mei 1973 MisaArwah yang diadakan di rumah Alm Bapak E Purnomo yang tinggal di Bedeng Timur Umat sekitarnya berkumpul tetapi saat Romo akan pulang sekitar pkl 21 30 ditemukan semua ban mobil jeepnya tak berudara sama sekali Untung ada umat yang memiliki pompa tangan Di Daan Mogot mobil yang sama hampir terbalik digasak truk besar panjang bermuatan besi Kedua Agustus 1973 Misa Arwah 40 hari untuk putera Bapak Pieter H Wiratmo yang tinggal di Jl Utama Raya 38 Umat Cengkareng Selatan berkumpul dalam Misa ini dan bersepakat merayakan Ekaristi bersama di rumah ini Ketiga Sekitar Juli 1974 Umat Cengkareng Indah Lingkungan Ignatius yang sekarang dipertemukan kala pegawal sipil TNI AL yang menikah campur meninggal dunia Peristiwa peristiwa duka itulah yang menancapkan tonggak sejarah Paroki Cengkareng karena dalam peristiwa itu terjadi pertemuan dan kesempatan untuk saling kenal antar umat di bakal Stasi Cengkareng Sejak Misa Arwah di rumah Bapak P H Wiratmo peristiwa duka ke 2 umat Cengkareng Selatan dapat merayakan Misa 2 kali sebulan di rumah itu Jl Utama Raya 38 Semangat kekeluargaan komunitas bakal stasi ini semakin terwujud Kemudian umat Cengkareng Selatan sesekali merrayakan Misa bersama di Kapel Kodam Jaya c Berdirinya Sekolah Sekolah KatolikPada tanggal 10 Oktober 1973 para tokoh Stasi Cengkareng membentuk Panitia Pembangunan Sekolah Strada yang disebut Panitia Sebelas Berkat usaha mereka sebidang tanah milik KAJ seluas 4 610m2 diperluas menjadi 7 000 m2 dan dipagari serta dijaga Permohonan mendirikan gedung sekolah mendapat sambutan positif dari Pemda DKI maka setahun kemudian SD Strada dan SLTP Strada telah dibangun Berfungsinya Sekolah Strada sejak September 1974 membuat umat daerah Pesing Warung Gantung batas DKI Tangerang dan Rawa Buaya Kosambi Kamal terhimpun dan saling bertemu secara informal setiap hari Perluasan kerjasama antar umat pun meningkat jenis dan ragamnya Upaya untuk saling membantu berkembang dalam relasi koneksi pendidikan perumahan pekerjaan dan bantuan karitatif Kegiatan ini ternyata juga melebar ke masyarakat sekitar yang ditandai dengan santunan dan keringanan biaya sekolah bagi para klien Proyek Bina Kasih FHP Familiar Helper Project yang diketuai oleh Ibu C Sumarsih Sekitar tahun 1975 Bapa Uskup membangun aula di kompleks Yayasan Esti Bhakti Sekolah Taniwan dengan dana AUSI Asosiasi Alumni Siswi Santa Ursula Tetapi pada Hari Hari Raya umat Kapuk lebih memilih pergi ke Gereja St Kristoforus Grogol daripada ke Cengkareng Selatan karena kendala transportasi 3 Dinamika Kehidupan Beriman Umat Stasi CengkarengPada bulan November 1974 Keuskupan Agung Jakarta menyerahkan Stasi Cengkareng kepada Kongregasi Oblat Maria Immaculata OMI untuk ditingkatkan menjadi Paroki Beberapa imam OMI terlihat mengadakan survei ke Cengkareng Selatan bersama para Bapak umat perintis Gereja Hingga Januari 1975 Perayaan Ekaristi masih dipimpin oleh Romo Anton Mulder SJ Februari 1975 Romo Patrick Moroney OMI mendapat tugas di Cengkareng Sejak saat itu Misa yang masih dilaksanakan di rumah P H Wiratmo Jalan Utama Raya 38 mulai dipimpin oleh Romo Pat yang tinggal di Paroki Tangerang atau Susteran Gembala Baik Jatinegara Bulan Maret 1975 terbentuk kepengurusan Mudika bakal Paroki Cengkareng yang diketuai oleh Felix Wiratmo Di bulan Mei 1975 Stasi Cengkareng secara administratif lepas sepenuhnya dari Paroki Tangerang Dambaan terwujudnya sebuah Paroki semakin dekat di depan mata Pada tahun 1976 Keuskupan Agung Jakarta membeli tanah seluas 8 000 m2 dari Bapak Haji R A Nunung Mohamad Yunus dan beberapa pemilik tanah lainnya untuk lokasi gedung gereja Di bulan September 1975 sebuah rumah dikontrak dari Bapak Haji Nunung untuk digunakan sebagai pasturan dan sejak itulah Romo Pat bermukim di Cengkareng Rumah yang cukup bagus itu hanya memiliki pompa air dengan air yang kuning lagi lengket Air itulah yang digunakan untuk keperluan gembala pertama bakal Paroki Cengkareng Umat lalu mengantar air yang lebih bagus untuk gembala yang mereka cintai dan lama mereka rindukan ini Garasi pasturan yang sempit dengan halaman luas di samping kanan rumah kemudian diubah fungsinya menjadi tempat beribadat Bapa Uskup Mgr Leo Soekoto SJ pernah berkunjung dan sempat merayakan Ekaristi di sini Sejak adanya pasturan dengan garasi yang dipakai sebagai gereja maka kegiatan Perayaan Ekaristi di rumah Bapak P H Wiratmo pun dipindahkan ke tempat ini Kehangatan dan sentuhan kasih sayang sangat dinikmati seluruh umat selama dan seusai kegiatan beribadat Para ibu sangat peduli pada umat yang umumnya datang dari tempat yang jauh Ibu ibu selalu menyediakan makanan dan minuman secara gratis Inilah awal berkiprahnya para Wanita Paroki WP Di bulan September 1975 itu pula wilayah Stasi Cengkareng dibagi menjadi 3 Mandala istilah daerah operasi ABRI karena kebetulan anggota TNI dan Kepolisian banyak berperan dalam melahirkan Paroki Cengkareng Mandala Barat dengan Ketuanya Bapak J B Agus Supaat Mandala Tengah dengan Ketuanya Bapak Robertus A Tjuk dan Mandala Timur dengan Ketuanya Bapak Thomas Maturbongs Kesempatan ini pun digunakan untuk menandai dimulainya Perkumpulan Kematian St Yusuf yang diketuai oleh Bapak Pieter H Wiratmo Romo Pat yang murah senyum ramah muda lagi tampan ini memiliki kegemaran bergaul dengan siapa pun Keahlian di bidang public relations ini membuat Ia cepat dikenal bukan saja oleh umatnya tetapi juga oleh para tokoh masyarakat Cengkareng Terkadang Ia bergadang dengan muda mudi jalanan bagaikan semangat Santo Paulus 1 Korintus 9 22 Dalam tahun pertamanya berkarya di Cengkareng