Antitesis adalah salah satu majas yang mengandung gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang saling berlawanan dalam satu kalimat. Antitesis dapat membandingkan dua hal yang memiliki makna berbeda. Dalam pidato, gaya bahasa antitesis sebenarnya bersifat persuasif yang umum karena menunjukkan sebuah perbandingan sehingga memancing audien untuk melihat perbedaan banyak poin dari potensi yang muncul dalam sebuah paparan.
Jenis
- Antitesis hal adalah dua kata atau frasa yang memuat pernyataan hal yang berlawanan yang terdapat pada baris dan bait suatu puisi. Dua kata atau frasa itu merupakan hasil perulangan.
- Antitesis tindakan adalah dua kata yang memuat tindakan atau perlakuan yang berlawanan dalam baris bait puisi. Dua kata itu merupakan perulangan.
Contoh:
Rujukan
- Wicaksono, Andri (2014). Catatan Ringkas Stilistika. Sleman: Garudhawaca. hlm. 46. ISBN 978-602-7949-24-9.
- Novia, Astri (2017). Lancar Pidato & MC: Tanpa Gugup Tanpa Panik. Bantul: Anak Hebat Indonesia. hlm. 94. ISBN 978-623-244-542-0.
- Marsono (2021). Akulturasi Islam dalam Budaya Jawa: Analisis Semiotik Teks Lokajaya dalam LOr 11 629. Yogyakarta: UGM PRESS. hlm. 212. ISBN 978-602-386-438-6.
- Harimurti Kridalaksana (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 13: "antitesis— pemakaian kata-kata yang berlawanan atau bertentangan artinya; mis. dalam kalimat "Diam, tetapi lerus bekerja".".