Alun-Alun Purworejo adalah sebuah alun-alun atau lapangan kota yang terletak di pusat Kabupaten Purworejo. Sekeliling alun-alun terdapat beberapa bangunan penting seperti Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo, Gereja GPIB, KODIM, pendopo, dan kantor bupati. Alun-Alun Purworejo dibangun pada tahun 1830 yang merupakan salah satu alun-alun terbesar di Pulau Jawa dengan luas sekitar 62.500 m² atau 6 hektar.
Alun-Alun Purworejo | |
Landmark Alun-Alun Purworejo di sisi selatan | |
Informasi | |
---|---|
Lokasi | Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 7°42′47″S 110°00′32″E / 7.713013°S 110.009°EKoordinat: 7°42′47″S 110°00′32″E / 7.713013°S 110.009°E |
Pengelola | Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Kawasan Alun-Alun Purworejo |
Awal pembangunan | 1830 |
Gaya | Jawa |
Luas | ±62.500 m² |
Fasilitas |
Sejarah sunting
Alun-Alun Purworejo dibangun bersamaan dengan Kota Purworejo didirikan, tepatnya pada tahun 1830. Awalnya, alun-alun ini digunakan untuk keperluan latihan militer. Seiring perkembangan waktu, Alun-Alun Purworejo dialihfungsikan sebagai lapangan publik.
Terdapat dua pohon beringin tua di tengah Alun-Alun Purworejo. Pohon tersebut kemudian digantikan pada tahun 1973 dengan dua pohon merupakan pemberian Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang diambilkan dari tunas anak Pohon Waringin Kurung Alun-Alun Utara Yogyakarta. Pohon tersebut masing-masing bernama Ki Suryoputro untuk sebelah timur dan Ki Dewo Atmodjo untuk sebelah barat.
Bupati Purworejo Agus Bastian pada tahun 2018 melakukan revitalisasi guna menjadikan Alun-Alun Purworejo sebagai salah satu destinasi wisata tujuan. Usai renovasi, Alun-Alun Purworejo memiliki fasilitas yang fungsional bagi pengunjung seperti taman bermain dan alat kebugaran. Selain itu, warung-warung makan yang sebelumnya menempati area pejalan kaki alun-alun saat malam hari, direlokasi ke sebuah area kuliner bernama 'Romansa Kuliner Purworejo' yang terletak di sebelah selatan alun-alun.
Alun-Alun Purworejo dimasukkan sebagai salah satu destinasi wisata di Purworejo sejak Agustus 2018. Hal ini bersamaan dengan keberadaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Kawasan Alun-Alun berada di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo yang secara khusus melakukan penanganan alun-alun tersebut.
Fungsi sunting
Alun-Alun Purworejo merupakan lapangan serbaguna. Pada saat hari-hari penting, lapangan ini biasa digunakan untuk upacara seperti Upacara Hari Kemerdekaan Indonesia dan lain-lain. Acara-acara besar seperti pasar malam dan konser juga diadakan di alun-alun ini. Saat hari biasa, Alun-Alun Purworejo dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan olahraga seperti berlari dan sepak bola. Pasca renovasi tahun 2018, alun-alun memiliki fasilitas yang fungsional bagi pengunjung seperti taman bermain dan alat kebugaran. Selain itu, beberapa masyarakat juga memanfaatkan alun-alun untuk sekadar menghabiskan waktu dengan bersantai ataupun makan bersama di area kuliner.
Letak sunting
Alun-Alun Purworejo terletak di antara Jalan Mayjen Sutoyo dan Jalan Urip Sumoharjo, Kelurahan Purworejo, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia. Alun-alun ini tidak memiliki poros utara-selatan tetapi diputar 37 derajat mengikuti pola jaringan jalan. Alun-Alun Purworejo yang merupakan pusat kota diapit dengan Kantor Bupati Purworejo di sebelah barat daya dan Pendopo Kabupaten Purworejo di timur laut. Sekeliling alun-alun terdapat bangunan-bangunan penting seperti Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo, Gereja GPIB, KODIM 0708, Kantor Pos Purworejo, SD Maria, dan beberapa toko.
Galeri Alun-Alun Purworejo sunting
Referensi sunting
- Setiawan, Arif (19 Februari 2019). . Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2019. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- Ali, Mukti (14 Maret 2017). . Sorotdotco. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Februari 2022. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- . Portal Berita Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 14 Februari 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2020. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- ^ Fachri, Dhimas (21 Juli 2020). . Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Mei 2021. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- Widiyanto, Danar, ed. (1 Agustus 2018). . KRJogja. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Februari 2022. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- Heksantoro, Ronto (31 Juli 2017). . Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Februari 2022. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- . Okezone. 7 Juli 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Juni 2019. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- . Radar Jogja. 12 Juni 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Februari 2022. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- Aditya, Ivan, ed. (9 Januari 2018). . KRJogja. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Februari 2022. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- Heksantoro, Rinto (15 September 2019). . Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Desember 2019. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- Heksantoro, Rinto (17 Agustus 2018). . Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Mei 2021. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- Heksantoro, Rinto (29 Agustus 2019). . Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Oktober 2020. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- Heksantoro, Rinto (29 Desember 2017). . Detik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Februari 2022. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- Dahwilani, Dani, ed. (28 Februari 2020). . iNews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 Juli 2020. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- . Radar Jogja. 8 Juni 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Februari 2022. Diakses tanggal 2 Februari 2022.
- Widiyanto, Danar, ed. (5 November 2020). . KRJogja. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Januari 2021. Diakses tanggal 2 Februari 2022.