sakit punggung yang dideritanya kambuh lagi dan sejak Juni 1976 Romo Pat harus menjalani perawatan intensif di luar negeri Sejak adanya perayaan Misa secara teratur terbukalah kesempatan untuk membina kehidupan beragama dan beriman secara bersama sama Seusai Misa umat masih lama berkumpul berembuk atau hanya berbincang bincang Kesempatan yang langka jarang dan dirindukan ini tidak mau dibiarkan hanya berlalu begitu saja Itulah suasana yang senantiasa dominan Maka ibu ibu pun serta merta memasak menyiapkan makanan dan minuman Perjumpaan iman dianggap sekaligus pesta dan kesempatan menjamu Itulah suasana istimewa Stasi Cengkareng pada tahun 1973 1976 Perasaan sehati sejiwa sepikir dan satu keluarga untuk memecahkan roti rohani dan jasmani amat terasa Dalam kesempatan seperti ini tetap tampak penampilan anggota komunitas basis dari keluarga Katolik yang kondusif dan yang lainnya 4 Terbentuknya Paroki Cengkarenga Awal Gereja Katolik TrinitasRomo Pat yang penuh semangat digantikan oleh Romo David Shelton OMI di bulan Juni 1976 Berbeda dengan pendahulunya Romo David yang berperawakan gagah tegas dan selalu gembira ini sedikit bicara dan berperangai keras Tetapi hal ini membuahkan hasil yang positif Untuk pertama kalinya Seksi Liturgi dibentuk yang dipercayakan kepada Bapak R Y Prabowo Karena banyaknya peminat yang ingin belajar agama maka lahirlah Seksi Katekese yang diketuai oleh Bapak V A Adiwahyanto Rumah yang disewa dari Bapak Haji Nunung pun dirasa tidak memadai lagi maka disewalah sebuah rumah masing masing di Jln Sakura No 23 sebagai tempat beribadat dan di Jln Pepaya V sebagai pasturan Tahun berikutnya pasturan kembali berpindah tempat ke Jln Mesjid Di awal tahun 1978 Romo David beberapa kali mengumpulkan para tokoh umat untuk merundingkan nama bakal Paroki Cengkareng yang tak lama lagi akan dibentuk Tiga nama dipertimbangkan saat itu yaitu Trinitas Santa Maria Immaculata dan Santo Antonius Akhirnya atas restu Bapa Uskup Agung Jakarta Mgr Leo Soekoto SJ pada tanggal 26 Mei 1978 diselenggarakan rapat yang memilih nama Paroki Dari tiga nama yang diajukan terpilihlah TRINITAS sebagai nama Gereja b Dewan Paroki PertamaSebelum kepulangannya ke Australia Romo David berhasil pula membentuk Dewan Paroki dan Pengurus Gereja Dana Papa PGDP yang pertama yang dilantik pada 11 Juni 1978 bertepatan dengan disahkannya nama Trinitas sebagai nama Gereja Sejak saat itu para Ketua Mandala ditetapkan pula sebagai Ketua Wilayah Romo Petrus J McLaughlin OMI menggantikan tempat Romo David dan meneruskan karya pelayanan para Oblat kepada umat Cengkareng Pada 17 Agustus 1978 Seksi Koor dibentuk dengan dirigen pertamanya Bapak J Djoko Sep saat itu masih Mudika tinggal di Semanan Sebulan kemudian dibentuk pula Seksi Sosial Paroki SSP sebagai wadah nyata dari semua kegiatan sosial yang sebenarnya telah berjalan jauh sebelum terbentuknya Seksi ini 5 Pengembangan Iman Umat Paroki CengkarengSeiring dengan berdirinya Dewan Paroki yang pertama umat separoki pun digembalakan lewat para Pengurus Seksi Kelompok Kategorial Wilayah Lingkungan dan Kelompok Kelompok dalam Lingkungan Sejak sebelum Paroki Cengkareng terbentuk beberapa umat telah dipersiapkan untuk mengikuti Penataran Dewan Paroki se Keuskupan Agung Jakarta di Wisma Samadi Klender Bapak Robertus A Tjuk Bapak R Y Prabowo dan Bapak Yoseph Walewangko dipersiapkan untuk menjadi penegak bakal Paroki ini Setelah terbentuknya Dewan Paroki dan Kepengurusan Wilayah serta Lingkungan maka 3 Mandala yang dibentuk sebelumnya kini disebut Wilayah dengan batas lokasi pelayanan sebagai berikut Wilayah Barat Jl Sumur Bor hingga Warung Gantung perbatasan DKI Tangerang dengan ketuanya Bapak J B Agus Supaat Wilayah yang cukup luas dengan umat yang masih terpencar ini dibiarkan tetap menjadi sebuah Wilayah Wilayah Tengah Jl Sumur Bor hingga persawahan di timur Lingkungan Agustinus sekarang dengan ketuanya Bapak R A Tjuk dibagi menjadi 6 Lingkungan Wilayah Timur batas Wilayah Tengah hingga Kalimati diketuai oleh Bapak Thomas Maturbongs dibagi menjadi 5 Lingkungan Perumahan Bojong Indah saat itu masih menjadi bagian dari Paroki Cengkareng dan dibagi menjadi 2 Lingkungan Untuk melayani umat Bojong Indah sebulan dua kali diselenggarakan Ibadat Sabda di Sekolah Lamaholot Paroki Cengkareng yang memulai pelayanannya dengan sangat minimal sekali yaitu Misa dan pelayanan pastoral kini terus berangsur melengkapi diri dengan pelayanan pendidikan sosial liturgi pewartaan Mudika dan koor Pelayanan pendidikan dan pastoral sejak awal menjadi bagian penting dalam Gereja Kedua pelayanan itu akan terus menjadi semakin penting dan perlu terus dikembangkan Dunia pendidikan Paroki Cengkareng yang bermula dengan Sekolah Strada yang diresmikan penggunaannya pada tahun 1974 diwarnai pula dengan kedatangan para Suster Kongregasi Amal Kasih Darah Mulia ADM yang hadir pada tahun 1980 untuk membantu umat lewat karya sosial pastoral kateketik dan pendidikan dengan membuka Sekolah Seraphine Bakti Utama Lima tahun berselang hadir pula para Suster Kongregasi Jesus Maria Joseph JMJ untuk mendirikan dan menyelenggarakan karya pendidikan lewat Sekolah Bintang Kejora Pada tahun 1994 Paroki Grogol dengan Yayasan Diannanda mulai berkarya dalan bidang pendidikan lewat Sekolah Kristoforus II Pelayanan pastoral umat terlihat sangat mendesak dan senantiasa perlu menjadi perhatian segenap warga Gereja Banyak umat miskin secara rohani luka batin kesendirian butuh sahabat Sir 6 5 dst dan masih banyak kemiskinan lain di samping kemiskinan materi Berbagai Seksi dan Kelompok Kategorial terus mengembangkan diri semata mata untuk menjadi wadah bagi umat yang membutuhkannya Sejalan dengan misi khusus para Oblat yaitu Pelayanan Kepada Kaum Miskin maka pelayanan itu sudah mulai dijalankan semenjak Paroki berstatus Stasi Cengkareng dan terus berlanjut hingga kini Kepada kaum yang tertinggal secara ekonomi atau juga miskin harta pelayanan telah dimulai dengan Proyek Kincir FHP Familiar Helper Project dan Pelita Kasih FHP yang bernaung dalam Yayasan Dharma Kasih yang didirikan pada 23 Februari 1981 Proyek yang bermula dengan 2 orang klien binaan dari sebuah keluarga pada tahun 1974 kini telah meningkat menjadi 1 800 klien binaan Kepada kaum yang miskin kesehatan telah diselenggarakan pelayanan kesehatan yang telah melayani puluhan ribu pasien Bagi kaum yang miskin sahabat miskin perdamaian penuh luka batin dan lainnya pastoral umat senantiasa dibutuhkan sepanjang sejarah umat manusia Kekayaan harta kelimpahan wewenang dan kekuasaan ternyata belum menjadi jaminan kekayaan batin dan kedamaian Anggota komunitas Paroki Cengkareng sudah hampir 16 000 jiwa Setiap Paskah dan Natal gereja dipadati oleh umat Dalam Perayaan Ekaristi mingguan di Paroki dan Wilayah hanya hadir sekitar 5 000 hingga 6 000 umat Salah satu perwujudan iman dalam kegiatan agama itu hanya dilakukan oleh 30 40 umat Dari prosentase keaktifan umat ini ada yang aktif dalam berbagai kegiatan gerejawi Hampir setiap hari kompleks gereja dipenuhi kelompok umat untuk bermacam kegiatan gereja ini berarti sudah banyak umat yang telah mampu mewujudkan imannya dalam kehidupan nyata Masih banyak sarana dan wadah kegiatan beriman yang sudah ada di Paroki dan Wilayah Lingkungan Seksi namun belum dimanfaatkan sebagian besar umat Masih banyak pula wadah yang perlu diciptakan untuk memikat dan memberdayakan sebanyak mungkin umat Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian supaya Ia mengirimkan pekerja pekerja untuk tuaian itu Luk 10 2 Memang banyak umat yang dipanggil diminta dan diutus tetapi 6 Pemekaran ParokiLuas wilayah Paroki tidak pernah bertambah tetapi umat dan permukiman baru senantiasa bertambah Perubahan kependudukan dalam kaitannya dengan penyebaran tempat tinggal umat menyebabkan Paroki beberapa kali mengalami pemekaran dan bahkan masih merencanakan pemekaran selanjutnya Pada tahun 1981 Bapa Uskup memisahkan daerah bagian selatan Daan Mogot untuk menjadi Paroki sendiri Hingga pertengahan 1982 Perayaan Ekaristi maupun Ibadat Sabda masih dilayani oleh Paroki Cengkareng Di akhir tahun 1982 Gereja St Thomas Rasul Paroki Bojong terbentuk dengan gembalanya para Imam Praja Cengkareng yang semula terdiri dari 2 Stasi Stasi Cengkareng dan Stasi Kapuk yang dibagi dalam 3 Mandala kemudian disebut 3 Wilayah pada tahun 2009 sudah menjadi Paroki Cengkareng Gereja Trinitas Paroki Bojong Paroki Kosambi Baru pemekaran dari Paroki Bojong sejak tahun 2005 dan Paroki Kapuk Paroki Cengkareng sendiri kini mempunyai 21 Wilayah dengan 126 Lingkungan Gereja St Philipus Rasul Paroki Kapuk berdiri tahun 1992 yang digembalakan oleh Imam Pasionis Bagian timur Kanal Barat DKI Cengkareng seharusnya menjadi wilayah pelayanan Paroki Kapuk tetapi Lingkungan St Tarsisius dan Daniel ingin tetap menjadi bagian dari Paroki Cengkareng Permohonan itu dikabulkan maka hingga sekarang kedua Lingkungan itu tetap berada dalam gembalaan Paroki Cengkareng Di awal tahun 1999 Paroki Cengkareng telah membeli sebidang tanah seluas 8 710 m2 yang kini telah diurug dan dipagar di daerah perumahan Citra III dan V Pegadungan Tanah yang diperuntukkan bagi bangunan gereja ini akan menjadi bakal Paroki baru yang murni atas inisiatif Paroki Cengkareng sendiri Pada tahun 2002 Paroki Cengkareng kembali membeli tanah seluas 2 950 m2 di daerah Taman Bandara Tanah ini diperuntukkan bagi sarana beribadat umat Katolik kapel di Wilayah itu Kapel St Vincentius Pallotti selesai dibangun di akhir tahun 2006 Maka sejak awal tahun 2007 umat Wilayah 23 daerah Dadap dan sekitarnya mulai menggunakan Kapel ini sebagai sarana tempat beribadah mereka Pada 26 Agustus 2007 Kapel St Vincentius Pallotti diberkati dan diresmikan penggunaannya oleh Bapa Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta Romo Yohanes Subagyo Pr Dalam rapat Dewan Harian pada 19 Februari 2003 Dewan Paroki telah menetapkan Pengurus Inti Panitia Pembangunan Gereja PPG PPG ini bertugas sejak tanggal pelantikan yaitu 2 Maret 2003 hingga selesainya pembangunan gedung gereja baru dan kapel yang disebut di atas Sejak pelantikannya PPG telah melaksanakan beberapa langkah awal seperti penyusunan program kerja masing masing seksi pendekatan ke masyarakat tokoh warga sekitar lokasi gereja baru oleh Seksi Human dan Perizinan mempelajari segala surat yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan sesuai Surat Keputusan Gubernur No 137 tentang prosedur persetujuan pembangunan tempat tempat ibadah II DAN BERDIRILAH RUMAH ALLAH IMPIAN UMAT CENGKARENG1 Perjuangan Panjang Dari Sawah Menjadi Rumah Allaha Misa dari Rumah ke RumahSetelah daerah Cengkareng dinyatakan sebagai Stasi Cengkareng dan berada di bawah bimbingan Paroki Tangerang umat Cengkareng praktis hanya mendapat kesempatan untuk mengikuti Perayaan Ekaristi saja Seharusnya Ibadat Sabda dapat berlangsung juga tetapi umat banyak menemui kendala Itulah nasib kebanyakan umat diaspora tercerai berai yang juga dialami oleh umat Stasi Cengkareng Saat itu pewartaan dan pelajaran agama pun masih dipusatkan di Paroki Tangerang Pada masa masa awal sebelum Paroki terbentuk 15 keluarga Katolik yang bermukim terpencar di kawasan Cengkareng sering kali berkumpul untuk merayakan Ekaristi di rumah Keluarga Bapak R Sukamto di kompleks Perumahan Ditjen Imigrasi Pada bulan Juli 1973 Kompleks Kodam V Jaya mulai dihuni Di dalam kompleks itu terdapat 13 keluarga Katolik dua kali sebulan merayakan Ekaristi di sebuah Kapel yang disediakan oleh Kodam Jaya Di samping itu Misa juga secara bergantian diadakan di rumah rumah keluarga Katolik secara berpindah pindah antara lain di rumah keluarga Bapak Alexander Nahan keluarga Bapak Robertus A Tjuk dan keluarga Bapak Markus Husein Hal ini berlangsung beberapa lama sampai pada saat diadakan Misa Arwah di kediaman keluarga Bapak P H Wiratmo yang kala itu kehilangan salah seorang anggota keluarganya karena kecelakaan Saat itu muncullah sebuah gagasan yang memunculkan kesepakatan bersama untuk merayakan Ekaristi secara teratur satu bulan sekali di rumah Pak Wiratmo di Jl Utama Raya no 38 Perkembangan selanjutnya terjadi di sisi timur yaitu dengan dihuninya Kompleks Permata yang mencatat ada 15 keluarga Katolik di dalamnya Mereka pun berkumpul bersama untuk beribadat Inilah sebuah awal tiga titik kegiatan peribadatan di kawasan Cengkareng yang merupakan unsur cikal bakal Paroki Cengkareng Mereka bernyayi bersama berdoa bersama dan memecah mecah roti di rumah rumah secara bergilir b Gereja DaruratDengan terbentuknya Stasi Cengkareng yang secara administratif telah lepas dari Paroki Tangerang maka umat Cengkareng mulai berjuang untuk dapat memiliki gedung gereja sendiri Kedatangan Romo Patrick Moroney OMI sebagai gembala Stasi Cengkareng menandai juga kemandirian umat Cengkareng karena kini Perayaan Ekaristi dapat diadakan di rumah yang juga berfungsi sebagai pasturan yang terletak di Jl Utama III no 22 Rumah yang disewa dari Bapak Haji R A Nunung Mohamad Yunus ini mempunyai garasi yang berubah guna menjadi gereja di tiap hari Minggu Dikarenakan jumlah umat yang kian hari kian bertambah garasi itu dirasa tidak memadai lagi Maka disewalah sebuah rumah di Jl Sakura no 23 untuk digunakan sebagai sarana beribadat sedangkan pasturan dipindahkan ke Jl Pepaya V no 18 Setahun kemudian pasturan kembali boyongan ke Jl Mesjid III dan akhirnya bermuara di Jl Utama III no 23 hingga sekarang Keadaan umat yang kian hari kian bertambah jumlahnya membuat rumah di Jl Sakura no 23 tidak lagi dapat menampung mereka saat Misa diselenggarakan Kembali Haji Nunung menawarkan gudangnya yang cukup besar yang kebetulan berseberangan dengan pasturan yang sekarang Gudang pun disewa dan diubah fungsinya untuk menjadi tempat Perayaan Ekaristi pada saat saat tertentu seperti pada Paskah dan Natal agar dapat menampung setiap umat yang hadir Kemudian Dewan Paroki membeli sebuah rumah yang terletak di sebelah pasturan sekarang disebut Aula Lama Ruang St Yohanes Rumah itu disulap menjadi Ruang Serba Guna tempat umat menyelenggarakan Ekaristi setiap minggunya c Terwujudnya Gedung Gereja Idaman yang PermanenSebenarnya sejak tahun 1976 Keuskupan Agung Jakarta telah membeli sebidang tanah seluas 8 000 m2 yang terletak di Jl Bambu Kuning dari beberapa pemilik tanah sebagai persiapan untuk membangun gedung gereja Impian umat Cengkareng untuk memiliki gedung gereja sendiri pun menjadi semakin nyata Sejak saat itu dimulailah sebuah lembaran perjuangan untuk membangun sebuah Rumah Allah yang memadai untuk dapat menampung umat yang semakin berkembang jumlahnya Sebagai langkah awal pengurukan tanah segera dilaksanakan di bulan Maret 1981 agar tanah tidak berupa sawah lagi dan dipagari Bahu membahu dan pengertian dengan warga sekitarnya pun terjalin lewat usaha tak kenal lelah dari para tokoh warga sekitar dan dua tokoh perintis Paroki yaitu Bapak Leonardus Santana Wijaya dan Bapak Yoseph Walewangko Di bulan Juni 1979 Dewan Paroki menyelenggarakan sekali lagi sensus umat yang berupa pengumpulan tanda tangan umat yang bermukim di Cengkareng Hasil sensus itu dikirim ke Keuskupan Wali Kota Jakarta Barat Kecamatan dan Kelurahan Cengkareng guna membuktikan bahwa di Cengkareng memang ada banyak umat Katolik yang betul betul membutuhkan gedung gereja sebagai sarana tempat beribadat Saat itu tercatat di Wilayah Barat 67 kepala keluarga KK di Wilayah Tengah 519 KK dan di Wilayah Timur 135 KK total 721 KK Di pertengahan tahun 1982 Ketua Mudika mengerahkan anggotanya pergi ke bilangan Jelambar untuk mengangkuti besi bangunan dari tempat seorang donatur Rencananya besi besi itu akan digunakan untuk membangun sebuah Gedung Serba Guna di atas lahan bakal gereja Tampaknya mereka sangat tidak sabar dengan proses perizinan bangunan yang berlarut larut Kemudian Keuskupan Agung Jakarta pada 2 Desember 1982 mengajukan surat permohonan izin membangun Gedung Serba Guna di atas lahan bakal gereja kepada pihak yang berwenang kepada Gubernur DKI saat itu Bapak Tjokropranolo Izin tersebut dikabulkan dengan catatan gedung tidak boleh digunakan untuk kegiatan agama Jawaban ini menjadi pemacu bagi Bapa Uskup untuk langsung mengajukan permohonan izin pembangunan gereja dengan surat tertanggal 3 Agustus 1984 Guna melengkapi permohonan ini pada 21 Desember 1985 Panitia Pembangunan Gereja PPG mengajukan permohonan mendapatkan IMB kepada pihak berwenang Akhirnya Gubernur DKI Jakarta Bapak Wiyogo Atmodarminto mengeluarkan surat Izin Pendahuluan Pembangunan Gereja bernomor 612 1 857 1 tertanggal 27 Januari 1987 Dengan Surat Izin ini PPG bergegas mengurus surat surat tanah di Kantor Agraria dan mengajukan izin mendirikan bangunan ke Dinas Tata Kota DKI Jakarta Surat Gubernur DKI Jakarta bernomor 12168 VI 1988 yang dikeluarkan pada 11 Juni 1988 memberikan izin penunjukkan penggunaan tanah seluas 6 140 m2 dari 8 000 m2 luas tanah yang ada Dengan berbekal surat izin ini maka pada 19 November 1988 dilaksanakan peletakkan batu pertama pembangunan gereja yang dilakukan oleh Bapa Uskup Agung Jakarta Mgr Leo Soekoto SJ Perjanjian kontrak kerja borongan pembangunan gedung gereja pun ditandatangani pada 27 Maret 1989 dengan kontraktor PT Murinda Iron Steel Dengan diterimanya izin pendahuluan IMB pada 3 Mei 1989 maka pembangunan gedung pun dimulai pada 21 Mei 1989 Sebagai ungkapan kegembiraan dan rasa syukur umat Cengkareng digelar pula acara syukuran dengan para pejabat Pemda setempat pada 29 Mei 1989 Akhirnya surat IMB bernomor 4425 IMB 1989 dari Gubernur DKI Jakarta pun tergenggam di tangan Pembangunan gedung gereja berjalan dengan lancar hingga selesainya pada 31 Januari 1990 Panitia Peresmian dan Pemberkatan Gedung Gereja dibentuk dengan diketuai oleh Bapak R Y Prabowo Pada 21 Februari 1990 gedung gereja diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Bapak Wiyogo Atmodarminto dan langsung diberkati oleh Bapa Uskup Agung Jakarta Mgr Leo Soekoto SJ Rumah Allah berdiri sudah umat Cengkareng pun tersenyum gembira dan bersyukur akan hasil perjuangan panjang yang tak kenal lelah dalam mewujudkan impiannya selama ini Dalam sambutan yang dimuat dalam Buku Kenangan Peresmian Gedung Bapa Uskup antara lain menulis Pemberkatan gedung gereja Trinitas Cengkareng ini menjadi tonggak baru bagi seluruh umat Gereja ini berhasil dibangun karena jerih payah dan partisipasi seluruh umat dan banyak dermawan lain Seluruh lapisan umat bahkan yang berkantong tipis pun terlibat dalam pembiayaan pembangunan gereja ini Pemberkatan gereja ini harus menjadi tanda yang menunjukkan pembangunan rohani umat Sebab Gereja hidup bukan pertama tama karena gedungnya melainkan terutama karena umatnya yang hidup rukun bersatu dalam menghayati iman serta mengamalkannya di tengah masyarakat Gereja adalah rumah Allah tempat kita dapat menimba kekuatan memperoleh pengampunan dan melakukan ibadat Manfaatkanlah gereja ini untuk secara teratur menerima kerahiman Allah lewat Sakramen Tobat Kami percaya bahwa gedung gereja yang baru ini benar benar memberikan semangat baru kepada umat Trinitas Kami harapkan agar seluruh umat semakin bersatu padu untuk saling membantu dalam pelayanan kepada masyarakat Sedangkan Gubernur DKI Jakarta menulis gedung gereja ini dibangun secara swadaya yang mengerahkan tenaga pikiran dan dana dari umat Oleh karenanya gedung gereja tersebut agar dimanfaatkan benar benar oleh umat Katolik di sekitar Cengkareng ini sebagai tempat beribadat dan berbagai kegiatan yang menunjangnya Sebagai tempat beribadat hendaknya dapat menjadi wahana memperdalam rasa keagamaan memupuk rasa tanggungjawab terhadap sesama dan menumbuhkan semangat berkorban untuk membangun masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan baik rohani maupun jasmani Dengan selesainya pembangunan gedung gereja PPG masih terus bergiat kerja dalam mengusahakan berdirinya aula dan beberapa ruang pertemuan Pembangunan aula yang kemudian diberi nama St Eugenius de Mazenod dan beberapa ruang kegiatan Gereja selesai pada tahun 1997 dan diresmikan oleh Bapa Uskup Agung Jakarta Kardinal Julius Darmaatmadja SJ pada 11 Mei 1997 Masih ada rencana Dewan Paroki yang belum dilaksanakan yaitu membangun pasturan yang layak dengan beberapa ruang kegiatan Menyusul krisis ekonomi yang melanda Indonesia maka kedua rencana ini belum dapat diwujudkan Tetapi karena kebutuhan yang mendesak maka pasturan dan Ruang Serba Guna yang telah ada pun direnovasi Berikut adalah data tempat tempat Perayaan Ekaristi Stasi Paroki Cengkareng hingga saat ini 1969 1971 Rumah umat Jl Beringin Perum Imigrasi Sekolah Taniwan Kapuk 1972 1975 Kapel Kodam Jaya Jl Beringin Perum Imigrasi Jl Utama no 38 Garasi pastoran Sekolah Strada Aula Esti Bahkti Sekolah Taniwan 1976 1987 Kapel Kodam Jaya Jl Sakura no 23 Sekolah Strada Sekolah Bintang Kejora Ruang Serba Guna sekarang disebut Ruang St Yohanes Susteran ADM di Cengkareng Indah 1988 1990 Jl Sakura no 23 Ruang Serba Guna sekarang disebut Ruang St Yohanes Kapel Kodam Jaya Sekolah Strada Sekolah Bintang Kejora Susteran ADM 1990 2003 Gereja Katolik Trinitas Kapel Kodam Jaya Sekolah Bintang Kejora Sekolah Seraphine Bakti Utama Susteran ADM Sekolah Gapura Kasih Dadap kemudian pindah ke sebuah gudang yang disebut Kapel Taman Bandara 2004 2008 Gereja Katolik Trinitas Kapel Kodam Jaya Sekolah Bintang Kejora Sekolah Seraphine Bakti Utama Susteran ADM Kapel Taman Bandara pada tahun 2006 mulai menggunakan bangunan baru Kapel St Vincentius Pallotti Vila Taman Bandara 2 Perencanaan Gedung Gereja Bukan Sekadar Sebuah GerejaSejak adanya rencana membangun Gedung Serba Guna di tanah bakal gereja pada tahun 1979 telah banyak gambar rencana bangunan yang dibuat Ada yang memang akhirnya tidak dijalankan ada juga rencana yang tidak disetujui oleh pihak pihak terkait Sebelum izin diperoleh Panitia Pembanguan Gereja PPG telah membentuk tim arsitek untuk mulai merancang bentuk bangunan gereja yang sesuai dengan karakter umat Cengkareng Umat pun dimintai tanggapan beberapa kali atas bentuk bangunan yang diidamkan Tujuan utama PPG adalah membangun gedung yang sederhana yang dapat menampung 800 umat Tetapi umat berpendapat Jangan yang terlalu sederhana sampai hanya kelihatan seperti gudang atau ada juga yang berkomentar Sebaiknya bagian atap dibuat sebuah bentuk yang khas Akhirnya setelah mondar mandir ke Keuskupan dengan berbagai macam gambar pada 6 Juni 1988 PPG memperoleh persetujuan gambar pra rencana dari Bapa Uskup Agung Jakarta Mgr Leo Soekoto SJ Gambar yang disetujui setidaknya dapat memenuhi tuntutan Liturgi dan juga masukan yang didapat dari umat PPG juga menyadari bahwa bangunan gereja ini nantinya harus tahan lama dan sesuai dengan wajah Cengkareng yang sedang berubah Ciri khasnya adalah bentuk kemah yang menunjukkan bahwa kita sebagai umat Allah masih dalam perjalanan menuju tanah terjanji Ada 3 atap segitiga bersusun sebagai tampak muka gereja yang melambangkan Trinitas Bentuk dalam gedung mengarahkan umat ke fokus utama Meja Altar agar seluruh umat yang hadir dapat merasa dekat dan terlibat dalam setiap Perayaan Ekaristi Selain gambar 14 Stasi Jalan Salib yang dipasang di dinding seputar gereja bagian dalam umat juga dapat menikmati 12 lukisan kaca yang dibagi menjadi 2 seri yang menggambarkan sejarah kisah penciptaan karya Kristus di dunia perkembangan Gereja hingga teakhir gambar Monumen Nasional Monas yang menunjukkan keberadaan gedung gereja di wilayah kota Jakarta Kala berdiri di Pintu Utama gedung gereja dan menoleh sedikit ke arah kiri akan terlihat 6 lukisan kaca seri pertama dengan tema Allah Tritunggal Sang Pencipta Yesus Dibaptis Yesus Memanggil Para Rasul untuk MengikutiNya Yesus Mengajar Para Rasul Yesus Menyembuhkan Orang Sakit dan Yesus Mengampuni Orang Berdosa Menoleh ke arah kanan akan kita dapati seri kedua dari 6 lukisan kaca lainnya Lukisan lukisan ini bertema Yesus Bangkit Pentakosta yaitu saat Roh Kudus turun atas para Rasul memberi kuasa dan kekuatan bagi mereka Hal ini menunjukkan permulaan Gereja Kristus Perkembangan Gereja Santo Fransiskus Xaverius terlihat sedang mewartakan Kabar Baik kepada umat di Indonesia Gereja terus melanjutkan karya penebusan Yesus di dunia ini lewat mereka yang terpanggil dan diutus olehNya Perkembangan Gereja di Indonesia Seorang Imam Indonesia sedang melanjutkan misi Gereja Keadaan Gereja di Ibu Kota Jakarta Gereja harus relevan dan harus berkarya di dunia ini Gereja Katolik Trinitas Paroki Cengkareng Paroki Cengkareng tetap harus melanjutkan karya Trinitas yaitu memanggil lebih banyak orang untuk mengikuti Yesus mengajar menyembuhkan mengampuni sesama manusia dan berkarya di tengah masyarakat untuk menegakkan nilai nilai kerajaan Allah yaitu keadilan kebenaran kedamaian dan cinta kasih Di atas Pintu Utama gedung gereja akan kita dapati pula sebuah lukisan kaca berupa lambang kuno dari Trinitas Pelukis gambar yang berasal dari Rusia dan hidup pada abad ke 14 menggambarkan Trinitas sesuai dengan peristiwa yang diambil dari Kitab Kejadian 18 1 15 Gambar ini telah diberi beberapa judul salah satunya adalah Pertemuan Ilahi Tiga orang duduk di sekitar meja Mereka saling memandang yang menunjukkan kesatuanNya Dalam Allah Tritunggal ada satu kekuasaan satu kehendak satu kesadaran diri satu kegiatan ke luar Dalam Allah ada komunitas penuh cinta kasih dan kesatuan Dalam Kitab Suci diceritakan bahwa lewat kedatangan 3 manusia kepada Abraham maka mulai tampaklah rencana keselamatan manusia Pertemuan Mereka melibatkan kita dalam karya keselamatan manusia Judul lain dari gambar itu adalah Perjamuan Penuh Persaudaraan Setiap kali umat datang ke gereja umat diingatkan kembali akan makna perjamuan penuh persaudaraan Kita diundang Allah untuk ambil bagian dalam perjamuan Ilahi yaitu Ekaristi Lewat peranserta kita dalam Perjamuan Kudus ini kita dipersatukan dan oleh karenanya menjadi lebih akrab dengan Allah Tritunggal dan dengan sesama Memandang lurus ke depan dari Pintu Utama akan kita jumpai Panti Imam tempat Imam yang dibantu oleh Putra Altar Lektor Komentator Prodiakon dan yang lainnya memimpin umat dalam upacara upacara liturgis sakramental Meja Altar di tengah tengah Panti Imam dibuat lebih tinggi yang menggambarkan Gunung Kalvari tempat Yesus dikurbankan Meja ini telah diberkati oleh Bapak Uskup Agung Jakarta Mgr Leo Soekoto SJ Tepat di tengah belakang Meja Altar kita dapati Salib Kristus yang telah diberkati oleh Bapa Sri Paus Yohanes Paulus II saat kunjungannya ke Indonesia pada tahun 1989 Sejarah salib ini akan ditampilkan kemudian Salib dan corpus tubuh Yesus yang tergantung mengingatkan kita akan cinta kasih Allah yang begitu besar hingga Ia rela mengorbankan diri menderita dan wafat bagi kita dan akhirnya Dia bangkit bagi kita guna mengalahkan maut dan memberi hidup baru yang kekal Tabernakel tempat menyimpan Hosti terletak di kiri Meja Altar dengan Kaki Dian lampu merah menyala yang menandakan kehadiran Sakramen Maha Kudus Lebih ke kiri dari posisi Tabernakel dijumpai gong sebagai tanda peringatan yang dibunyikan saat Konsekrasi dalam Doa Syukur Agung dan sebuah bejana permandian yang disumbangkan oleh seorang Ibu dari Austrlia Bejana yang berisi air suci ini hingga sekarang masih difungsikan sebulan sekali saat pembaptisan bayi anak anak Di sebelah kiri Altar terdapat Mimbar Pewartaan Sabda Allah tempat Kitab Suci dibacakan Mazmur dilantunkan dan Homili dibawakan oleh Imam Di sebelah kanan Altar terdapat 2 Mimbar Mimbar Dirigen tempat dirigen memimpin koor dan nyanyian umat sebagai pujian permuliaan bagi Allah dan Mimbar Komentator tempat petugas membacakan pengantar Perayaan Ekaristi dan mengumandangkan pengumuman Adapun Meja Altar penyanggah Tabernakel standar lilin Paskah dan Mimbar Pewartaan Sabda Allah kesemuanya mengambil bentuk segitiga yang sejalan dengan makna Trinitas Tangan tangan trampil dari Paguyuban Wilayah 32 3 yang menangani Sdr Djoko Sep dan Sdr Johanes Noi reconfirm dgn P Prabowo tulisan tangan kurang terbaca Dua kamar Pengakuan Dosa Sakramen Tobat dibuat sejajar dengan Pintu Utama Sejalan dengan hasil hasil Konsili Vatikan II maka kamar pengakuan yang ada sekarang tidak lagi bersekat dinding melainkan hanya disekat dengan sepotong kain tipis Hal ini bertujuan agar umat merasa lebih dekat dengan Bapa Pengakuan dan lebih leluasa berkomunikasi Sakristi ruang persiapan Perjamuan Kudus dibuat setengah melingkar di belakang Panti Imam Di ruang inilah Imam dan para pembantunya mempersiapkan diri sebelum Misa dimulai Di ruang ini juga disimpan segala peralatan penunjang Ekaristi seperti busana Liturgi Piala peralatan pendupaan dan lainnya Untuk menampung umat yang kian hari kian membengkak jumlahnya pada tahun gedung gereja telah diperluas dengan penambahan sayap kiri kanan dan depan gedung Sejak akhir tahun 2002 tenda permanen yang memakan lahan parkir sebelah kanan gereja pun telah terpasang Tenda ini dimaksudkan untuk mengantisipasi jumlah umat yang hendak mengikuti Perjamuan Kudus yang selalu melimpah ruah pada hari hari raya Gereja seperti Natal Pekan Suci dan Paskah disamping juga dapat digunakan manakala acara acara Gereja membutuhkan tempat yang luas dan teduh 3 Gedung Megah dengan Dana Swadaya UmatTak mudah mendapatkan dana untuk membangun sebuah gedung gereja Pencarian dan pengumpulan dana tidak lepas dari keterlibatan seluruh umat yang tak kenal lelah guna mewujudkan impian memiliki sebuah gedung yang layak untuk sarana beribadah Ini pula yang dialami oleh umat Cengkareng Saat proses permohonan mendirikan gereja masih berlangsung umat dengan giat mulai mengumpulkan Rupiah demi Rupiah untuk dana pembangunan gereja Dalam sebuah kesempatan Bapak S Dirgonomastu yang kala itu menjabat sebagai Ketua Seksi Dana di dalam Badan Pelaksana Pembangunan Gereja BPPG berkenan menyisihkan sedikit waktunya untuk mengenang kembali masa masa pengumpulan dana itu sebagai berikut Sebesar 67 dana pembangunan gereja memang murni berasal dari umat yang berupa sumbangan wajib per kepala keluarga setiap bulannya dalam waktu 3 tahun Sumbangan yang ditentukan sendiri besarnya oleh keluarga umat Cengkareng ini terbukti mampu mengumpulkan dana lebih dari 50 anggaran pembangunan gedung Sisanya yaitu 33 berasal dari para donatur baik yang tinggal di Paroki Cengkareng maupun luar Paroki dan beberapa kegiatan yang diadakan oleh BPPG Sumbangan dari para donatur tidak melulu berupa dana siap pakai tetapi juga berupa barang barang keperluan pembangunan seperti semen ubin kaca kayu cat peralatan listrik marmer pintu dll atau juga barang barang pengisi gereja seperti salib bangku gereja lampu dll Sedangkan kegiatan ekstra yang diadakan BPPG adalah menyelenggarakan Operet Anak Anak Aku Cinta Rumah Idaman di Balai Sidang Senayan Operet Anak Anak Cinderella dan Sepatu Kaca di Taman Ismail Marzuki dan sumbangan berhadiah Ide penyelenggaraan Operet Anak Anak ini awalnya muncul dalam rapat Dewan Paroki BPPG Mulanya Depar BPPG ingin menggelar Operet Natal tetapi karena merasa Operet Natal lebih bersifat intern dan berskala sempit maka Bapak Dirgono mengusulkan operet dengan skala nasional Kebetulan Perserikatan Bangsa Bangsa telah mencanangkan tahun 1987 sebagai Tahun Papan Internasional dan kebetulan juga Bapak Cosmas Batubara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Negara Perumahan Rakyat sangat mendukung ide ini Begitulah ide yang telah ada lalu dimatangkan dan ditunjuklah Sanggar Sangrila pimpinan Ibu Maria Tanzil untuk menyusun naskah pementasan yang disturadarainya bersama Bapak Drs Sena Utoyo Belakangan pertunjukan ini pun didukung sepenuhnya oleh Keuskupan Agung Jakarta yang bertindak sebagai Pelindung Panitia Tiga kali pertunjukan digelar pada 17 18 Januari 1988 penonton cukup padat di dua pertunjukan pertama dan membludag di pertunjukkan terakhir Sukses Operet ini membawa kenangan tersendiri bagi mereka yang terlibat di dalamnya Bapak Cosmas Batubara sempat berujar Inilah kali pertama saya menjadi pemrakarsa acara yang mendukung pekerjaan saya sebagai Menteri Negara Perumahan Rakyat Biasanya orang meminta saya untuk membuka turnamen golf atau acara lain yang tidak berhubungan sama sekali dengan pekerjaan saya yang sebenarnya Bapak Dirgono pun mengenang sambil tertawa Waktu itu Pak Prabowo maksudnya Bapak R Y Prabowo dan saya menjadi orang terhormat tidur dengan membayar Rp 4 5 juta semalam Karena harus menjadi mandor orang orang yang mendekor panggung dan memasang perlengkapan lainnya kami akhirnya tidur di Balai Sidang Senayan yang sewa seharinya ya itu tadi Rp 4 5 juta Penonton yang adalah undangan Kantor Mentri Negara Perumahan Rakyat pun kagum karena materi perumahan yang cukup serius dapat diterjemahkan ke dalam bahasa yang mudah dipahami oleh anak anak Dari penyelenggaraan dua operet tadi BPPG mendapat dana sekitar Rp 44 7 juta sedangkan dari program Sumbangan Berhadiah BPPG mendapat masukan sekitar Rp 69 juta Dari ketiga acara ini ditambah dengan dana cair lainnya dan sumbangan wajib umat akhirnya BPPG berhasil membangun sebuah gereja megah seharga Rp 600 juta tanpa meninggalkan hutang ataupun kemelut dalam tubuh BPPG BPPG terus bekerja dan pada tahun 1997 berhasil merampungkan Pembangunan Tahap II berupa Aula St Eugenius de Mazenod dan beberapa ruang kegiatan Gereja dengan dana Rp 450 juta yang berasal dari sisa dana pembangunan gereja terdahulu 4 Salib Kristus di Panti Imam Kenangan Kunjungan Sri Paus ke IndonesiaSaat memandang Salib Kristus yang besar yang tergantung di Panti Imam apa yang pertama tama menjadi kesan kita Koq bentuk salibnya aneh tidak rapih komentar seorang anak Kenapa wajah Tuhan Yesus menoleh ke samping kiri ya tanya seorang umat dewasa Ah saya tidak mempermasalahkan bentuk bentuk salib Salib itu kan hanya untuk visualisasi kita supaya kita bisa lebih menghayati sengsara Yesus demi penebusan kita komentar umat lainnya Tapi berapa banyak dari umat Cengkareng yang tahu akan kenangan khusus Salib Kristus yang tergantung di atas Meja Altar Gereja Katolik Trinitas Tahun 1989 menorehkan sejarah penting bagi bangsa Indonesia Untuk kedua kalinya Pemimpin Umat Katolik sedunia akan melakukan kunjungan Setelah kunjungan Bapa Suci Paus Paulus VI pada tahun 1970 19 tahun kemudian Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II menyempatkan diri singgah di beberapa daerah di bumi Nusantara ini pada 9 14 Oktober 1989 Salah satu agenda kunjungan adalah mengadakan Misa Agung di Stadion Utama Senayan sekarang Gelora Bung Karno Sepulang rapat di Keuskupan Agung Jakarta Romo Peter sedikit bercerita kepada tokoh tokoh umat tentang upaya Keuskupan mencari salib yang lumayan besar yang mungkin dimiliki oleh salah satu Paroki di KAJ guna dipakai dalam Perayaan Ekaristi Bapa Paus di Senayan Cerita hanya sebatas cerita karena gedung gereja sedang dalam taraf pembangunan dan belum terpikir sama sekali untuk membuat salib yang akan ditaruh di Panti Imam Tetapi kemudian timbul ide untuk membuat salib itu yang nantinya diberkati oleh Bapa Suci dan diletakkan di dekat Altar gedung gereja yang sedang dibangun ini Maka diutuslah Bapak Felix Wiratmo ke Keuskupan untuk mencari tahu masalah salib ini dan ternyata Keuskupan menyerahkan pengadaan salib ini pada Paroki Cengkareng Bermodalkan semangat yang tinggi Romo Peter meminta Pak Felix pergi ke Bali untuk mencari pemahat yang bersedia mengerjakan proyek ini Setibanya di Bali Pak Felix dibawa oleh pengendara taksi ke Desa Mas dan bertemu dengan seorang pemahat yang mempunyai tim pemahat dan sanggup mengerjakan salib sesuai dengan keinginan Paroki Cengkareng dalam waktu hanya 40 hari Bapak Felix sempat bingung Bagaimana mungkin sebuah salib dikerjakan beramai ramai pikirnya Pak Felix pun semakin ragu saat si pemahat bercerita kalau salib itu akan dikerjakan terpotong potong misalnya A akan mengerjakan tangan sebelah kiri B akan mengerjakan kepala dan seterusnya Jangan kuatir kami mempunyai bakat alam percayakan saja pada kami begitulah jaminan si pemahat yang diamini oleh Pak Felix Seminggu kemudian Pak Felix kembali mengunjungi si pemahat bersama Romo Peter sambil membawa keterangan rinci buatan Bapak S Dirgonomastu tentang salib yang akan dibuat 4 hari menjelang Misa Agung yang dipimpin oleh Bapa Suci rombongan pemahat Bali telah tiba di Cengkareng dengan mengendarai truk sarat bermuatan potongan potongan salib Ketatnya pengamanan Stadion menimbulkan masalah tersendiri salib tidak bisa dibawa masuk Stadion begitu saja Maka menginaplah rombongan pemahat Bali itu di Ruang Serba Guna kini Ruang St Yohanes selama 2 malam Akhirnya dengan bantuan KAJ rombongan pemahat Bali dapat merangkai potongan potongan salib itu di Senayan 2 hari sebelum Misa Agung digelar 9 Oktober 1989 saat Bapa Suci menginjak panggung tempat Misa Agung diselenggarakan Ia memberkati salib yang terpancang megah dekat Meja Altar di panggung itu Seusai Misa salib itu pun dibongkar kembali oleh para pemahat dan dibawa ke Cengkareng untuk kembali di rangkai dan difurnis guna menjaga daya tahan kayunya Salib berharga sekitar Rp 10 juta ini akhirnya didanai dan disumbangkan kepada Paroki Cengkareng oleh seorang umat Bapak Barin Setiawan yang juga menyumbangkan bangku bangku buatan Ligna Furniture yang diletakkan di dalam gedung gereja Adakah makna atau arti khusus bentuk salib itu Salib itu mengambil bentuk seperti salib pada tongkat gembala Bapa Suci Wajah Yesus yang tersalib yang menoleh ke kiri diambil dari kutipan Injil Yohanes 19 26 27 Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya berkatalah Ia kepada ibuNya Ibu inilah anakmu Kemudian kataNya kepada murid muridNya Inilah ibumu Di dalam gereja wajah Yesus memandang kita para umatNya dengan kasih yang begitu besar Dia Sendiri yang menyerahkan kepada kita bundaNya supaya kita dilindungi Dalam sambutan Peresmian Gedung Gereja Katolik Trinitas Duta Besar Vatican untuk Indonesia yang saat itu dijabat oleh Mgr Francesco Canalini menulis Salib yang mulai hari ini akan dikagumi oleh umat di Paroki Cengkareng mengandung banyak arti di dalamnya Salib ini dalam bentuk hasil karya artistik melambangkan Salib Penyelamat kita untuk kita arahkan doa doa kita dan membuka hati kita Salib inilah yang dipasang di Stadion Utama Senayan di bulan Oktober 1989 diberkati oleh Bapa Suci saat Ia membuka Perayaan Ekaristi yang dipimpinnya Ekaristi yang mempunyai aspek nasional Salib itu jugalah yang diliput banyak televisi di seluruh dunia Kalau umat Cengkareng melihat salib ini sekarang di dalam gereja mereka sendiri umat pasti merasakan dimensi setempat dan universal Umat yang kokoh berakar dalam kasih Allah Bapa lewat rahmat Kristus Sang Juruselamat dan bersatu dalam Roh Kudus akan menghirup nafas persekutuan dengan Bapa Suci Sang Gembala Gereja universal Mereka akan teringat pada kenangan indah di bulan Oktober 1989 di Jakarta dan mereka akan merasa setia kawan dengan komunitas komunitas lainnya di Indonesia dan di dunia Pranala luar suntingSitus Resmi Gereja Paroki Trinitas Diarsipkan 2023 06 01 di Wayback Machine Jadwal Misa di Paroki Trinitas Diarsipkan 2014 12 16 di Wayback Machine Diperoleh dari https id wikipedia org w index php title Gereja Trinitas Cengkareng amp oldid 25574375